Kisah Umar bin Abdul Aziz Membebaskan Budak yang Meracuni Dirinya

Rabu, 17 November 2021 - 15:51 WIB
loading...
Kisah Umar bin Abdul Aziz Membebaskan Budak yang Meracuni Dirinya
Umar bin Abdul Aziz memaafkan dan membebaskan budak yang meracunianya. (Foto/Ilustrasi : Ist)
A A A
Khalifah Umar bin Abdul Aziz membebaskan budak yang meracuni dirinya sebelum beliau wafat. “Alas, kau sudah meracuniku. Apa yang membuatmu tega melakukan hal itu?” tanya Khalifah kepada budaknya.

“Mereka menghadiahiku 1000 dinar dan menjanjikan kebebasan padaku,” jawab sang budak, sebagaimana dikutip Akbar Shah Najeebabadi dalam bukunya berjudul The History Of Islam.

Selanjutnya Umar bin Abdul Aziz memerintahkan agar uang tersebut diserahkan kepadanya. Alas menyerahkan uang tersebut, selanjutnya Umar bin Abdul Aziz memerintahkan agar uang tersebut dimasukkan dalam baitul mal. Setelah itu khalifah memerintahkan agar Alas segera pergi sebagai orang yang merdeka.

Umar bin Abdul Aziz akhirnya wafat pada 25 Rajab 101 H, setelah memerintah selama 2 tahun 5 bulan. Meski sebentar, tapi ia telah berhasil memberikan secercah harapan bahwa keadilan masih mungkin untuk ditegakkan di dunia Islam.



Khulafah Rasyidin Kelima
Kaum Muslimin hampir semua sepakat bahwa yang disebut sebagai Khulafah Rasyidin ada empat. Mereka adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Inilah pemimpin kaum Muslimin yang dianggap adil dan bijaksana.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz dianggap memiliki derajat keadilan dan kebijaksanaan yang menyamai para pendahulunya itu, sehingga kerap dianggap sebagai Khulafah Rasyidin kelima.

Khalifah Dinasti Umayyah yang ke delapan ini didaulat pada bulan bulan Safar 99 H, di Dabiq, salah satu tempat di Suriah.

Segera setelah dinobatkan sebagai khalifah, Umar bin Abdul Aziz langsung melepaskan semua pakaian-pakaian mahalnya, dan menggantinya dengan pakaian murah.

Kepada istrinya ia memerintahkan untuk melepaskan semua perhiasan dan meletakkan di baitul mal. Ketika Umar selesai memimpin upacara pemakaman khalifah pendahulunya, Sulaiman bin Abdul Malik, anak buahnya langsung bergegas mempersilakan dirinya menggunakan kereta kencana yang merupakan kendaraan resmi khalifah. Tapi Umar menolaknya, dan memilih menunggangi keledai miliknya.

Ketika anak buahnya memintanya untuk menempati istana Damaskus, ia menolak. “Di sana masih ada Ayyub bin Sulaiman dan keluarganya. Aku tidak akan menempatinya selama mereka masih ada di sana,” ujarnya. Umar pun memilih tinggal di tendanya.



Tak Inginkan Kekuasaan
Abdul Aziz bin Al Walid, sosok yang sedianya digadang-gadang menggantikan Al Walid, tapi rencana tersebut gagal dan Sulaiman akhirnya naik tahta, bergegas menuju Damaskus begitu mendengar Sulaiman wafat.

Dia tidak mengetahui bahwa Umar bin Abdul Aziz yang menggantikan Sulaiman menjadi khalifah. Ia datang bersama pasukannya.

Di Damaskus ia diterima oleh Umar dengan tangan terbuka. Umar bin Abdul Aziz lalu berkata padanya, bahwa ia tidak menginginkan kekuasaan ini. Kalau Abdul Aziz ingin mengambilnya, maka ia tidak akan menghalangi jalannya.

Umar bin Abdul Aziz lebih memilih menghindar, dan pulang ke rumahnya. Tapi mendengar penyataan Umar ini, Abdul Aziz malah berkata, “Tidak ada orang selainmu yang aku harapkan mengisi kekuasaan ini.”

Seperti terjadi revolusi, begitu Umar menjabat, semua kebijakan dari pusat kekuasaan Dinasti Umayyah berubah dan berbanding terbalik dengan sebelumnya.

Beberapa gubernur yang dianggapnya curang atau korup segera ia berhentikan. Termasuk apabila kecurangan itu terjadi pada kelompok non-Muslim, seperti yang terjadi di beberapa kawasan di Eropa.

Membuat Gerah
Umar bin Abdul Aziz merombak banyak hal, termasuk permusuhan Bani Umayyah terhadap Ahl Bait Rasulullah SAW. Tanah Fadak yang semula dieksploitasi oleh Bani Umayyah dikembalikan kepada Bani Hasyim sebagai hak atas Sayidah Fatimah binti Rasulullah SAW.

Rangkaian kebijakan yang dikeluarkan oleh Umar ini secara perlahan membuat gerah berbagai kelompok di kalangan Bani Umayyah. Puncaknya adalah ketika Umar mencabut semua hak istimewa bani Umayyah atas masyarakat lainnya.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3818 seconds (0.1#10.140)