Wahai Kaum Wanita, Masihkah Harus Memamerkan Kecantikan Itu?

Sabtu, 04 Desember 2021 - 05:10 WIB
loading...
Wahai Kaum Wanita, Masihkah Harus Memamerkan Kecantikan Itu?
Banyak kaum wanita yang memilih tampil beda dengan yang lain, memamerkan keindahan yang dimilikinya, karena semua bagian tubuh wanita adalah keindahan. Foto ilustrasi/ist
A A A
Memamerkan kecantikan menjadi hal biasa di zaman ini. Banyak kaum wanita yang memilih tampil beda dengan yang lain, memamerkan keindahan yang dimilikinya. Semua bagian tubuh wanita adalah keindahan. Namun haruskah seperti itu? Benarkah keindahan itu harus selalu diperlihatkan?

Dalam Islam, salah satu bentuk penghormatan yang paling agung terhadap kaum wanita ini adalah apa yang diwajibkan oleh Allah kepadanya agar menutup aurat . Seluruh bagian tubuh wanita adalah aurat, kecuali mata dan telapak tangannya saja. Sayangnya, sebagian dari kaum Hawa ini justru masih meremehkan syariat Allah ini (memakai hijab).



Abdul Lathif bin Hajis al-Ghomidi dalam kitab, “Mukhalafaat Nisaiyyah”, 100 Mukhalafah Taqa’u fiha al-Katsir Minan Nisa-i bi Adillatiha Asy-Syar’iyyah”, apa yang diremehkan kaum perempuan ini berarti telah melakukan dosa besar berkaitan dengan hak dirinya maupun hak masyarakat di sekitarnya. Sebab, jika syariat ini tidak ada, pasti hawa nafsu akan semakin bergejolak, kerusakan akan semakin tersebar dan akan banyak lelaki yang terjerumus ke dalam kerusakan.

Dari Abu Hurairah diriwayatkan bahwa ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat (yaitu) suatu kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi, di mana dengan cemeti tersebut, dia memukuli manusia; dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berjalan berlenggak lenggok, dan kepala mereka seperti punuk onta yang berlenggak lenggok. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium baunya. Padahal baunya dapat tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian (Shahih Muslim (III/1339) (2128)

Menurut Al-Ghomidi, memamerkan kecantikan (tabarruj) adalah termasuk perbuatan jahiliyah orang-orang tempo dulu, termasuk bentuk kemunduran dan kembali ke zaman tak berperadaban. Mengapa engkau kembali lagi ke zaman kegelapan, wahai orang yang telah diterangi jalannya oleh Allah dengan cahaya syariat Islam !

Allah Ta'ala berfirman,
وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

"Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya (QS.Al-Ahzab : 33)

Dari Ummu Salamah radhiyallahu'anha diriwayatkan bahwa ia berkata, Ketika turun firman Allah :
يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ

"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka (al-Ahzab : 59), maka para wanita kaum Anshar keluar dari rumah mereka seolah-olah di kepala mereka ada burung gagak hitam karena kain kerudung mereka (Shahih Sunan Abi Dawud, (II/773) (3456)

Juga hadis dari Aisyah radhiyallahu'anha diriwayatkan bahwa ia berkata- : Semoga Allah merahmati wanita-wanita kaum Muhajirin yang pertama. Pasalnya, ketika turun firman Allah,
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

"Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka … (Qs. An-Nuur : 31), maka segera saja mereka menyobek kain korden-dalam riwayat lain disebutkan, kain yang tebal-, kemudian mereka menjadikannya sebagai kerudung (Shahih Sunan Abi Dawud (II/733) (3457)

Dari Abu Udzainah as-Sadafi radhiyallahu'anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Sebaik-baik istri kalian adalah yang penyayang, subur (banyak anak), baik hati, dan suka membantu; jika dia bertakwa kepada Allah. Dan sejelek-jelek istri kalian adalah yang suka mempertontonkan kecantiakannya lagi sombong, dan merekalah orang-orang munafik. Tidak ada yang akan masuk Surga dari mereka kecuali seperti burung gagak yang kedua sayapnya berwarna putih (Dikeluarkan oleh Baihaqi dalam as-Sunan. Lihat as-Silsilatus Shahihah (IV/464) (1849).

Ini merupakan kiasan tentang sedikitnya orang yang masuk surga dari kalangan wanita. Karena gagak yang mempunyai ciri tersebut memang sedikit.



Wallahu A’lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1402 seconds (0.1#10.140)