Kisah Al-Musta'shim Billah, Khalifah yang Syahid Diinjak-injak Kuda Pasukan Mongol
loading...
A
A
A
Al-Musta'shim Billah bergelar Abu Ahmad dan bernama lengkap Abdullah bin al-Mustanshir Billah. Beliau lahir pada tahun 1213 dan meninggal pada 20 Februari 1258. Al-Musta'shim adalah khalifah terakhir Bani Abbasiyah, berkuasa dari 1242 hingga 1258. Beliau syahid setelah dieksekusi Hulagu Khan dengan cara diinjak-injak kuda pasukan Mongol atau Tartar.
Pada saat pasukan Mongol menyerbu Baghdad, Al-Musta'shim tidak melakukan perlawanan berarti. Di sisi lain, pimpinan pasukan Mongol, Hulagu Khan, mendapat nasihat para peramal bahwa darah Khalifah Abbasiyah tidak boleh tumpah ke bumi. Bila itu terjadi, maka bumi akan menolaknya, dan bencana alam pun akan terjadi.
Menyiasati nasihat ini, maka Hulagu Khan mengeluarkan perintah mengeksekusi khalifah dengan cara menggulungnya dengan karpet tebal, kemudian secara bersama-sama diinjak oleh barisan pasukan kuda Hulagu sampai syahid.
Fungsi karpet itu tidak lain untuk menghindari darah sang khalifah agar tidak jatuh ke bumi.
Ini adalah bagian dari kisah kekejaman tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan, selain membunuh ribuan warga muslim Baghdad dan mengakhiri kekhalifahan Abbasiyah.
Eamon Gearond dalam bukunya berjudul Turning Points in Middle Eastern History menulis penaklukan kota Baghdad oleh tentara Mongol terjadi pada tahun 1258. Peristiwa ini dikenal sebagai titik balik kejadian yang mengubah wajah peradaban Islam hingga hari ini.
Eksekusi Brutal
Eksekusi brutal atas Khalifah Al-Mustasim terjadi setelah Hulagu Khan dan pasukannya menjarah, membunuh, dan memperkosa perempuan Baghdad di bawah tatapan mata sang khalifah.
Patut dicatat, Al-Mustasim menyerahkan Baghdad ke Hulagu Khan pada 10 Februari 1258 M. Tiga hari kemudian, pasukan Mongol memasuki Baghdad.
Mereka melakukan pemerkosaan, penjarahan, dan pembunuhan sepuas-puasnya untuk merayakan kemenangan mereka. Maka tak pelak, Baghdad berubah menjadi arena pembantaian paling brutal.
Selama berhari-hari, baik pria, wanita, maupun anak-anak, masyarakat sipil ataupun tentara dikejar dan dibunuh oleh pasukan Hulagu. Jumlah korban tewas dalam peristiwa ini tidak terhitung dengan pasti.
Para ahli menyebut jumlah 1 juta. Tapi dalam suratnya yang ditujukan kepada Raja Perancis, Louis IX, Hulagu mengklaim membunuh 200.000 orang Baghdad dalam invasi ini.
Di level para ningrat, sekitar 3.000 tokoh terkemuka Baghdad – termasuk pejabat, anggota keluarga Abbasiyah, dan khalifah sendiri – memohon grasi. Tapi semua 3.000 orang tersebut dihukum mati, kecuali khalifah, yang ditahan untuk waktu yang tidak terlalu lama.
Khalifah dibiarkan hidup sementara, sambil menyaksikan kebrutalan ini. Melihat orang-orang nomaden itu menjarah dan membakar khasanah peradaban dinasti Abbasiyah, serta menikmati detik-detik kehancuran kekhalifahan yang sudah disusun oleh nenek moyangnya selama lebih dari 500 tahun.
Sejarawan Islam, Abdullah Wassaf memperkirakan pembantaian warga kota Baghdad sampai beberapa ratus ribu orang.
Ian Frazier dari majalah The New York Worker memberi perkiraan sekitar 200 ribu sampai dengan 1 juta orang. Setelah kehancuran ini, kota Baghdad tidak pernah lagi menjadi pusat norma budaya istiadat dan ilmu-ilmu alam.
Khalifah yang Religius
Dalam buku Ensiklopedi Sejarah Islam karya Tim Riset dan Studi Islam Mesir disebutkan dalam rangkaian Dinasti Abbasiyah terdapat 17 khalifah. Dengan terbunuhnya khalifah terakhir, maka berakhirlah kekhilafahan Abbasiyah di Baghdad.
Menurut buku tersebut, Al Mustashim Billah merupakan khalifah yang baik, religius, dan selalu menjaga lidah dan kemaluannya. Ia juga pandai membaca Al-Qur'an, baik hafalan maupun tajwid.
Asy-Syaraf Ad-Dimyathi mentakhrij 40 haditsnya. Ia juga memperoleh ijazah hadits darinya. Al Mu'tashim Billah juga memberikan ijazah hadits kepada sekelompok ulama. Hanya saja Khalifah Al Mustashim Billah lemah akalnya dan kurang perkasa.
Sementara itu, menterinya bernama Muayyiduddin Muhammad bin Al Alqami, pemilik kecenderungan kepada Syiah, adalah orang yang menyimpan dendam kepada Daulah Abbasiyah. Ada pendapat mengatakan bahwa ia keturunan Yahudi. Dialah orang yang membocorkan informasi mengenai kaum muslimin kepada pasukan Tartar, dan menyembunyikan kabar kedatangan mereka dari Al Mustashim.
Pada saat pasukan Mongol menyerbu Baghdad, Al-Musta'shim tidak melakukan perlawanan berarti. Di sisi lain, pimpinan pasukan Mongol, Hulagu Khan, mendapat nasihat para peramal bahwa darah Khalifah Abbasiyah tidak boleh tumpah ke bumi. Bila itu terjadi, maka bumi akan menolaknya, dan bencana alam pun akan terjadi.
Menyiasati nasihat ini, maka Hulagu Khan mengeluarkan perintah mengeksekusi khalifah dengan cara menggulungnya dengan karpet tebal, kemudian secara bersama-sama diinjak oleh barisan pasukan kuda Hulagu sampai syahid.
Fungsi karpet itu tidak lain untuk menghindari darah sang khalifah agar tidak jatuh ke bumi.
Ini adalah bagian dari kisah kekejaman tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan, selain membunuh ribuan warga muslim Baghdad dan mengakhiri kekhalifahan Abbasiyah.
Eamon Gearond dalam bukunya berjudul Turning Points in Middle Eastern History menulis penaklukan kota Baghdad oleh tentara Mongol terjadi pada tahun 1258. Peristiwa ini dikenal sebagai titik balik kejadian yang mengubah wajah peradaban Islam hingga hari ini.
Eksekusi Brutal
Eksekusi brutal atas Khalifah Al-Mustasim terjadi setelah Hulagu Khan dan pasukannya menjarah, membunuh, dan memperkosa perempuan Baghdad di bawah tatapan mata sang khalifah.
Patut dicatat, Al-Mustasim menyerahkan Baghdad ke Hulagu Khan pada 10 Februari 1258 M. Tiga hari kemudian, pasukan Mongol memasuki Baghdad.
Mereka melakukan pemerkosaan, penjarahan, dan pembunuhan sepuas-puasnya untuk merayakan kemenangan mereka. Maka tak pelak, Baghdad berubah menjadi arena pembantaian paling brutal.
Selama berhari-hari, baik pria, wanita, maupun anak-anak, masyarakat sipil ataupun tentara dikejar dan dibunuh oleh pasukan Hulagu. Jumlah korban tewas dalam peristiwa ini tidak terhitung dengan pasti.
Para ahli menyebut jumlah 1 juta. Tapi dalam suratnya yang ditujukan kepada Raja Perancis, Louis IX, Hulagu mengklaim membunuh 200.000 orang Baghdad dalam invasi ini.
Di level para ningrat, sekitar 3.000 tokoh terkemuka Baghdad – termasuk pejabat, anggota keluarga Abbasiyah, dan khalifah sendiri – memohon grasi. Tapi semua 3.000 orang tersebut dihukum mati, kecuali khalifah, yang ditahan untuk waktu yang tidak terlalu lama.
Khalifah dibiarkan hidup sementara, sambil menyaksikan kebrutalan ini. Melihat orang-orang nomaden itu menjarah dan membakar khasanah peradaban dinasti Abbasiyah, serta menikmati detik-detik kehancuran kekhalifahan yang sudah disusun oleh nenek moyangnya selama lebih dari 500 tahun.
Sejarawan Islam, Abdullah Wassaf memperkirakan pembantaian warga kota Baghdad sampai beberapa ratus ribu orang.
Ian Frazier dari majalah The New York Worker memberi perkiraan sekitar 200 ribu sampai dengan 1 juta orang. Setelah kehancuran ini, kota Baghdad tidak pernah lagi menjadi pusat norma budaya istiadat dan ilmu-ilmu alam.
Baca Juga
Khalifah yang Religius
Dalam buku Ensiklopedi Sejarah Islam karya Tim Riset dan Studi Islam Mesir disebutkan dalam rangkaian Dinasti Abbasiyah terdapat 17 khalifah. Dengan terbunuhnya khalifah terakhir, maka berakhirlah kekhilafahan Abbasiyah di Baghdad.
Menurut buku tersebut, Al Mustashim Billah merupakan khalifah yang baik, religius, dan selalu menjaga lidah dan kemaluannya. Ia juga pandai membaca Al-Qur'an, baik hafalan maupun tajwid.
Asy-Syaraf Ad-Dimyathi mentakhrij 40 haditsnya. Ia juga memperoleh ijazah hadits darinya. Al Mu'tashim Billah juga memberikan ijazah hadits kepada sekelompok ulama. Hanya saja Khalifah Al Mustashim Billah lemah akalnya dan kurang perkasa.
Sementara itu, menterinya bernama Muayyiduddin Muhammad bin Al Alqami, pemilik kecenderungan kepada Syiah, adalah orang yang menyimpan dendam kepada Daulah Abbasiyah. Ada pendapat mengatakan bahwa ia keturunan Yahudi. Dialah orang yang membocorkan informasi mengenai kaum muslimin kepada pasukan Tartar, dan menyembunyikan kabar kedatangan mereka dari Al Mustashim.
(mhy)