Inilah Hasil Manis dari Keimanan kepada Allah
loading...
A
A
A
Sebagai muslim, kita wajib beriman kepada Allah Ta'ala dan rukun iman yang lainnya. Dari keimanan ini, banyak buah yang bisa kita petik. Buah-buah iman itu banyak berserakan di dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam Al-Qur'an.
Ada buah keimanan yang dipetik di dunia, ada buah keimanan yang dipetik kelak di akhirat. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut buah-buah manis yang bisa kita petik dari iman kepada Allah Ta'ala:
1. Kebahagiaan karena mendapat perwalian Allah ‘Azza wa Jalla
Mendapat perwalian Allah ‘Azza wa Jalla adalah kesempatan mulia yang menjadi ajang perlombaan hamba-hamba yang bersemangat untuk beriman. Sebab perwalian Allah ‘Azza wa Jalla adalah anugerah terbesar bagi orang-orang yang mau beriman.
Allah Ta'ala berfirman,
“Allah ‘Azza wa Jalla adalah wali bagi orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya.” (QS. Al-Baqarah: 257)
Maksudnya, Allah ‘Azza wa Jalla akan mengeluarkan orang-orang yang beriman dari gelapnya kekufuran menuju cahaya iman, dari gelapnya kejahilan menuju cahaya ilmu, dari gelapnya kemaksiatan menuju cahaya ketaatan, dari gelapnya kelalaian menuju cahaya ingatan, dan mengeluarkan mereka dari gelapnya berbagai macam keburukan lalu mengangkatnya menuju cahaya kebaikan baik yang disegerakan ataupun yang ditangguhkan.
Semua ini hanya akan diberikan oleh Allah ‘Azza wa Jalla bagi orang-orang yang beriman dengan benar, kemudian mengimplementasikan keimanannya dengan berbagai macam bentuk ketakwaan.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
“Orang-orang yang beriman mereka itulah yang bertakwa.” (QS. Yunus: 63)
2. Kemenangan berupa ridha Allah Ta'ala
Allah ‘Azza wa Jalla menjanjikan kemenangan besar bagi hamba-Nya yang beriman dengan benar dan utuh. Ia akan mendapat ridha dan rahmat Allah ‘Azza wa Jalla; sebuah pemberian yang tiada tandingannya. Kemenangan ini hanya akan diberikan Allah ‘Azza wa Jalla kepada orang yang beriman.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. At-Taubah: 72)
3. Terselamatkan dari marabahaya
Termasuk buah dari iman adalah terselamatkannya seseorang dari berbagai marabahaya karena keimanannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Allah ‘Azza wa Jalla akan menyelamatkan orang-orang yang mau beriman kepada-Nya dari berbagai kesulitan dan beban.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
“Sesungguhnya Allah menyelamatkan orang-orang yang telah beriman.” (QS. Al-Hajj: 38)
Saat menjelaskan makna dari surat al-Hajj ayat 38 di atas, Syaikh as-Sa’di mengatakan, “Allah melindungi orang yang beriman dari berbagai rintangan, melindungi mereka dari keburukan setan manusia dan setan jin, melindungi dari musuh-musuh mereka, dan melindungi mereka dari marabahaya sebelum diturunkan, kemudian mengangkatnya, lalu meringankannya setelah marabahaya itu diturunkan.” (At-Taudhih wal Bayan li Syajaratil Iman, Abdurrahman as-Sa’di, 87)
4. Kehidupan yang baik di dunia dan akhirat
Iman dan amal saleh yang menjadi salah satu cabang iman—membuahkan kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat kelak.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
“Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Ini merupakan salah satu keistimewaan dari iman. Iman melahirkan ketenangan hati, merasa cukup dengan rezeki yang diberikan oleh Allah ‘azza wajalla, dan tidak ada keinginan untuk menggantungkan harapan kepada selain Allah ‘azza wajalla. Ini adalah sebenar-benarnya kehidupan yang baik. Sebab, inti dari kehidupan yang baik adalah ketenangan dan ketenteraman hati, dan bebas dari hembusan yang menggiring pada tercabutnya iman yang benar. (At-Taudhih wal Bayan li Syajaratil Iman, Abdurrahman as-Sa’di, 87)
Ada buah keimanan yang dipetik di dunia, ada buah keimanan yang dipetik kelak di akhirat. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut buah-buah manis yang bisa kita petik dari iman kepada Allah Ta'ala:
1. Kebahagiaan karena mendapat perwalian Allah ‘Azza wa Jalla
Mendapat perwalian Allah ‘Azza wa Jalla adalah kesempatan mulia yang menjadi ajang perlombaan hamba-hamba yang bersemangat untuk beriman. Sebab perwalian Allah ‘Azza wa Jalla adalah anugerah terbesar bagi orang-orang yang mau beriman.
Allah Ta'ala berfirman,
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّور
“Allah ‘Azza wa Jalla adalah wali bagi orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya.” (QS. Al-Baqarah: 257)
Maksudnya, Allah ‘Azza wa Jalla akan mengeluarkan orang-orang yang beriman dari gelapnya kekufuran menuju cahaya iman, dari gelapnya kejahilan menuju cahaya ilmu, dari gelapnya kemaksiatan menuju cahaya ketaatan, dari gelapnya kelalaian menuju cahaya ingatan, dan mengeluarkan mereka dari gelapnya berbagai macam keburukan lalu mengangkatnya menuju cahaya kebaikan baik yang disegerakan ataupun yang ditangguhkan.
Baca Juga
Semua ini hanya akan diberikan oleh Allah ‘Azza wa Jalla bagi orang-orang yang beriman dengan benar, kemudian mengimplementasikan keimanannya dengan berbagai macam bentuk ketakwaan.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Orang-orang yang beriman mereka itulah yang bertakwa.” (QS. Yunus: 63)
2. Kemenangan berupa ridha Allah Ta'ala
Allah ‘Azza wa Jalla menjanjikan kemenangan besar bagi hamba-Nya yang beriman dengan benar dan utuh. Ia akan mendapat ridha dan rahmat Allah ‘Azza wa Jalla; sebuah pemberian yang tiada tandingannya. Kemenangan ini hanya akan diberikan Allah ‘Azza wa Jalla kepada orang yang beriman.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. At-Taubah: 72)
3. Terselamatkan dari marabahaya
Termasuk buah dari iman adalah terselamatkannya seseorang dari berbagai marabahaya karena keimanannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Allah ‘Azza wa Jalla akan menyelamatkan orang-orang yang mau beriman kepada-Nya dari berbagai kesulitan dan beban.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا
“Sesungguhnya Allah menyelamatkan orang-orang yang telah beriman.” (QS. Al-Hajj: 38)
Saat menjelaskan makna dari surat al-Hajj ayat 38 di atas, Syaikh as-Sa’di mengatakan, “Allah melindungi orang yang beriman dari berbagai rintangan, melindungi mereka dari keburukan setan manusia dan setan jin, melindungi dari musuh-musuh mereka, dan melindungi mereka dari marabahaya sebelum diturunkan, kemudian mengangkatnya, lalu meringankannya setelah marabahaya itu diturunkan.” (At-Taudhih wal Bayan li Syajaratil Iman, Abdurrahman as-Sa’di, 87)
4. Kehidupan yang baik di dunia dan akhirat
Iman dan amal saleh yang menjadi salah satu cabang iman—membuahkan kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat kelak.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Ini merupakan salah satu keistimewaan dari iman. Iman melahirkan ketenangan hati, merasa cukup dengan rezeki yang diberikan oleh Allah ‘azza wajalla, dan tidak ada keinginan untuk menggantungkan harapan kepada selain Allah ‘azza wajalla. Ini adalah sebenar-benarnya kehidupan yang baik. Sebab, inti dari kehidupan yang baik adalah ketenangan dan ketenteraman hati, dan bebas dari hembusan yang menggiring pada tercabutnya iman yang benar. (At-Taudhih wal Bayan li Syajaratil Iman, Abdurrahman as-Sa’di, 87)