Nabi Zulkifli, Raja yang Sholat 100 Kali dalam Sehari
loading...
A
A
A
Laki-laki saleh itu bernama Basyar. Pada saat seorang raja kaum Bani Israil bingung mencari penerus kekuasaannya karena tidak memiliki putra, sang raja menunjuk Basyar sebagai pengganti. Basyar sanggup memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan sang raja. Zulkifli adalah orang yang taat beribadah. Ia melakukan sholat seratus kali dalam sehari.
Suatu hari, sang raja yang arif dan bijaksana resah menjelang pensiun. Soalnya, pada saat itu beliau belum memiliki calon pengganti yang tepat. Dia pun mengadakan sayembara dan mengumpulkan semua rakyatnya di depan kerajaan.
Sang raja berkata, “Wahai rakyatku, aku ingin mengangkat seseorang untuk memimpin kalian di masa hidupku agar aku dapat melihat tindak tanduknya.” .
Dia lantas berkata, “Siapa yang mampu mengemban tiga tugas dariku, yakni sanggup berpuasa di siang hari, salat di malam hari, dan menahan emosi. Ia akan aku angkat menjadi pemimpin negeri ini.”
Namun tidak ada satu pun dari rakyatnya yang menjawab, karena tiga tugas yang ia berikan sangatlah berat dan sulit untuk dilaksanakan secara terus-menerus kecuali bagi orang-orang pilihan.
Hingga akhirnya, berdirilah seorang pemuda bernama Basyar sambil mengangkat tangan kanannya dan berkata, “Hamba sanggup!” tegasnya.
Berulang-ulang sang raja bertanya kepada rakyatnya, namun tidak ada yang menjawab selain sang pemuda tadi. Maka terpilihlah Basyar menggantikan sang raja, dan namanya pun berubah menjadi Dzulkifli yang berarti “orang yang sanggup memegang janji.”
Kisah senada disampaikan Ibnu Jarir at-Thabari yang mengutip riwayat dari Mujahid. Dalam kisah ini disebut sang raja yang menjelang pensiun itu adalah Ilyasa’.
Status Dzulkifli
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Mujahid bahwa Dzulkifli adalah seorang laki-laki saleh, bukan seorang nabi. Ia memberikan jaminan kepada kaumnya bahwa ia sanggup menangani dan mengatur urusan mereka dengan adil dan bijaksana. Oleh sebab itu dia dijuluki Zulkifli.
Ibnu Katsir menegaskan dalam kitab Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim bahwa Zulkifli adalah seorang Nabi dengan alasan tidak ada seorangpun yang namanya disebut dalam deretan nama nabi-nabi kecuali dia adalah seorang nabi.
Ada yang menyatakan bahwa Dzulkifli adalah putera Nabi Ayyub AS . Syauqi Abu Khalil dalam bukunya Athlas Al-Qur’an meletakkan nama Nabi Dzulkifli dalam urutan setelah Nabi Ayyub AS. Begitu juga Muhammad Washfi dalam bukunya Tarikh al-Anbiya’ wa ar-Rusul meletakkan nama Dzulkifli dalam urutan setelah Nabi Ayyub AS.
Nabi Dzulkifli dikenal sebagai sosok hamba yang penyabar, memenuhi janji, amanah, jujur, dan sanggup menanggung risiko maupun kesulitan dari dakwah yang dilakukan kepada kaumnya.
Pada saat menjadi raja Syam, sosok hamba yang penyabar ini mampu memimpin negerinya dengan baik. Beliau bahkan lebih mementingkan urusan rakyatnya dibandingkan urusan dirinya dan keluarganya.
Dia memegang teguh janjinya untuk berpuasa di siang hari dan jalan di malam hari, serta selalu sabar dalam keadaan apapun. Ia juga tidak pernah marah-marah apalagi terlihat murka.
Suatu ketika, terjadi pemberontakan di negeri Syam oleh orang-orang yang durhaka kepada Allah SWT. Nabi Zulkifli lalu meminta prajurit dan rakyatnya untuk datang ke medan pertempuran. Namun, tidak ada satu rakyat pun yang berani melawan mereka karena takut mati. Sehingga mereka meminta Nabi Dzulkifli mendoakan kepada Allah SWT untuk menjamin keberlangsungan hidup mereka.
Tanpa berpikir dua kali, Nabi Dzulkifli dengan sabar berdoa kepada Allah SWT dan doanya tersebut segera dikabulkan oleh-Nya. Allah SWT berfirman, “Aku telah mengetahui permintaanmu, dan aku mendengar doamu. Semua itu akan Aku kabulkan.” Kemenangan pun dapat diraih tanpa seorang pun dari mereka yang gugur dalam pertempuran atas izin Allah SWT.
Tipu Daya Iblis
Pada suatu hari, Iblis datang untuk melakukan tipu daya agar Nabi Zulkifli gagal dalam mengemban tugasnya sebagai raja dan ketua dewan hakim. Iblis tersebut ternyata memiliki tipu daya yang begitu licik. Ia berubah wujud menjadi seorang manusia tua dan mengetuk pintu rumah Nabi Zulkifli untuk menggoyahkan kesabaran beliau.
“Siapa Anda,” tanya Nabi Zulkifli kepada setan yang menyamar.
“Hamba musafir, semua barang kepunyaan hamba dirampok orang,” balas setan tersebut.
Dengan rasa iba, Nabi Zulkifli meminta setan yang menyamar tersebut datang besok hari ke kerajaannya. Namun, yang ditunggu tak kunjung datang. Padahal Nabi Zulkifli sudah meluangkan waktu untuk membantu setan yang menyamar itu.
Suatu saat, Nabi Zulkifli merasa sangat ngantuk dan berpesan kepada keluarganya agar tidak mengizinkan orang lain menemuinya di waktu istirahat siang. Lagi dan lagi, setan datang untuk mengganggu Nabi Zulkifli.
Setan kembali menjelma menjadi pria tua, datang dan mengetuk rumah sosok hamba yang penyabar ini. Akan tetapi, keluarga beliau melarangnya karena Nabi Zulkifli telah berpesan agar tidak ada yang mengganggu istirahatnya.
Tidak terima atas penolakan, setan yang menyamar itu pun masuk melalui lubang di dinding rumah. Dia membangunkan Nabi Zulkifli yang sedang tertidur pulas. “Lihatlah dari mana aku datang,” ujar si setan. Menyadari bahwa pintu rumahnya terkunci, tetapi bapak tua tersebut tetap bisa masuk, Nabi Zulkifli pun berseru, “Kau musuh Allah!”
Setan itu pun menjawab, “benar, kau telah membuatku putus asa untuk menggoda dirimu. Maka Aku melakukan perbuatan yang kau saksikan sendiri secara langsung agar kau marah kepadaku.”
Tanpa rasa kesal sedikit pun, ternyata Nabi Zulkifli tidak marah dan ia tetap sabar meski terus-menerus diganggu bahkan ia sampai-sampai beberapa hari ia tidak bisa beristirahat.
Berkat kesabarannya tersebut, Allah swt memuji Nabi Zulkifi dalam surah al-Anbiya’ [21] ayat 85-86 dan surah Shad [38] ayat 48 yang masing-masing berbunyi:
“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar. Dan Kami masukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sungguh, mereka termasuk orang-orang yang saleh.” ( QS. Al-Anbiya’ : 85-86).
“Dan ingatlah Ismail, Ilyasa‘dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” ( QS Sad : 48).
Suatu hari, sang raja yang arif dan bijaksana resah menjelang pensiun. Soalnya, pada saat itu beliau belum memiliki calon pengganti yang tepat. Dia pun mengadakan sayembara dan mengumpulkan semua rakyatnya di depan kerajaan.
Sang raja berkata, “Wahai rakyatku, aku ingin mengangkat seseorang untuk memimpin kalian di masa hidupku agar aku dapat melihat tindak tanduknya.” .
Dia lantas berkata, “Siapa yang mampu mengemban tiga tugas dariku, yakni sanggup berpuasa di siang hari, salat di malam hari, dan menahan emosi. Ia akan aku angkat menjadi pemimpin negeri ini.”
Namun tidak ada satu pun dari rakyatnya yang menjawab, karena tiga tugas yang ia berikan sangatlah berat dan sulit untuk dilaksanakan secara terus-menerus kecuali bagi orang-orang pilihan.
Hingga akhirnya, berdirilah seorang pemuda bernama Basyar sambil mengangkat tangan kanannya dan berkata, “Hamba sanggup!” tegasnya.
Berulang-ulang sang raja bertanya kepada rakyatnya, namun tidak ada yang menjawab selain sang pemuda tadi. Maka terpilihlah Basyar menggantikan sang raja, dan namanya pun berubah menjadi Dzulkifli yang berarti “orang yang sanggup memegang janji.”
Kisah senada disampaikan Ibnu Jarir at-Thabari yang mengutip riwayat dari Mujahid. Dalam kisah ini disebut sang raja yang menjelang pensiun itu adalah Ilyasa’.
Status Dzulkifli
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Mujahid bahwa Dzulkifli adalah seorang laki-laki saleh, bukan seorang nabi. Ia memberikan jaminan kepada kaumnya bahwa ia sanggup menangani dan mengatur urusan mereka dengan adil dan bijaksana. Oleh sebab itu dia dijuluki Zulkifli.
Ibnu Katsir menegaskan dalam kitab Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim bahwa Zulkifli adalah seorang Nabi dengan alasan tidak ada seorangpun yang namanya disebut dalam deretan nama nabi-nabi kecuali dia adalah seorang nabi.
Ada yang menyatakan bahwa Dzulkifli adalah putera Nabi Ayyub AS . Syauqi Abu Khalil dalam bukunya Athlas Al-Qur’an meletakkan nama Nabi Dzulkifli dalam urutan setelah Nabi Ayyub AS. Begitu juga Muhammad Washfi dalam bukunya Tarikh al-Anbiya’ wa ar-Rusul meletakkan nama Dzulkifli dalam urutan setelah Nabi Ayyub AS.
Nabi Dzulkifli dikenal sebagai sosok hamba yang penyabar, memenuhi janji, amanah, jujur, dan sanggup menanggung risiko maupun kesulitan dari dakwah yang dilakukan kepada kaumnya.
Pada saat menjadi raja Syam, sosok hamba yang penyabar ini mampu memimpin negerinya dengan baik. Beliau bahkan lebih mementingkan urusan rakyatnya dibandingkan urusan dirinya dan keluarganya.
Dia memegang teguh janjinya untuk berpuasa di siang hari dan jalan di malam hari, serta selalu sabar dalam keadaan apapun. Ia juga tidak pernah marah-marah apalagi terlihat murka.
Suatu ketika, terjadi pemberontakan di negeri Syam oleh orang-orang yang durhaka kepada Allah SWT. Nabi Zulkifli lalu meminta prajurit dan rakyatnya untuk datang ke medan pertempuran. Namun, tidak ada satu rakyat pun yang berani melawan mereka karena takut mati. Sehingga mereka meminta Nabi Dzulkifli mendoakan kepada Allah SWT untuk menjamin keberlangsungan hidup mereka.
Tanpa berpikir dua kali, Nabi Dzulkifli dengan sabar berdoa kepada Allah SWT dan doanya tersebut segera dikabulkan oleh-Nya. Allah SWT berfirman, “Aku telah mengetahui permintaanmu, dan aku mendengar doamu. Semua itu akan Aku kabulkan.” Kemenangan pun dapat diraih tanpa seorang pun dari mereka yang gugur dalam pertempuran atas izin Allah SWT.
Tipu Daya Iblis
Pada suatu hari, Iblis datang untuk melakukan tipu daya agar Nabi Zulkifli gagal dalam mengemban tugasnya sebagai raja dan ketua dewan hakim. Iblis tersebut ternyata memiliki tipu daya yang begitu licik. Ia berubah wujud menjadi seorang manusia tua dan mengetuk pintu rumah Nabi Zulkifli untuk menggoyahkan kesabaran beliau.
“Siapa Anda,” tanya Nabi Zulkifli kepada setan yang menyamar.
“Hamba musafir, semua barang kepunyaan hamba dirampok orang,” balas setan tersebut.
Dengan rasa iba, Nabi Zulkifli meminta setan yang menyamar tersebut datang besok hari ke kerajaannya. Namun, yang ditunggu tak kunjung datang. Padahal Nabi Zulkifli sudah meluangkan waktu untuk membantu setan yang menyamar itu.
Suatu saat, Nabi Zulkifli merasa sangat ngantuk dan berpesan kepada keluarganya agar tidak mengizinkan orang lain menemuinya di waktu istirahat siang. Lagi dan lagi, setan datang untuk mengganggu Nabi Zulkifli.
Setan kembali menjelma menjadi pria tua, datang dan mengetuk rumah sosok hamba yang penyabar ini. Akan tetapi, keluarga beliau melarangnya karena Nabi Zulkifli telah berpesan agar tidak ada yang mengganggu istirahatnya.
Tidak terima atas penolakan, setan yang menyamar itu pun masuk melalui lubang di dinding rumah. Dia membangunkan Nabi Zulkifli yang sedang tertidur pulas. “Lihatlah dari mana aku datang,” ujar si setan. Menyadari bahwa pintu rumahnya terkunci, tetapi bapak tua tersebut tetap bisa masuk, Nabi Zulkifli pun berseru, “Kau musuh Allah!”
Setan itu pun menjawab, “benar, kau telah membuatku putus asa untuk menggoda dirimu. Maka Aku melakukan perbuatan yang kau saksikan sendiri secara langsung agar kau marah kepadaku.”
Tanpa rasa kesal sedikit pun, ternyata Nabi Zulkifli tidak marah dan ia tetap sabar meski terus-menerus diganggu bahkan ia sampai-sampai beberapa hari ia tidak bisa beristirahat.
Berkat kesabarannya tersebut, Allah swt memuji Nabi Zulkifi dalam surah al-Anbiya’ [21] ayat 85-86 dan surah Shad [38] ayat 48 yang masing-masing berbunyi:
وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِدْرِيْسَ وَذَا الْكِفْلِۗ كُلٌّ مِّنَ الصّٰبِرِيْنَ ۙ ٨٥ وَاَدْخَلْنٰهُمْ فِيْ رَحْمَتِنَاۗ اِنَّهُمْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ
“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar. Dan Kami masukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sungguh, mereka termasuk orang-orang yang saleh.” ( QS. Al-Anbiya’ : 85-86).
وَاذْكُرْ اِسْمٰعِيْلَ وَالْيَسَعَ وَذَا الْكِفْلِ ۗوَكُلٌّ مِّنَ الْاَخْيَارِۗ
“Dan ingatlah Ismail, Ilyasa‘dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.” ( QS Sad : 48).
(mhy)