7 Tips Menghindarkan Diri dari Perbuatan Zina

Minggu, 21 November 2021 - 07:15 WIB
loading...
A A A
Termasuk dalam hal ini adalah bercampur baurnya antara saudara yang bukan mahram. Meskipun terkesan masih saudara dekat, namun tetap saja selama ia bukan mahram satu sama lain tidak diperkenankan. Selain karena kesempatan yang lebih mudah tersebut itulah justru yang banyak menipu dan menyebabkan terjadinya hal yang tidak diinginkan. Dalam hal ini termasuk sesama saudara ipar.

Bahkan baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara khusus menyebutkan betapa bahayanya bercampur baur antara saudara ipar,

“Hindarilah kalian duduk-duduk berbaur dengan perempuan.” Salah seorang sahabat Anshar bertanya,“Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai ipar?” Beliau menjawab,“Ipar adalah kematian.”(HR. Al-Bukhari No. 4934; Muslim No. 2172)



5. Mempermudah Urusan Pernikahan Anak

Setiap keluarga, khususnya wali, hendaknya mempermudah urusan pernikahan putra-putri dan sanak saudarinya demi tertutupnya pintu menuju dosa zina.

Allah shubhanahu wata’ala berfirman,
وَاَنْكِحُوا الْاَيَامٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَاِمَاۤىِٕكُمْۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَاۤءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.”(QS. An-Nūr: 32)

Dan bagi orang yang belum mampu menikah, hendaklah ia menjaga ‘iffah (harga diri).

Sebagaimana firman Allah shubhanahu wata’ala,

“Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan jika hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian (kebebasan), hendaklah kamu buat perjanjian kepada mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barang siapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.” (QS. An-Nūr: 33)

Karena barang siapa yang menjaga ‘iffah dari hal atau sesuatu yang haram karena takut kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikannya kaya dan mencukupkan rezekinya dengan yang halal. Dan barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, sungguh Allah akan menggantikan untuknya yang lebih baik dari apa yang ia tinggalkan.

6. Jangan Membincangkan Hal-hal Keji

Hendaknya setiap muslim menjauhi perbincangan tentang hal-hal yang keji dan tidak bergaul dengan para pelakunya. Karena perbuatan buruk yang senantiasa didengar akan berefek buruk pula kepada hati pendengarnya. Dan ditakutkan perbuatan buruk yang senantiasa terdengar akhirnya dianggap remeh dan dibiarkan.

Terkait hal ini, Allah shubhanahu wa ta’ala telah mengingatkan melalui firman-Nya,
اِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ اَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nur: 19)

7. Jangan Bergaul dengan Pelaku Zina

Setiap muslim hendaknya tidak bergaul atau berkawan dengan para pelaku zina dan pelaku-pelaku perbuatan haram, orang-orang yang senantiasa berbicara yang haram, yang menganggap remeh perbuatan haram, atau yang menggiring orang lain kepada yang haram.

Betapa banyak orang yang awalnya baik menjadi buruk karena salah pergaulan. Padahal baginda Nabi telah mengingatkan, “Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karenanya hendaklah salah seorang di antara kalian mencermati kepada siapa ia berteman.” (HR. At-Tirmidzi No. 2378)

Dan sebaik-sebaik kawan dekat adalah orang-orang yang bertakwa, bukan pelaku kemaksiatan atau dosa.



Wallahu A'lam
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1665 seconds (0.1#10.140)