Surat An-Nahl Ayat 68-69: Wahyu untuk Lebah dan Keistimewaan Madu
loading...
A
A
A
Lebah menjadi salah satu hewan yang namanya tidak hanya disebut dalam Al-Quran, melainkan dijadikan nama surat, yaitu An-Nahl .Lebah adalah hewan yang diperintahkan Allah untuk melaksanakan tugas-tugasnya di muka bumi. Dengan kata lain, lebah telah diberikan wahyu oleh Allah tentang fitrahnya di dunia.
Perihal ini telah dijelaskan Allah dalam surat An-Nahl ayat 68:
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” ( QSAn-Nahl : 68 )
Sebagaimana firman Allah dalam surat As-Syu’ara ayat 51 , bahwa hanya ada tiga cara bagi makhluk Allah untuk berkomunikasi dengan-Nya.
Pertama, adalah dengan wahyu, bisa melalui hati dan mimpi yang dinamakan ilham seperti yang terjadi pada Ibu Nabi Musa .
Kedua, adalah melalui hijab seperti yang terjadi pada pertemuan Nabi Musa dengan Allah yang diceritakan pada surat Al-Qashas ayat 30 .
Ketiga, adalah melalui perantaraan Malaikat Jibril seperti yang terjadi pada nabi dan rasul. Cara pertama adalah yang terjadi pada lebah, bahwa ia diperintah Allah melalui wahyu.
As-Sa’di dalam Tafsir As-Sa’di menjelaskan bahwa dalam ayat di atas, lebah telah mendapatkan ilham dari Allah berupa bimbingan yang ajaib.
Allah SWT memberikan kemudahan bagi lebah untuk menuju padang rumput dan taman untuk mencari makan kemudian kembali ke sarangnya yang sangat bagus dan unik atas petunjuk Allah SWT.
Wahbah Zuhayli dalam Tafsir al-Wajiz juga memberikan keterangan bahwa Allah telah memberikan kemudahan habitat makanan lebah kemudian Allah juga memberikan arahan kepada lebah untuk merenovasi rumahnya dengan sedemikian mengagumkan.
Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn menafsirkan kata “an” di atas sebagai “an” mashdariyah atau mufassiriyah yang berarti ilham yang diberikan kepada lebah berupa sarang untuk tempat tinggal.
Sarang tersebut bisa bertempat di bukit-bukit, pohon-pohon, atau tempat-tempat yang telah disediakan maunusia.
Sedangkan Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah memberikan pengertian bahwa lebah telah diberikan Allah ilham untuk menyelesaikan semua persoalan hidupnya.
Termasuk juga yang dimudahkan Allah bagi lebah adalah membuat sarang di gunung-gunug, celah-celah pepohonan, maupun pucuk-pucuk rumah manusia.
Keistimewaan Lebah
Salah satu keistimewaan lebah ialah, koloni-koloninya menghasilkan madu. Madu tersebut telah menjadi konsumsi yang lazim bagi manusia bahkan seringkali digunakan untuk obat.
Keistimewaan lebah ini dijelaskan Allah dalam ayat selanjutnya, yaitu surat An-Nahl ayat 69:
“Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan” ( QS An-Nahl : 69 )
Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn menafsirkan lafadz “dzululan” ini sebagai bentuk jamak dari lafadz “dzaluulun”. Makna dari lafadz tersebut adalah dimudahkannya lebah untuk mengambil makanan sejauh dan sesulit apapun jalan tersebut, ia tidak akan tersesat untuk kembali ke sarangnya.
Perihal ini telah dijelaskan Allah dalam surat An-Nahl ayat 68:
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” ( QSAn-Nahl : 68 )
Sebagaimana firman Allah dalam surat As-Syu’ara ayat 51 , bahwa hanya ada tiga cara bagi makhluk Allah untuk berkomunikasi dengan-Nya.
Pertama, adalah dengan wahyu, bisa melalui hati dan mimpi yang dinamakan ilham seperti yang terjadi pada Ibu Nabi Musa .
Kedua, adalah melalui hijab seperti yang terjadi pada pertemuan Nabi Musa dengan Allah yang diceritakan pada surat Al-Qashas ayat 30 .
Ketiga, adalah melalui perantaraan Malaikat Jibril seperti yang terjadi pada nabi dan rasul. Cara pertama adalah yang terjadi pada lebah, bahwa ia diperintah Allah melalui wahyu.
As-Sa’di dalam Tafsir As-Sa’di menjelaskan bahwa dalam ayat di atas, lebah telah mendapatkan ilham dari Allah berupa bimbingan yang ajaib.
Allah SWT memberikan kemudahan bagi lebah untuk menuju padang rumput dan taman untuk mencari makan kemudian kembali ke sarangnya yang sangat bagus dan unik atas petunjuk Allah SWT.
Wahbah Zuhayli dalam Tafsir al-Wajiz juga memberikan keterangan bahwa Allah telah memberikan kemudahan habitat makanan lebah kemudian Allah juga memberikan arahan kepada lebah untuk merenovasi rumahnya dengan sedemikian mengagumkan.
Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn menafsirkan kata “an” di atas sebagai “an” mashdariyah atau mufassiriyah yang berarti ilham yang diberikan kepada lebah berupa sarang untuk tempat tinggal.
Sarang tersebut bisa bertempat di bukit-bukit, pohon-pohon, atau tempat-tempat yang telah disediakan maunusia.
Sedangkan Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah memberikan pengertian bahwa lebah telah diberikan Allah ilham untuk menyelesaikan semua persoalan hidupnya.
Termasuk juga yang dimudahkan Allah bagi lebah adalah membuat sarang di gunung-gunug, celah-celah pepohonan, maupun pucuk-pucuk rumah manusia.
Keistimewaan Lebah
Salah satu keistimewaan lebah ialah, koloni-koloninya menghasilkan madu. Madu tersebut telah menjadi konsumsi yang lazim bagi manusia bahkan seringkali digunakan untuk obat.
Keistimewaan lebah ini dijelaskan Allah dalam ayat selanjutnya, yaitu surat An-Nahl ayat 69:
ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan” ( QS An-Nahl : 69 )
Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn menafsirkan lafadz “dzululan” ini sebagai bentuk jamak dari lafadz “dzaluulun”. Makna dari lafadz tersebut adalah dimudahkannya lebah untuk mengambil makanan sejauh dan sesulit apapun jalan tersebut, ia tidak akan tersesat untuk kembali ke sarangnya.