25 Wanita Cerdas di Zaman Rasulullah Layak Diteladani (2)
loading...
A
A
A
Wanita cerdas di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah perempuan hebat yang patut kita teladani. Mereka adalah para istri, putri dan sahabat perempuan (shahabiyah) Nabi.
Berikut lanjutan wanita cerdas di zaman Rasulullah yang dirangkum dari Buku "25 Perempuan Teladan" karya Hj Umma Farida Lc MA:
11. Maimunah Binti Al-Haris (Ummul Mukminin, Perempuan dengan Kemauan Kuat)
Maimunah binti Al-Haris al-Hilaliyah adalah istri Rasulullah yang pernikahannya disebabkan penyerahan dirinya kepada Nabi ketika keluarganya hidup dalam adat Jahiliyah. Beliau adalah bibi dari Khalid ibn Walid dan juga bibi dari Ibnu Abbas. Ia termasuk perempuan yang masyhur dengan keutamaan, nasab dan kemuliaannya.
Maimunah termasuk dalam tiga bersaudara yang memeluk Islam. Ibnu Abbas meriwayatkan dari Rasulullah yang bersabda: "Al-Mu'minah adalah tiga bersaudara, yaitu Maimunah, Ummu al-Fadhal, dan Asma. Beliau dilahirkan enam tahun sebelum masa kenabian, sehingga dia mengetahui saat-saat orang-orang hijrah ke Madinah. Rasulullah menikah dengan Maimunah dengan berstatus janda.
Keteladan Maimunah yaitu memiliki akhlak mulia. Beliau memperlakukan istri-istri Nabi yang lain dengan baik dan penuh rasa hormat. Aisyah menggambarkan Saimunah sebagai berikut, "Demi Allah, Maimunah adalah perempuan yang baik kepada kami dan selalu menjaga silaturahmi di antara kami." Dia dikenal dengan kezuhudannya, ketakwaannya, dan sikapnya yang selalu ingin mendekatkan diri kepada Allah. Riwayat-riwayat pun menceritakan penguasaan ilmunya yang luas.
Maimunah juga dikenal sebagai perempuan yang memiliki kemauan kuat menegakkan aturan Allah. Dia tidak mau mendahulukan kasih sayang, kelembutan, atau hubungan kerabat, mengalahkan penerapan syariat Allah. Maimunah memberikan keteladanan kepada kita untuk lebih mendahulukan aturan Allah, hukum-Nya, dan perintah-Nya dari segala bentuk hubungan lainnya, agar syariat Allah tetap tegak di muka bumi.
12. Mariyah Al-Qibtiyyah
Mariyah Al-Qibtiyah adalah perempuan (budak) asal Mesir yang dihadiahkan Muqauqis, penguasa Mesir kepada Rasulullah pada Tahun 7 H. Setelah dimerdekakan lalu dinikahi oleh Rasulullah dan mendapat seorang putra bernama Ibrahim. Beliau bernama asli Mariyah Binti Syam'un. Mengenai Mariyah, Sayyidah Aisyah pernah mengungkapkan rasa cemburunya. "Aku tidak pernah cemburu kepada wanita kecuali kepada Mariyah karena dia berparas cantik dan Rasulullah sangat tertarik kepadanya."
Keteladanan Mariyah adalah kesabarannya ketika putra tercinta yang juga dicintai Rasulullah yaitu Ibrahim, wafat. Meski ditimpa musibah, beliau tetap berada dalam jalur yang wajar sehingga tetap menjadi contoh bagi seluruh manusia ketika menghadapi kematian.
Kecintaannya kepada Rasulullah dan anaknya diwujudkan dalam bentuk perhatian terhadap makam keduanya. Sepeninggal Rasulullah, Mariyah hampir tidak pernah keluar rumah kecuali ziarah ke makam suaminya, Rasulullah dan makam putra tercintanya, Ibrahim di Baqi. Setelah Rasulullah meninggal, Mariyah hidup menyendiri dan mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah.
13. Zainab Binti Muhammad SAW
Zainab binti Muhammad ibn Abdillah merupakan putri tertua dari Rasulullah. Ia lahir ketika Rasulullah berumur 30 tahun. Beliau dilamar oleh Halah bint Khuwailid (bibi dari ibundanya) untuk dijodohkan dengan anaknya yang bernama Abu al-'Ash. Namun, Zainab berpisah dari suaminya karena Abu Al-Ash memilih bergabung dengan kaum musyrikin Makkah.
Enam tahun lamanya Zainab hidup bersama Rasulullah di Madinah. Selama itu pula ia tidak pernah berhenti berdoa agar kiranya Allah berkenan melapangkan hati suaminya untuk menerima Islam. Ketika Abu Al-Ash galau, ia teringat pada Zainab yang sangat mencintai dan setia padanya. Ia pun masuk Madinah secara sembunyi-sembunyi pada waktu malam, dan meminta perlindungan kepada Zainab.
Pada tahun 7 H Abu al-As akhirnya kembali ke Madinah dalam keadaan memeluk agama Islam. Ia pergi sebagai muhajir, yang kemudian dipersatukan kembali dengan Zainab dalam hubungan pernikahan yang islami. Nabi memuji putrinya atas kesetiaannya kepada suami yang telah lama berpisah. Zainab wafat pada tahun 8 Hijriyah. Ia telah mengukir keteladanan yang indah, yakni kesetiaan seorang istri kepada suami, ketulusan cinta dan keteguhan iman.
14. Ruqayyah Binti Muhammad SAW
Ruqayyah merupakan putri kedua Rasulullah dan istri dari Utsman ibn Affan. Beliau dilahirkan tahun ketujuh sebelum kenabian. Ketika kaum kafir Quraisy melakukan tekanan dan penyiksaan kepada umat Islam, Ruqayyah dan Utsman melakukan hijrah ke Habasyah demi menyelamatkan aqidah mereka.
Keteladanan Ruqayyah dipuji oleh Nabi ketika beliau ikut rombongan hijrah ke Habasyah berjumlah 11 orang. Beliau meninggalkan kesenangan berupa harta dan keluarga demi menegakkan agama Allah. Anas ibn Malik meriwayatkan bahwa Utsman ibn Affan pergi bersama istrinya Ruqayyah ke Habasyah. Ketika mendengar berita tentang nasib perjalanan Utsman ke Habasyah, membuat Rasulullah tertunduk. Seorang perempuan mengabarkan: "Aku melihat Utsman membawa istrinya di atas kuda yang lemah lagi lambat jalannya, sementara ia menuntunnya." Lalu Rasulullah bersabda: "Semoga Allah menemani mereka berdua".
Ruqayyah meninggal dunia setelah sakit. Ia meninggal 17 bulan setelah hijrah Rasulullah ke Madinah. Sepeninggal Ruqayyah, Rasulullah menikahkan Utsman dengan Ummu Kulsum, adik Ruqayyah.
15. Fathimah Binti Muhammad SAW (Sayyidah Nisa', Ahlul Jannah)
Sayyidah-Fathimah binti Muhammad, putri Rasulullah dilahirkan 5 tahun sebelum diutusnya Muhammad sebagai Rasul. Ibundanya adalah Ummul Mukminin Khadijah bint Khuwailid. Ketika masih bayi, ia tidak disusukan kepada perempuan lain sebagaimana tradisi Jahiliyyah. Ibundanya sendiri, Khadijah, yang menyusui Fathimah.
Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Fathimah-lah yang memiliki kemiripan dengan Nabi Muhammad termasuk budi pekertinya. Setelah wafatnya Khadijah, Fathimah lah yang melayani ayahandanya. Ia mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga Nabi. Ia juga menyayangi ayahnya, dan berusaha meringankan tugas ayahnya.
Rasulullah sangat menyayangi Fathimah, hingga beliau pernah bersabda: "Fathimah adalah bagian dari diriku, maka siapa saja yang membuat marah dia berarti dia membuat marah aku." Pada tahun kedua Hijrah, rasulullah menikahkan Fathimah dengan Ali Bin Abi Thalib dengan mahar hasil penjualan baju besinya sebesar 480 dirham.
Keistimewaan Fathimah disebutkan bahwa selain menjaga kemuliaan dan izzah perempuan, beliau juga sosok yang cerdas. Beliau pernah ambil bagian dalam periwayatan hadis, dengan meriwayatkan 18 Hadis. Menurut Ibn al-Jauzi, Fathimah merupakan satusatunya putri Rasulullah yang turut berperan dalam periwayatan hadis.
Dari pernikahnnya dengan Ali, Sayyidah Fathimah melahirkan 5 orang putra-putri, yaitu Al-Hasan, Al-Husain, Al-Muhsin yang meninggal saat masih kecil, Zainab al-Kubra, dan Ummu Kulsum al-Kubra.
Berikut lanjutan wanita cerdas di zaman Rasulullah yang dirangkum dari Buku "25 Perempuan Teladan" karya Hj Umma Farida Lc MA:
11. Maimunah Binti Al-Haris (Ummul Mukminin, Perempuan dengan Kemauan Kuat)
Maimunah binti Al-Haris al-Hilaliyah adalah istri Rasulullah yang pernikahannya disebabkan penyerahan dirinya kepada Nabi ketika keluarganya hidup dalam adat Jahiliyah. Beliau adalah bibi dari Khalid ibn Walid dan juga bibi dari Ibnu Abbas. Ia termasuk perempuan yang masyhur dengan keutamaan, nasab dan kemuliaannya.
Maimunah termasuk dalam tiga bersaudara yang memeluk Islam. Ibnu Abbas meriwayatkan dari Rasulullah yang bersabda: "Al-Mu'minah adalah tiga bersaudara, yaitu Maimunah, Ummu al-Fadhal, dan Asma. Beliau dilahirkan enam tahun sebelum masa kenabian, sehingga dia mengetahui saat-saat orang-orang hijrah ke Madinah. Rasulullah menikah dengan Maimunah dengan berstatus janda.
Keteladan Maimunah yaitu memiliki akhlak mulia. Beliau memperlakukan istri-istri Nabi yang lain dengan baik dan penuh rasa hormat. Aisyah menggambarkan Saimunah sebagai berikut, "Demi Allah, Maimunah adalah perempuan yang baik kepada kami dan selalu menjaga silaturahmi di antara kami." Dia dikenal dengan kezuhudannya, ketakwaannya, dan sikapnya yang selalu ingin mendekatkan diri kepada Allah. Riwayat-riwayat pun menceritakan penguasaan ilmunya yang luas.
Maimunah juga dikenal sebagai perempuan yang memiliki kemauan kuat menegakkan aturan Allah. Dia tidak mau mendahulukan kasih sayang, kelembutan, atau hubungan kerabat, mengalahkan penerapan syariat Allah. Maimunah memberikan keteladanan kepada kita untuk lebih mendahulukan aturan Allah, hukum-Nya, dan perintah-Nya dari segala bentuk hubungan lainnya, agar syariat Allah tetap tegak di muka bumi.
12. Mariyah Al-Qibtiyyah
Mariyah Al-Qibtiyah adalah perempuan (budak) asal Mesir yang dihadiahkan Muqauqis, penguasa Mesir kepada Rasulullah pada Tahun 7 H. Setelah dimerdekakan lalu dinikahi oleh Rasulullah dan mendapat seorang putra bernama Ibrahim. Beliau bernama asli Mariyah Binti Syam'un. Mengenai Mariyah, Sayyidah Aisyah pernah mengungkapkan rasa cemburunya. "Aku tidak pernah cemburu kepada wanita kecuali kepada Mariyah karena dia berparas cantik dan Rasulullah sangat tertarik kepadanya."
Keteladanan Mariyah adalah kesabarannya ketika putra tercinta yang juga dicintai Rasulullah yaitu Ibrahim, wafat. Meski ditimpa musibah, beliau tetap berada dalam jalur yang wajar sehingga tetap menjadi contoh bagi seluruh manusia ketika menghadapi kematian.
Kecintaannya kepada Rasulullah dan anaknya diwujudkan dalam bentuk perhatian terhadap makam keduanya. Sepeninggal Rasulullah, Mariyah hampir tidak pernah keluar rumah kecuali ziarah ke makam suaminya, Rasulullah dan makam putra tercintanya, Ibrahim di Baqi. Setelah Rasulullah meninggal, Mariyah hidup menyendiri dan mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah.
13. Zainab Binti Muhammad SAW
Zainab binti Muhammad ibn Abdillah merupakan putri tertua dari Rasulullah. Ia lahir ketika Rasulullah berumur 30 tahun. Beliau dilamar oleh Halah bint Khuwailid (bibi dari ibundanya) untuk dijodohkan dengan anaknya yang bernama Abu al-'Ash. Namun, Zainab berpisah dari suaminya karena Abu Al-Ash memilih bergabung dengan kaum musyrikin Makkah.
Enam tahun lamanya Zainab hidup bersama Rasulullah di Madinah. Selama itu pula ia tidak pernah berhenti berdoa agar kiranya Allah berkenan melapangkan hati suaminya untuk menerima Islam. Ketika Abu Al-Ash galau, ia teringat pada Zainab yang sangat mencintai dan setia padanya. Ia pun masuk Madinah secara sembunyi-sembunyi pada waktu malam, dan meminta perlindungan kepada Zainab.
Pada tahun 7 H Abu al-As akhirnya kembali ke Madinah dalam keadaan memeluk agama Islam. Ia pergi sebagai muhajir, yang kemudian dipersatukan kembali dengan Zainab dalam hubungan pernikahan yang islami. Nabi memuji putrinya atas kesetiaannya kepada suami yang telah lama berpisah. Zainab wafat pada tahun 8 Hijriyah. Ia telah mengukir keteladanan yang indah, yakni kesetiaan seorang istri kepada suami, ketulusan cinta dan keteguhan iman.
14. Ruqayyah Binti Muhammad SAW
Ruqayyah merupakan putri kedua Rasulullah dan istri dari Utsman ibn Affan. Beliau dilahirkan tahun ketujuh sebelum kenabian. Ketika kaum kafir Quraisy melakukan tekanan dan penyiksaan kepada umat Islam, Ruqayyah dan Utsman melakukan hijrah ke Habasyah demi menyelamatkan aqidah mereka.
Keteladanan Ruqayyah dipuji oleh Nabi ketika beliau ikut rombongan hijrah ke Habasyah berjumlah 11 orang. Beliau meninggalkan kesenangan berupa harta dan keluarga demi menegakkan agama Allah. Anas ibn Malik meriwayatkan bahwa Utsman ibn Affan pergi bersama istrinya Ruqayyah ke Habasyah. Ketika mendengar berita tentang nasib perjalanan Utsman ke Habasyah, membuat Rasulullah tertunduk. Seorang perempuan mengabarkan: "Aku melihat Utsman membawa istrinya di atas kuda yang lemah lagi lambat jalannya, sementara ia menuntunnya." Lalu Rasulullah bersabda: "Semoga Allah menemani mereka berdua".
Ruqayyah meninggal dunia setelah sakit. Ia meninggal 17 bulan setelah hijrah Rasulullah ke Madinah. Sepeninggal Ruqayyah, Rasulullah menikahkan Utsman dengan Ummu Kulsum, adik Ruqayyah.
15. Fathimah Binti Muhammad SAW (Sayyidah Nisa', Ahlul Jannah)
Sayyidah-Fathimah binti Muhammad, putri Rasulullah dilahirkan 5 tahun sebelum diutusnya Muhammad sebagai Rasul. Ibundanya adalah Ummul Mukminin Khadijah bint Khuwailid. Ketika masih bayi, ia tidak disusukan kepada perempuan lain sebagaimana tradisi Jahiliyyah. Ibundanya sendiri, Khadijah, yang menyusui Fathimah.
Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Fathimah-lah yang memiliki kemiripan dengan Nabi Muhammad termasuk budi pekertinya. Setelah wafatnya Khadijah, Fathimah lah yang melayani ayahandanya. Ia mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga Nabi. Ia juga menyayangi ayahnya, dan berusaha meringankan tugas ayahnya.
Rasulullah sangat menyayangi Fathimah, hingga beliau pernah bersabda: "Fathimah adalah bagian dari diriku, maka siapa saja yang membuat marah dia berarti dia membuat marah aku." Pada tahun kedua Hijrah, rasulullah menikahkan Fathimah dengan Ali Bin Abi Thalib dengan mahar hasil penjualan baju besinya sebesar 480 dirham.
Keistimewaan Fathimah disebutkan bahwa selain menjaga kemuliaan dan izzah perempuan, beliau juga sosok yang cerdas. Beliau pernah ambil bagian dalam periwayatan hadis, dengan meriwayatkan 18 Hadis. Menurut Ibn al-Jauzi, Fathimah merupakan satusatunya putri Rasulullah yang turut berperan dalam periwayatan hadis.
Dari pernikahnnya dengan Ali, Sayyidah Fathimah melahirkan 5 orang putra-putri, yaitu Al-Hasan, Al-Husain, Al-Muhsin yang meninggal saat masih kecil, Zainab al-Kubra, dan Ummu Kulsum al-Kubra.