Model Busana Muslimah yang Dipakai Istri-istri Rasulullah
loading...
A
A
A
Potret keteladanan bagi kaum muslimah dalam berbusana hendaknya melihat para istri ( ummul mukminin ) Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam. Sebenarnya, bagaimana kebiasaan istri Rasulullah dalam berpakaian tersebut? Salah satu contoh bisa kita petik hikmahnya dari hadis berikut :
Urwah bin Zubair berkata, “Aisyah tidak suka memperbarui bajunya (menggantinya dengan baju baru) melainkan menambalnya atau membaliknya.”
Hadis ini mengandung arti bahwa pakaian yang dikenakan Aisyah sangat sederhana dan tidak banyak. Beliau bahkan harus menambal atau menjahit ulang baju yang pernah dipakainya, agar bisa dipakai kembali.
Salah seorang ulama yang banyak belajar dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu, Hasan al-Bashri pernah mengemukakan atau memperkirakan, semua pakaian istri Rasulullah itu berharga sangat murah. Menurutnya, harganya tidak lebih dari harga muruth (pakaian yang dibalutkan ke tubuh) istri beliau hanya dengan jumlah enam dirham .
Lantas bagaimana dengan model pakaian para istri Rasulullah tersebut? Sejarawan asal Mesir Khalil ‘Abdul Karim dalam karyanya, 'Syadw ar-Rababah bi Ahwal Mujtama‘ ash-Shahabah', menjelaskan bentuk pakaian yang digunakan perempuan-perempuan Makkah dan Madinah, pada masa Rasulullah semuanya berbentuk lebar dan tidak bersimpul, yakni tidak ada ikatannya dan besar.
Berikut nama-nama pakaian wanita muslimah pada masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang dirangkum berdasarkan informasi dari hadis yang dihimpun oleh Khalil Abdul Karim :
1. Al-Marth
Al-marth ialah pakaian yang tidak dijahit atau semacam selendang besar. Dalam hadis diceritakan bahwa ‘Aisyah istri Nabi Muhammad mengatakan: “Ketika Rasulullah hendak (mengimami) salat Subuh maka perempuan-perempuan berangkat (ke masjid) dengan berselimut al-marth, mereka tidak dikenal karena petang.” (HR. Malik bin Anas).
Hadis di atas menjelaskan bahwa Rasulullah melaksanakan salat Subuh dalam keadaan langit masih gelap, yakni pada awal waktu. Dalam hadis itu, dari ‘Aisyah dikutip untuk menunjukkan bahwa perempuan pada masa Rasulullah menggunakan “marth” atau selendang besar yang tidak dijahit.
Umar bin Khathab pernah membagikan marth (jamak: muruth) kepada perempuan-perempuan Madinah. (Ibnu Zanjawaih). Bahan marth pada masa ini ada yang terbuat dari sutera (khazz), bulu domba (shuf), dan pohon rami (kattan).
2. Ad-Dir‘
Ad-dir‘ yaitu kain yang tengahnya dilubangi dan yang lainnya dijahit kecuali sisi kanan dan kirinya untuk lengan, bentuknya menyerupai qamish. Dalam hadis diinformasikan bahwa Samra` binti Nahik menggunakan dir‘ ketika menemui Rasulullah. (HR. Thabrani).
3. Qamish
Qamish bentuknya sama seperti ad-dir‘. Menurut Rajab Ibrahim dalam bukunya, al-Mu‘jam al-‘Arabi li Asma` al-Malabis, pakaian jenis ini masuk ke wilayah Arab melalui dua periode sejarah . Pertama, dimulai pada masa yang sangat jauh, yakni ketika masyarakat Arab pra Islam berjumpa dengan orang-orang Romawi di Syam. Kata qamish sendiri berasal dari bahasa Romawi “camisia”. Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menggunakan kata ini.
Kedua, melalui Perancis pada masa belakangan. Dalam bahasa Perancis disebut “chemise”. Istilah qamish yang digunakan masyarakat Arab modern berasal dari kata Perancis “chemise” yang diarabkan (mu‘arrab).
4. Al-Khimar
Al-khimar yaitu kain yang digunakan perempuan untuk menutup kepala. Pada masa Rasulullah ragam khimar ada dua macam, yaitu khimar atau penutup kepala yang polos (sadzij) dan khimar berwarna atau yang dicelup dengan warna atau minyak (mashbugh). Dalam hadis diceritakan bahwa ‘Aisyah pernah menggunakan khimar yang dicelup Za‘faran atau zaffron. (HR. Ibnu Majah).
5. Al-Izar dan ar-Rida`
Al-Izar yaitu pakaian tidak dijahit yang dipakai untuk menutup bagian bawah tubuh, pasangannya yaitu ar-rida` yang digunakan untuk menutup bagian atasnya. Secara gramatika, kata rida` berasal dari kata radd yang berarti “menarik” dan “menyambung”. Dalam memakai rida` seseorang menarik sisa kain yang menutupi bagian bawah dan menyambungnya ke bagian atas.
Demikianlah beberapa contoh pakaian yang dipakai para istri Rasulullah. Islam, hadir bukan untuk mendukung atau memunculkan model pakaian tertentu, tapi untuk memberikan nilai kepantasan di dalamnya, yakni perintah menutup aurat bagi kaum perempuan muslim.
Wallahu A'lam
Urwah bin Zubair berkata, “Aisyah tidak suka memperbarui bajunya (menggantinya dengan baju baru) melainkan menambalnya atau membaliknya.”
Hadis ini mengandung arti bahwa pakaian yang dikenakan Aisyah sangat sederhana dan tidak banyak. Beliau bahkan harus menambal atau menjahit ulang baju yang pernah dipakainya, agar bisa dipakai kembali.
Salah seorang ulama yang banyak belajar dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu, Hasan al-Bashri pernah mengemukakan atau memperkirakan, semua pakaian istri Rasulullah itu berharga sangat murah. Menurutnya, harganya tidak lebih dari harga muruth (pakaian yang dibalutkan ke tubuh) istri beliau hanya dengan jumlah enam dirham .
Lantas bagaimana dengan model pakaian para istri Rasulullah tersebut? Sejarawan asal Mesir Khalil ‘Abdul Karim dalam karyanya, 'Syadw ar-Rababah bi Ahwal Mujtama‘ ash-Shahabah', menjelaskan bentuk pakaian yang digunakan perempuan-perempuan Makkah dan Madinah, pada masa Rasulullah semuanya berbentuk lebar dan tidak bersimpul, yakni tidak ada ikatannya dan besar.
Berikut nama-nama pakaian wanita muslimah pada masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang dirangkum berdasarkan informasi dari hadis yang dihimpun oleh Khalil Abdul Karim :
1. Al-Marth
Al-marth ialah pakaian yang tidak dijahit atau semacam selendang besar. Dalam hadis diceritakan bahwa ‘Aisyah istri Nabi Muhammad mengatakan: “Ketika Rasulullah hendak (mengimami) salat Subuh maka perempuan-perempuan berangkat (ke masjid) dengan berselimut al-marth, mereka tidak dikenal karena petang.” (HR. Malik bin Anas).
Hadis di atas menjelaskan bahwa Rasulullah melaksanakan salat Subuh dalam keadaan langit masih gelap, yakni pada awal waktu. Dalam hadis itu, dari ‘Aisyah dikutip untuk menunjukkan bahwa perempuan pada masa Rasulullah menggunakan “marth” atau selendang besar yang tidak dijahit.
Umar bin Khathab pernah membagikan marth (jamak: muruth) kepada perempuan-perempuan Madinah. (Ibnu Zanjawaih). Bahan marth pada masa ini ada yang terbuat dari sutera (khazz), bulu domba (shuf), dan pohon rami (kattan).
2. Ad-Dir‘
Ad-dir‘ yaitu kain yang tengahnya dilubangi dan yang lainnya dijahit kecuali sisi kanan dan kirinya untuk lengan, bentuknya menyerupai qamish. Dalam hadis diinformasikan bahwa Samra` binti Nahik menggunakan dir‘ ketika menemui Rasulullah. (HR. Thabrani).
3. Qamish
Qamish bentuknya sama seperti ad-dir‘. Menurut Rajab Ibrahim dalam bukunya, al-Mu‘jam al-‘Arabi li Asma` al-Malabis, pakaian jenis ini masuk ke wilayah Arab melalui dua periode sejarah . Pertama, dimulai pada masa yang sangat jauh, yakni ketika masyarakat Arab pra Islam berjumpa dengan orang-orang Romawi di Syam. Kata qamish sendiri berasal dari bahasa Romawi “camisia”. Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menggunakan kata ini.
Kedua, melalui Perancis pada masa belakangan. Dalam bahasa Perancis disebut “chemise”. Istilah qamish yang digunakan masyarakat Arab modern berasal dari kata Perancis “chemise” yang diarabkan (mu‘arrab).
4. Al-Khimar
Al-khimar yaitu kain yang digunakan perempuan untuk menutup kepala. Pada masa Rasulullah ragam khimar ada dua macam, yaitu khimar atau penutup kepala yang polos (sadzij) dan khimar berwarna atau yang dicelup dengan warna atau minyak (mashbugh). Dalam hadis diceritakan bahwa ‘Aisyah pernah menggunakan khimar yang dicelup Za‘faran atau zaffron. (HR. Ibnu Majah).
5. Al-Izar dan ar-Rida`
Al-Izar yaitu pakaian tidak dijahit yang dipakai untuk menutup bagian bawah tubuh, pasangannya yaitu ar-rida` yang digunakan untuk menutup bagian atasnya. Secara gramatika, kata rida` berasal dari kata radd yang berarti “menarik” dan “menyambung”. Dalam memakai rida` seseorang menarik sisa kain yang menutupi bagian bawah dan menyambungnya ke bagian atas.
Demikianlah beberapa contoh pakaian yang dipakai para istri Rasulullah. Islam, hadir bukan untuk mendukung atau memunculkan model pakaian tertentu, tapi untuk memberikan nilai kepantasan di dalamnya, yakni perintah menutup aurat bagi kaum perempuan muslim.
Wallahu A'lam
(wid)