Kisah Terbunuhnya Nabi Yahya dan Perempuan yang Menginginkan Darahnya
loading...
A
A
A
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Qashash Al-Anbiya" menyebut banyak sekali riwayat yang menyebutkan penyebab terbunuhnya Nabi Yahya as . Selanjutnya ia menyampaikan salah satu kisah yang paling masyhur sebagai berikut:
Ketika itu, ada seorang raja di Damaskus yang ingin menikahi muhrimnya sendiri, atau wanita yang tidak boleh ia nikahi, lalu Yahya melarangnya melakukan hal itu. Maka wanita yang diinginkan oleh raja itu pun kesal terhadap Yahya.
Kemudian wanita itu merayu raja tersebut untuk menghalalkan darah Yahya baginya, dan ternyata raja itu mengizinkannya. Lalu wanita itu pun mengutus seseorang untuk membunuh Yahya. Dan tidak lama kemudian utusan itu membawa kepala dan sisa darah Yahya di dalam sebuah keranjang. Dan dikatakan pula, bahwa pada saat itu juga wanita tersebut meninggal dunia.
Riwayat lainnya menyebutkan, bahwa istri dari raja itulah yang menyukai Yahya, lalu ia mengirim surat kepada Yahya, namun Yahya menolaknya.
Setelah wanita itu putus asa mengejar Yahya, maka ia membuat siasat agar raja dapat membunuh Yahya.
Pada awalnya raja itu menolak untuk membunuh Yahya, namun pada akhirnya ia menyetujuinya. Lalu ia mengirim seseorang untuk mencari dan membunuh Yahya.
Setelah dibunuh, darah dan kepala Yahya dimasukkan ke dalam keranjang dan diberikan kepada wanita tersebut.
Riwayat Ishaq Bin Bisyr dalam kitab “Al-Mubtada” Ishaq bin Bisyr meriwayatkan, dari Ya'qub Al-Kufi, dari Amru bin Maimun, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas, bahwasanya ketika Rasulullah SAW melakukan Isra' Mi'raj, beliau bertemu Zakariya di atas langit.
Beliau menyapanya dan bertanya, “Wahai Abu Yahya, ceritakanlah tentang peristiwa pembunuhanmu, dan mengapa Bani Israil membunuhmu?”
Zakaria menjawab, “Wahai Muhammad, aku beritahukan kepadamu, bahwa Yahya adalah manusia terbaik pada zamannya, ia memiliki wajah yang rupawan dan bersinar, dan seperti difirmankan oleh Allah bahwa ia adalah seorang panutan dan berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu).
Ia sama sekali tidak butuh seorang wanita. Lalu istri dari raja Bani Israil ketika itu, yang senang menggoda kaum pria, suka terhadap Yahya (sebelum wanita itu menjadi istri raja). Kemudian wanita itu pun menggoda Yahya, namun Allah masih menjaga Yahya hingga ia menolak dan tidak mau melakukan hal-hal yang tidak terpuji bersama wanita tersebut.
Lalu wanita itu bertekad untuk membunuh Yahya. Ketika itu adalah hari raya, hari berkumpulnya semua masyarakat pada setiap tahunnya.
Lalu raja pun berkumpul bersama rakyatnya untuk merayakan hari tersebut. Kemudian wanita itu menghampiri raja yang memang suka terhadapnya, namun wanita tersebut saat itu belum menyukainya.
Lalu setelah menghampirinya, wanita itu menggoda raja dan bersedia untuk dinikahi. Setelah mendapatkan penawaran yang memang ditunggu-tunggunya, lalu raja itu berkata, "Mintalah kepadaku apa saja yang kamu inginkan, aku pasti akan meluluskannya."
Lalu wanita itu berkata, "Aku ingin darah Yahya bin Zakaria."
Raja itu terkejut bukan main, lalu ia berkata, "Mintalah yang lain, atau darah orang lain selain Yahya."
Wanita itu tetap bersikukuh, “Aku hanya ingin darah Yahya."
Maka raja itu pun menyetujuinya, "Baiklah kalau begitu, darahnya akan aku berikan kepadamu."
Ketika itu, ada seorang raja di Damaskus yang ingin menikahi muhrimnya sendiri, atau wanita yang tidak boleh ia nikahi, lalu Yahya melarangnya melakukan hal itu. Maka wanita yang diinginkan oleh raja itu pun kesal terhadap Yahya.
Kemudian wanita itu merayu raja tersebut untuk menghalalkan darah Yahya baginya, dan ternyata raja itu mengizinkannya. Lalu wanita itu pun mengutus seseorang untuk membunuh Yahya. Dan tidak lama kemudian utusan itu membawa kepala dan sisa darah Yahya di dalam sebuah keranjang. Dan dikatakan pula, bahwa pada saat itu juga wanita tersebut meninggal dunia.
Riwayat lainnya menyebutkan, bahwa istri dari raja itulah yang menyukai Yahya, lalu ia mengirim surat kepada Yahya, namun Yahya menolaknya.
Setelah wanita itu putus asa mengejar Yahya, maka ia membuat siasat agar raja dapat membunuh Yahya.
Pada awalnya raja itu menolak untuk membunuh Yahya, namun pada akhirnya ia menyetujuinya. Lalu ia mengirim seseorang untuk mencari dan membunuh Yahya.
Setelah dibunuh, darah dan kepala Yahya dimasukkan ke dalam keranjang dan diberikan kepada wanita tersebut.
Riwayat Ishaq Bin Bisyr dalam kitab “Al-Mubtada” Ishaq bin Bisyr meriwayatkan, dari Ya'qub Al-Kufi, dari Amru bin Maimun, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas, bahwasanya ketika Rasulullah SAW melakukan Isra' Mi'raj, beliau bertemu Zakariya di atas langit.
Beliau menyapanya dan bertanya, “Wahai Abu Yahya, ceritakanlah tentang peristiwa pembunuhanmu, dan mengapa Bani Israil membunuhmu?”
Zakaria menjawab, “Wahai Muhammad, aku beritahukan kepadamu, bahwa Yahya adalah manusia terbaik pada zamannya, ia memiliki wajah yang rupawan dan bersinar, dan seperti difirmankan oleh Allah bahwa ia adalah seorang panutan dan berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu).
Ia sama sekali tidak butuh seorang wanita. Lalu istri dari raja Bani Israil ketika itu, yang senang menggoda kaum pria, suka terhadap Yahya (sebelum wanita itu menjadi istri raja). Kemudian wanita itu pun menggoda Yahya, namun Allah masih menjaga Yahya hingga ia menolak dan tidak mau melakukan hal-hal yang tidak terpuji bersama wanita tersebut.
Lalu wanita itu bertekad untuk membunuh Yahya. Ketika itu adalah hari raya, hari berkumpulnya semua masyarakat pada setiap tahunnya.
Lalu raja pun berkumpul bersama rakyatnya untuk merayakan hari tersebut. Kemudian wanita itu menghampiri raja yang memang suka terhadapnya, namun wanita tersebut saat itu belum menyukainya.
Lalu setelah menghampirinya, wanita itu menggoda raja dan bersedia untuk dinikahi. Setelah mendapatkan penawaran yang memang ditunggu-tunggunya, lalu raja itu berkata, "Mintalah kepadaku apa saja yang kamu inginkan, aku pasti akan meluluskannya."
Lalu wanita itu berkata, "Aku ingin darah Yahya bin Zakaria."
Raja itu terkejut bukan main, lalu ia berkata, "Mintalah yang lain, atau darah orang lain selain Yahya."
Wanita itu tetap bersikukuh, “Aku hanya ingin darah Yahya."
Maka raja itu pun menyetujuinya, "Baiklah kalau begitu, darahnya akan aku berikan kepadamu."