Surat Ali Imran 190-191, Nabi Menangis karena Ayat Ini

Minggu, 12 Desember 2021 - 10:32 WIB
loading...
Surat Ali Imran 190-191, Nabi Menangis karena Ayat Ini
Surat Ali Imran 190-191 adalah ayat yang menjelaskan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah SWT bagi ulil albab atau orang-orang yang berakal. (Foto/Ilustrasi : Dok. SINDOnews)
A A A
Surat Ali Imran 190-191 adalah ayat yang menjelaskan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah SWT bagi ulil albab atau orang-orang yang berakal. Ayat ini banyak menggambarkan penciptaan langit dan bumi, proses bergantinya siang dan malam, serta fenomena alam lain yang menjadi kekuasaan mutlak Allah. Pada saat menerima wahyu ini Rasulullah menangis.

Suatu ketika Aisyahra bercerita, suatu malam Rasulullah SAW bertanya kepadanya, "Apakah engkau rela bila malam ini aku beribadah?"

Aisyah menjawab, "Sungguh aku senang ada di sisimu, tetapi aku juga rela dengan apa yang engkau senangi."

Rasulullah SAW kemudian mengambil wudhu untuk sholat dengan membaca Al-Quran sampai menangis dan ikat pinggangnya basah. Selesai sholat, beliau duduk berdzikir memuji Allah dan air matanya terus bercucuran sampai lantai tempat duduknya basah.



Di Masjid, Bilal sedang menunggu Rasulullah. "Tidak biasanya Rasul terlambat datang ke masjid untuk sholat (sebelum) Subuh. Ada apa gerangan?" tanya Bilal pada dirinya sendiri.

Kemudian, muadzin Masjid Nabawi tersebut mendatangi Rasul yang sedang menangis. "Wahai Rasulullah, mengapa engkau menangis? Bukankah seluruh dosamu telah diampuni Allah?" tanya Bilal.

"Wahai Bilal, bagaimana aku tidak menangis? Tadi malam, turun wahyu kepadaku:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang yang mengingat Allah, sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, peliharalah kami dari siksa api neraka.'" ( QS Ali Imran [3]: 190-191 ).

Tafsir dan Asbabun Nuzul
Ayat ini merupakan bantahan bagi kaum Yahudi yang mengklaim kefakiran Allah (Innallaha ta’ala faqirun wa nahnu aghniyaa). Kemudian pada kitab Lubaabun Nuqul Fi Asbabin Nuzul karangan Jalaluddin as-Suyuti, Surat Ali ‘Imran ayat 190-191 ini turun untuk menjelaskan bukti kaum Yahudi mengklaim kefakiran Allah SWT.

Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang Yahudi dan bertanya kepada mereka, apa tanda-tanda yang dibawa Musa kepada kalian?”

Orang-orang Yahudi itu menjawab “Tongkat dan tangan yang putih bagi orang-orang yang melihatnya.”

Lalu, orang-orang Quraisy itu mendatangi orang-orang Nasrani, lalu bertanya kepada mereka, “apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa?”

Mereka menjawab, “Dia dulu menyembuhkan orang yang buta, orang yang sakit kusta dan menghidupkan orang mati.” Lalu mereka mendatangi Nabi SAW.

Lalu berkata kepada beliau, “Berdoalah kepada Tuhanmu untuk mengubah bukit shafa menjadi emas untuk kami.” Lalu beliau berdoa, maka turunlah firman Allah surat Ali Imran ayat 190-191.

Ayat 190 bicara tentang hikmah penciptaan langit dan bumi hanya dirasakan oleh ulul albab, yakni orang-orang yang mengingat Allah SWT.

Syaikh Imam al-Qurthubi pada kitab tafsirnya yaitu Tafsir al-Qurtubi, menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kita untuk melihat, merenung, dan mengambil kesimpulan atas tanda-tanda ketuhanan. Tanda-tanda tersebut tidak mungkin ada, kecuali Allah-lah yang menciptakannya. Dan orang yang bisa melakukan perenungan atas segala penciptaan Allah SWT pada alam semesta, hanyalah ulul albab.



Ciri-ciri Ulul Albab
Laman Tafsir Al-Quran menjelaskan ulu dalam bahasa Arab berarti ashab yaitu pemilik. Sedangkan albab adalah bentuk jamak dari al-lubb yang berarti inti segala sesuatu (substansi). Dalam Al-Quran, kata ini disebutkan sebanyak 16 kali dan selalu merujuk pada arti orang yang berakal.

Pada kitab Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab , ayat tersebut dijelaskan sebagian dari ciri-ciri siapa yang dinamai Ulūl–albāb. Mereka adalah orang, baik laki-laki atau perempuan, yang terus menerus mengingat Allah, dengan ucapan dan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi apapun. Dengan cara apa mereka mengingat Allah? Yakni dengan cara berdizikir.

Sedangkan jika untuk objek akal pikiran adalah seluruh makhluk ciptaan Allah, diberikan kebebasan akal seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam.

Dengan demikian, dapat disimpulkan, ulul albab ialah orang-orang yang menggunakan akal dan logikanya dengan baik dan benar untuk mengenal siapakah Allah, serta memahami segala keagungan dan kekuasaan Allah. Dengan melalui tanda-tanda ciptaan Allah, maupun hukum ketetapan Allah, serta memahami sabab nuzul ayat Al-Quran, maka semua itu bisa disebut dengan ulul albab. Wallahu a’lam

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1400 seconds (0.1#10.140)