AGH Huzaifah, abdikan hidup di pesantren

Jum'at, 27 Juli 2012 - 10:07 WIB
AGH Huzaifah, abdikan hidup di pesantren
AGH Huzaifah, abdikan hidup di pesantren
A A A
Sindonews.com - Kabupaten Bone memiliki banyak ulama besar yang berjasa mengembangkan ajaran Islam.Salah satunya, Anregurutta Haji (AGH) Huzaifah, pengasuh Pondok Pesantren Modern atau Ma’had Hadits Biru.

AGH Huzaifah merupakan salah satu ulama yang menimba ilmu agama di masa awal kemerdekaan Indonesia. Dia lahir pada 1939 di Dusun Awangnipa, Desa Mallari, Kecamatan Awangpone,dari pasangan H Mardin dan Becce. Menurut penuturan salah seorang putranya, H Salman Huzaifah, orang tuanya fokus mengajar di pesantren atas mandat yang diberikan Anregurutta Haji Junaid Sulaiman.

Bahkan karena kecintaannya pada pesantren, ketika terjadi gejolak politik dalam negeri,dan pesantren yang dikelolanya ditinggalkan santrinya, dia memilih bertahan. Situasi politik kala itu memanas menjelang Pemilu 1982. Totalitas pengabdian pada dunia pesantren ini membuat AGH Huzaifah banyak dipuji dan dikenang masyarakat. Pondok Pesantren Modern Biru masih eksis hingga saat ini.

Berbekal ilmu agama yang diperoleh dari Pesantren As’adiyah Sengkang yang dipimpin KH Muhammad As’ad, ditambah perkenalannya dengan ulama besar Bone AGH Junaid Sulaiman, AGH Huzaifah mengembang kan Pesantren Biru hingga melahirkan ribuan alumni. Pada masa remaja, Huzaifah menimba ilmu di Madrasah As’adiah Sengkang, Kabupaten Wajo. Dia menamatkan pendidikannya di pesantren ini pada 1957. Selama menempuh pendidikan di As’adiyah, Huzaifah memiliki catatan prestasi yang baik, salah satunya mampu menghafal Alquran hanya dalam kurun waktu enam bulan.

Setamat pesantren, pada 1962, Huzaifah melanjutkan studi ke Aliyah di Kota Parepare. Seperti pemuda Bugis pada umumnya, Huzaifah juga pernah merasakan pengalaman merantau. Setelah menamatkan pendidikan di Parepare,dia tidak langsung masuk ke pondok pesantren. Dia memilih merantau ke Ambon, Maluku. Sepulang dari perantauan, dia mulai mengabdikan ilmunya di masyarakat dengan menggelar pengajian di kampung istrinya di Watu, Kecamatan Cenrana, 30 km arah utara ibu kota Kabupaten Bone, Watampone.

Bahkan, dia terpilih menjadi imam masjid di kampung tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, Huzaifah bekerja sebagai nelayan. Di saat yang sama, salah satu ulama besar Bone lainnya, AGH Junaid Sulaiman, telah menyelesaikan pendidikannya di Mekah dan kembali ke tanah kelahirannya di Bone. AGH Junaid baru menyelesaikan pendidikan di Madrasah Shalathiyah Makkah Al Mukarramah.

AGH Junaid mendirikan lembaga penghafalan Alquran di Masjid Raya,Kelurahan Bukaka, Kecamatan Tanete Riattang pada 1960. Tidak berselang lama, AGH Junaid mendengar kabar ada salah satu alumni Pesantren As’adiyah Sengkang,yang mahir berbahasa Arab dan penghafal Alquran. Orang yang dimaksud tersebut tak lain adalah Huzaifah. AGH Junaid kemudian memanggil Huzaifah untuk mengajar penghafalan Alquran di Masjid Raya.

Selama mengajarkan penghafalan Alquran di Masjid Raya, AGH Junaid beralih tugas dengan berkeling desa untuk mengajarkan ilmu agama. Sepuluh tahun kemudian, pada 1970,AGH Junaid mendirikan pondok Pondok Pesantren Modern yang lebih dikenal dengan nama Ma’had Hadits Biru. Pesantren ini berlokasi di Kelurahan Biru, KecamatanTanete Riattang, Kota Watampone. Nama pesantren ini dicetuskan Syekh Abdul Azis Albah,seorang ulama dari Mesir yang mendapat tugas mengajar di Bone.

Ma’had Hadits dalam bahasa Arab artinya pesantren modern. Ketika pesantren modern ini dibangun, AGH Junaid kembali ke Masjid Raya, sementara AGH Huzaifah dipercayakan untuk mengajar dan memimpin penghafalan Alquran di Pesantren Biru. Di samping penghafalan Alquran dia juga mengajarkan cara membaca dan memahami Kitab Kuning. Hingga wafat pada 1998, AGH Huzaifah lebih banyak mengabdikan diri di pondok pesantren.

Semasa hidup, AGH Huzaifah berpesan kepada putra-putrinya agar lebih mendekatkan diri pada Alquran. AGH Huzaifah memiliki 11 orang anak.Tiga di antaranya mengikuti jejak ayahnya mengabdikan hidup di pondok pesantren. Mereka adalah Salman Huzaifah, Abu Khair, Dlyauddin.
(azh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2593 seconds (0.1#10.140)