Duka Umar bin Abdul Aziz Ketika Diangkat Menjadi Khalifah
loading...
A
A
A
Ketika menjelang wafat, ia hanya didamping oleh Raja’ bin Haywah. Raja’ menuntunnya mengucapkan dua kalimah syahadat, kemudian menyelimutinya dengan jubah hijau kesayangannya.
Raja' masih merahasiakan tentang berita kematian Sulaiman pada semua orang, termasuk istri khalifah, sampai ia mengumpulkan semua keluarga besar bani Umayyah.
Setelah semua berkumpul, dia lalu meminta sumpah sekali lagi dari semua yang hadir agar mematuhi nama siapapun yang keluar dari surat wasiat khalifah. Sebagian ada yang menolak, namun Raja’ tetap bersikeras agar semua yang hadir mengucapkan kembali sumpah setia mereka, dan akhirnya semua kembali bersumpah setia.
Setelah yakin dengan sumpah yang mereka ucapkan, Raja’ mulai mengabarkan, bahwa saat ini khalifah Sulaiman sudah wafat, dan ia mulai membacakan isi surat wasiat Sulaiman,
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Ini adalah surat dari hamba Allah, Sulaiman pemimpin kaum Muslimin, kepada Umar bin Abdul Aziz. Aku sudah menunjuk Anda sebagai penggantiku untuk menjadi khalifah, dan Anda akan digantikan oleh Yazid bin Abdul Malik. Wahai manusia, dengarkanlah dia dan patuhilah; takutlah pada Allah dan hindari perselisihan, agar musuh tidak mengambil keuntungan dari kalian.”
Mendengar ini, secara bersamaan Umar bin Abdul Aziz dan Hisham bin Abdul Malik mengucapkan, “Innalillahi wa innailaihi rajiun”. Satu ucapan yang sama, tapi dengan dua alasan yang berbeda.
Umar bin Abdul Aziz langsung menangis dan terpaku di tempat duduknya.
Mengetahui bahwa sejak lama Umar memang menolak jabatan tersebut, Raja’ bin Haywah yang membacakan wasiat tersebut bergegas mendatangi Umar dan menggangkat tangannya untuk dibai’at, kemudian Raja’ menarik paksa Umar bin Abdul Aziz ke atas mimbar.
Surat wasiat Sulaiman demikian mengikat. Yang menolaknya berarti mati. Hisham bin Abdul Malik – ketika mendengar nama Umar yang muncul – berkata, bahwa ia tidak akan mematuhi Umar sebagai khalifah.
Mendengar ini, Raja’ langsung menjawab, “kalau begitu, aku akan memenggal leher mu!”. Dan Hisham langsung terdiam.
Ketika berada di atas mimbar, Umar bin Abdul Aziz meminta Hisham sebagai orang yang pertama kali membai’atnya, dan Hisham pun datang membai’atnya, kemudian diikuti oleh seluruh yang hadir.
Umar bin Abdul Aziz didulat menjadi khalifah pada bulan Safar 99 H, di Dabiq, salah satu tempat di Suriah.
Raja' masih merahasiakan tentang berita kematian Sulaiman pada semua orang, termasuk istri khalifah, sampai ia mengumpulkan semua keluarga besar bani Umayyah.
Setelah semua berkumpul, dia lalu meminta sumpah sekali lagi dari semua yang hadir agar mematuhi nama siapapun yang keluar dari surat wasiat khalifah. Sebagian ada yang menolak, namun Raja’ tetap bersikeras agar semua yang hadir mengucapkan kembali sumpah setia mereka, dan akhirnya semua kembali bersumpah setia.
Setelah yakin dengan sumpah yang mereka ucapkan, Raja’ mulai mengabarkan, bahwa saat ini khalifah Sulaiman sudah wafat, dan ia mulai membacakan isi surat wasiat Sulaiman,
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Ini adalah surat dari hamba Allah, Sulaiman pemimpin kaum Muslimin, kepada Umar bin Abdul Aziz. Aku sudah menunjuk Anda sebagai penggantiku untuk menjadi khalifah, dan Anda akan digantikan oleh Yazid bin Abdul Malik. Wahai manusia, dengarkanlah dia dan patuhilah; takutlah pada Allah dan hindari perselisihan, agar musuh tidak mengambil keuntungan dari kalian.”
Mendengar ini, secara bersamaan Umar bin Abdul Aziz dan Hisham bin Abdul Malik mengucapkan, “Innalillahi wa innailaihi rajiun”. Satu ucapan yang sama, tapi dengan dua alasan yang berbeda.
Umar bin Abdul Aziz langsung menangis dan terpaku di tempat duduknya.
Mengetahui bahwa sejak lama Umar memang menolak jabatan tersebut, Raja’ bin Haywah yang membacakan wasiat tersebut bergegas mendatangi Umar dan menggangkat tangannya untuk dibai’at, kemudian Raja’ menarik paksa Umar bin Abdul Aziz ke atas mimbar.
Surat wasiat Sulaiman demikian mengikat. Yang menolaknya berarti mati. Hisham bin Abdul Malik – ketika mendengar nama Umar yang muncul – berkata, bahwa ia tidak akan mematuhi Umar sebagai khalifah.
Mendengar ini, Raja’ langsung menjawab, “kalau begitu, aku akan memenggal leher mu!”. Dan Hisham langsung terdiam.
Ketika berada di atas mimbar, Umar bin Abdul Aziz meminta Hisham sebagai orang yang pertama kali membai’atnya, dan Hisham pun datang membai’atnya, kemudian diikuti oleh seluruh yang hadir.
Umar bin Abdul Aziz didulat menjadi khalifah pada bulan Safar 99 H, di Dabiq, salah satu tempat di Suriah.
(mhy)