Inilah Manfaat dan Keuntungan Banyak Anak dalam Islam
loading...
A
A
A
Banyak anak banyak rezeki? Ah, itu hanya pepatah kuno. Sudah tidak zamannya lagi, atau malah tidak sesuai perkembangan zaman! Mungkin itulah pemahaman yang ada di sebagian masyarakat kita saat ini. Padahal menurut pandangan Islam, membatasi jumlah kelahiran dengan alasan takut miskin ternyata jauh lebih kuno dan ketinggalan zaman.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra’ : 31).
Muslimah, soal rezeki dan nafkah adalah keyakinan dan prasangka kepada Allah. Barang siapa yang menyangka bahwa Allah akan menyempitkan rezekinya dengan banyak anak, jadilah apa yang disangkanya. Sebaliknya, orang-orang yang memandang kelahiran anak secara positif, juga akan memperlakukan anak-anaknya secara positif.
Penuh penerimaan, penuh kesabaran, penuh kebanggaan. Maka anak terbantu membentuk citra diri yang positif. Ia memandang dirinya secara positif dan bertindak dengan penuh dukungan yang bertanggung jawab. Suasananya kondusif untuk berprestasi dan mengaktualisasi diri. Maka, anak benar-benar rezeki yang agung.
Kelak anak-anak akan menjadi qurrata a’yun, menjadi penyejuk mata. Maka secara psikologis orang tuanya juga terdukung untuk bersemangat, ikhlas dan berikhtiar keras hingga terbukalah pintu-pintu rezeki. Umar bin Khatab berkata, “Perbanyaklah anak, karena kalian tidak tahu dari anak mana pintu rezeki akan terbuka lebar.”
Menurut Ustadz Raehanul Bahraen, dai yang juga seorang dokter yang tinggal di Yogyakarta ini, banyak keuntungan yang diperoleh pasangan yang memiliki banyak anak. Di antaranya adalah
1. Melaksanakan sunnah
Banyak anak termasuk sunnah ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Anas bin Malik berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata, “Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan berbangga dengan kalian dihadapan para nabi pada hari kiamat ”(HR Ibnu Hibban 9/338,Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ no 1784)
2. Banyak anak merupakan anugerah Allah
Jumlah yang banyak adalah karunia, sehingga Kaum Nabi Syu’aib‘alaihissalam diperingati tentang karunia mereka yaitu jumlah yang banyak padahal dahulunya sedikit.
Firman Allah Ta'ala:
"Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. (QS Al-A’raf: 86)
3. Rumah sepi kalau anak sedikit
Apalagi mulai ditinggal sekolah atau anak-anak mulai menikah dan tinggal di kota berbeda. Karena anak-anak adalah permata hati, hiburan bagi orang tua. Lelahnya bekerja dan mengasuh, akan hilang dengan senyum manis keluguan mereka.
Orang tua akan sangat sayang kepada anaknya, karenanya Allah mengingatkan anak agar tidak menjadi fitnah/ujian sebagaimana ujian harta, terlalu sayang kepada anak dan mendidik dengan kemanjaan berlebihan.
Allah Ta'ala berfirman,
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah/ujian (bagimu).” (QS At-Taghabun: 15)
4. Banyak anak, banyak rezeki
Asalkan rezeki dijemput, tidak bermalas-malasan. Dalam Al-Quran, kita diberi rezeki dengan kehadiran anak. Allah menyebut memberi rezeki anak DAN baru kemudian orang tuanya. Allah Ta'ala berfirman,
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rizqi kepada mereka dan juga kepadamu”. (QS Al-Isra’:31)
5. Banyak yang perhatian ketika kita sudah tua
Usia tua bukan harta dan jabatan lagi yang penting, tetapi perhatian orang terdekat. Berbahagia sekali jika punya banyak anak yang shalih lagi berbakti. Anak shalih akan selalu ingat keutamaan besar berbakti kepada orang tua.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua” (HR. Bukhari dalam adabul Mufrad)
6. Semakin banyak anak yang mendoakan orang tuanya
Bisa jadi Orang tua kaget di akhirat, karena ia mendapat kedudukan tinggi. Ia bertanya-tanya, ternyata karena doa anak-anaknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga,” maka ia pun bertanya: “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?” Allah menjawab: “Berkat istighfar anakmu bagi dirimu”.(HR. Ahmad, Ibnu Katsir berkata, isnadnya shahih)
Namun demikian, Ustadz Raehanul bahraen mengingatkan bahwa mendidik dan memberi nafkah anak adalah wajib atau kewajiban orang tua. Sedangkan banyak anak adalah sunnah. Sehingga perlu bijak mengatur jarak kelahiran anak, agar anak memperoleh haknya yaitu ASI full dua tahun, sang ibu bisa ada jeda antara melahirkan (menimbang kesehatan ibu), serta orang tua juga bisa mendidik dan memberikan perhatian yang cukup.
Wallahu A'lam
Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala:
وَلَا تَقۡتُلُوۡۤا اَوۡلَادَكُمۡ خَشۡيَةَ اِمۡلَاقٍؕ نَحۡنُ نَرۡزُقُهُمۡ وَاِيَّاكُمۡؕ اِنَّ قَتۡلَهُمۡ كَانَ خِطۡاً كَبِيۡرًا
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra’ : 31).
Muslimah, soal rezeki dan nafkah adalah keyakinan dan prasangka kepada Allah. Barang siapa yang menyangka bahwa Allah akan menyempitkan rezekinya dengan banyak anak, jadilah apa yang disangkanya. Sebaliknya, orang-orang yang memandang kelahiran anak secara positif, juga akan memperlakukan anak-anaknya secara positif.
Penuh penerimaan, penuh kesabaran, penuh kebanggaan. Maka anak terbantu membentuk citra diri yang positif. Ia memandang dirinya secara positif dan bertindak dengan penuh dukungan yang bertanggung jawab. Suasananya kondusif untuk berprestasi dan mengaktualisasi diri. Maka, anak benar-benar rezeki yang agung.
Kelak anak-anak akan menjadi qurrata a’yun, menjadi penyejuk mata. Maka secara psikologis orang tuanya juga terdukung untuk bersemangat, ikhlas dan berikhtiar keras hingga terbukalah pintu-pintu rezeki. Umar bin Khatab berkata, “Perbanyaklah anak, karena kalian tidak tahu dari anak mana pintu rezeki akan terbuka lebar.”
Menurut Ustadz Raehanul Bahraen, dai yang juga seorang dokter yang tinggal di Yogyakarta ini, banyak keuntungan yang diperoleh pasangan yang memiliki banyak anak. Di antaranya adalah
1. Melaksanakan sunnah
Banyak anak termasuk sunnah ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
عن أنس بن مالك قال كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَأْمُرُ بِالبَاءَةِ وَيَنْهَى عَنِ التَّبَتُّلِ نَهْيًا شَدِيْدًا وَيَقُوْلُ تَزَوَّجُوْا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّي مُكَاثِرُ الْأَنْبِيَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Anas bin Malik berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata, “Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan berbangga dengan kalian dihadapan para nabi pada hari kiamat ”(HR Ibnu Hibban 9/338,Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ no 1784)
2. Banyak anak merupakan anugerah Allah
Jumlah yang banyak adalah karunia, sehingga Kaum Nabi Syu’aib‘alaihissalam diperingati tentang karunia mereka yaitu jumlah yang banyak padahal dahulunya sedikit.
Firman Allah Ta'ala:
وَاذْكُرُواْ إِذْ كُنتُمْ قَلِيلاً فَكَثَّرَكُمْ
"Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. (QS Al-A’raf: 86)
3. Rumah sepi kalau anak sedikit
Apalagi mulai ditinggal sekolah atau anak-anak mulai menikah dan tinggal di kota berbeda. Karena anak-anak adalah permata hati, hiburan bagi orang tua. Lelahnya bekerja dan mengasuh, akan hilang dengan senyum manis keluguan mereka.
Orang tua akan sangat sayang kepada anaknya, karenanya Allah mengingatkan anak agar tidak menjadi fitnah/ujian sebagaimana ujian harta, terlalu sayang kepada anak dan mendidik dengan kemanjaan berlebihan.
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah/ujian (bagimu).” (QS At-Taghabun: 15)
4. Banyak anak, banyak rezeki
Asalkan rezeki dijemput, tidak bermalas-malasan. Dalam Al-Quran, kita diberi rezeki dengan kehadiran anak. Allah menyebut memberi rezeki anak DAN baru kemudian orang tuanya. Allah Ta'ala berfirman,
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rizqi kepada mereka dan juga kepadamu”. (QS Al-Isra’:31)
5. Banyak yang perhatian ketika kita sudah tua
Usia tua bukan harta dan jabatan lagi yang penting, tetapi perhatian orang terdekat. Berbahagia sekali jika punya banyak anak yang shalih lagi berbakti. Anak shalih akan selalu ingat keutamaan besar berbakti kepada orang tua.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسُخْطُ الرَّبِّ فِي سُخْطِ الْوَالِدِ
“Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua” (HR. Bukhari dalam adabul Mufrad)
6. Semakin banyak anak yang mendoakan orang tuanya
Bisa jadi Orang tua kaget di akhirat, karena ia mendapat kedudukan tinggi. Ia bertanya-tanya, ternyata karena doa anak-anaknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِيْ الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُ : يَا رَبِّ أَنىَّ لِيْ هَذِهِ ؟ فَيَقُوْلُ : بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga,” maka ia pun bertanya: “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?” Allah menjawab: “Berkat istighfar anakmu bagi dirimu”.(HR. Ahmad, Ibnu Katsir berkata, isnadnya shahih)
Namun demikian, Ustadz Raehanul bahraen mengingatkan bahwa mendidik dan memberi nafkah anak adalah wajib atau kewajiban orang tua. Sedangkan banyak anak adalah sunnah. Sehingga perlu bijak mengatur jarak kelahiran anak, agar anak memperoleh haknya yaitu ASI full dua tahun, sang ibu bisa ada jeda antara melahirkan (menimbang kesehatan ibu), serta orang tua juga bisa mendidik dan memberikan perhatian yang cukup.
Baca Juga
Wallahu A'lam
(wid)