Kisah Terbunuhnya Nabi Hanzalah dan Azab Allah Taala bagi Penduduk Rass
loading...
A
A
A
Hanzalah ibn Safwan adalah seorang nabi yang dibunuh penduduk Rass sehingga Allah SWT mengazab kaum ini. Kisah azab kaum Rass tersebut diabadikan dalam Al-Quran pada surat Al-Furqan ayat 38. Allah SWT berfirman:
"Dan (Kami binasakan) kaum 'Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut". ( QS Al-Furqan : 38)
Sa’id bin Jubair mengatakan bahwa kaum Rass memiliki seorang nabi bernama Hanzalah ibn Safwan, dan mereka membunuhnya dan Tuhan Yang Maha Kuasa menghancurkan mereka.
Hal senada juga disampaikan sahabat nabi terkemuka, Ikrimah bin Abu Jahal. Menurut dia, kaum Rass ini adalah orang-orang yang menambatkan Nabi mereka di sumur dan dia meninggal, dan Tuhan menghancurkan mereka.
Abu al-Hasan Ali bin Hamzah bin Abdullah bin Bahman bin Fairuz al-Kisa'i dikenal sebagai Al-Kisa’i (119 H/73-189 H/809) mengatakan bahwa Penduduk Rass menetap di tanah Hadhramaut dan kota mereka dinamakan dengan Rass.
Kota tersebut memiliki berbagai pepohonan, buah-buahan, dan kampung-kampung yang makmur. Di sana, tinggal beberapa kelompok dari Penduduk Rass yang menyembah berhala dan kelompok yang menyembah api.
As-Sa'di atau As-Si'di (1889–1956 M), penulis Taisir Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan yang lebih dikenal sebagai Tafsir As-Sa'di, mengatakan, penduduk Rass adalah sisa-sisa kaum Tsamud. Mereka adalah penduduk sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi.
As-Sadi, sebagiamana dikutip Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas pada buku yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menambahkan sumur yang ditinggalkan terletak di tanah Aden.
Penduduk kota tersebut mengambil air dari sana siang dan malam. Di sumur terdapat tujuh puluh kerekan dengan tujuh puluh embernya serta beberapa lelaki yang dipercayakan mengurusinya. Di dekat sumur tersebut ada penampungan air yang dipakai untuk pemandian.
Sedangkan menurut Ibnu Abbas r.a, Rass adalah telaga yang berada di Azerbaijan dan kaum Rass adalah penduduk salah satu kampung di Tsamud.
Penyembah Pohon
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib, beliau menjelaskan bahwa Ashabur Rass adalah sebuah kaum yang menyembah pohon sanaubar dan disebut sebagai syah dirakht (raja pohon).
Yafits bin Nuh adalah yang pertama kali menanam pohon itu pasca badai topan yang menerpa tepian sungai yang dikenal dengan sebutan Rousyan Oub.
Yafits menyebar dua belas bibit pohon sanaubar ke dua belas desa di tepian sungai. Desa-desa tersebut bernama Oban, Odzar, Die, Bahman, Isfand, Farwadin, Ordi Bahsyt, Khordad, Murdad, Tiir, Mihr, dan Syahriwar.
Nama-nama tersebut kemudian dijadikan nama-nama bulan dalam sistem penanggalan Bangsa Ajami atau Bangsa Persia.
Pohon yang itu tumbuh besar dan subur, para penduduk pun amat menghormati pohon tersebut. Melihat keadaan ini, setan pun berbisik pada Raja Tarouz agar memerintahkan seluruh penduduk untuk menyembah pohon itu.
Setan meminta raja untuk melarang kaumnya menggunakan air dari sungai di sekitar pohon sanubar. Raja pun mengumpulkan seluruh penduduk dari dua belas desa dan berkata, “Wahai pendudukku, janganlah kalian dan ternak kalian untuk minum dari sungai itu! Berikanlah kehidupan yang sempurna bagi pohon sanubar!”
Setan meyakinkan Kaum Rass bahwa pohon tersebut) sehingga tidak diperbolehkan siapapun mengganggu kehidupan pohon itu.
Dalam rangka pemujaan, Kaum Rass mengadakan sebuah perayaan rutin tiap bulannya. Pada hari raya itu, mereka mempersembahkan seserahan berupa daging hewan yang dibakar.
Saat asap pembakaran membumbung tinggi, mereka bersujud dan memohon pada pohon tersebut. Pada saat itulah setan menipu mereka seakan mereka sedang berbicara dengan sembahannya padahal, setanlah yang ada di balik pohon tersebut.
Isfandr adalah puncak perayaan bulanan tersebut. Hari Isfandr dilaksanakan selama dua belas hari dengan seserahan yang jauh lebih banyak dihadirkan. Mereka yakin, pada hari itu pohon sanaubar akan lebih banyak memberikan harapan pada mereka ketimbang hari-hari lainnya.
Suatu ketika, pengawal kerajaan menemukan seorang anak kecil yang minum dari air sungai itu. Pengawal pun mengadu pada raja dan hal ini membuat raja geram. Setan kian memengaruhi raja dan meminta raja untuk memenggal kepala anak kecil yang tak berdosa itu.
Raja Tarouz segera menyiapkan algojo dan mengumpulkan kaumnya di depan pohon sanaubar. Tangan anak kecil itu diikat di atas papan penggal, algojo telah mengasah pedang dan penduduk berteriak, “Hukum! Hukum! Hukum!”
Sang anak memohon dan menangis, ia terpaksa minum dari air itu karena sangat haus. Tapi raja tak memaafkan. Dipenggallah leher anak yang tak berdosa itu lalu setan datang dan berkata di balik pohon sanaubar, “Lihatlah! Ini adalah hukuman bagi siapapun yang minum dari sungai itu! Maka sujudlah padaku!”
Tak cukup sampai di situ, setan kembali menggoda Raja Tarouz dan kaumnya dengan menyerahkan seluruh binatang ternak yang telah minum dari air sungai itu.
Seluruh binatang ternak itupun disembelih dan seluruh penduduk diminta bersujud.
Nabi Hanzhalah bin Shafwan
Menurut As-Sadi, ketika penduduk daerah itu makin keblinger, Allah mengutus kepada mereka seorang nabi yang bernama Hanzhalah bin Shafwan.
Sekadar mengingatkan jumlah nabi sangatllah banyak. Ulama berbeda pendapat soal ini. Ada yang menyebutkan jumlah nabi mencapai 124 ribu orang sedangkan jumlah rasul sebanyak 313 orang, sebagaimana yang di riwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Abu Dzar ra.
Sedangkan nabi dan rasul yang wajib diimani ada 25 orang. Syaikh Al-Bajuri berpendapat jumlah nabi dan rasul itu tidak terbatas. ''Pendapat yang sahih (benar) mengenai para Nabi dan Rasul adalah tidak membatasi jumlah dengan hitungan tertentu. Karena hal itu bisa menetapkan kenabian pada seorang yang realitasnya bukan nabi atau sebaliknya menabikan kenabian pada seorang padahal realitasnya dia benar-benar Nabi.''
Keterangan Bajuri ini, bersumber pada Al-Quran surah An-Nisa ayat 164. ''Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu dan para Rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.''
Kembali ke Hanzhalah bin Shafwan. Nabi tersebut mengajak mereka untuk mengesakan Allah, tetapi mereka tidak menyambutnya. Nabi itu memberitahu mereka bahwasannya setanlah yang berbicara dengan mereka di balik pohon sanaubar serta menyeru pada kebenaran dan menyembah Allah.
Melihat keadaan ini, nabi tersebut iba bahkan geram. Anak kecil yang tak berdosa serta ternak-ternak yang tak berakal harus dibunuh dengan kejam. Kaum Rass menganggap apa yang dibicarakan nabi itu adalah hal konyol dan mustahil. Merekapun tak mengindahkan ucapannya. Rayuan demi rayuan pun dilancarkan oleh Sang Nabi demi merebut hati Kaum Rass agar mau beriman.
Sayangnya, usaha tersebut tak membuahkan hasil, hanya cibiran yang ia dapat dari kaum pemuja pohon itu. Nabi itupun memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar memberi pelajaran pada kaum itu, “Yaa Allah, berikanlah rahmat hamba-hamba-Mu yang beriman dan tunjukkanlah kekuasaan-Mu bagi siapapun yang mengingkari-Mu.”
Allah mengabulkan doa hamba-Nya yang beriman. Pohon yang tadinya tumbuh subur berubah menjadi pohon yang kering dan layu. Air yang mengalir di irigasi pun ikut kering. Seluruh tumbuhan yang ada di sekitanya pun mati. Allah berfirman, dalam surat Qaf ayat 12,
“Sebelum mereka, Kaum Nuh, penduduk Rass dan Tsamud telah mendustakan (rasul-rasul).”
Pembunuhan Nabi
Amarah kaum rass membuncah. Mereka tidak menerima kenyataan bahwa apa yang mereka puja harus layu dan mati. Mereka menyangka bahwa tuhan mereka telah disihir sang Nabi. Kebencian kian meradang.
Kaum Rass menjadi angkuh dan keras hati. Mereka pun merancang strategi pembunuhan atas Nabi karena mereka merasa bahwa Nabi tersebut telah merenggut kebahagiaan mereka selama ini.
Kaum Rass akhirnya menggali sumur yang kering dan membuang Nabi ke dalamnya dan sumur tersebut ditutup dengan batu besar.
Penderitaan Nabi tak sampai di situ. Kaum Rass tega tak memberinya makan dan minum agar perlahan Nabi itu mati dan membusuk di dalam sumur.
Nabi itu merintih dan akhirnya meninggal dalam sumur tersebut. Kaum Rass berkumpul di sekitar sumur sambil merayakan kematian sang utusan Allah.
Azab Allah Taala
Setan gembira melihat Kaum Rass yang sukses menyiksa Nabi. Ia pun kembali pada pohon sanaubar yang telah kering itu dan berkata, “Lihatlah hukuman yang aku berikan pada penyihir yang telah merebut hidupku dan kini aku kembali pada orang-orang yang memujaku.”
Saat itu pula, murka Allah datang. Allah menimpakan azab yang pedih kepada Kaum Rass. Allah memindahkan bukit Al-Harits dan bukit Al-Huwairits dari Thaif kepada mereka sehingga mereka dibenamkan di bawah kedua bukit tersebut dan tidak ada satupun rakyat dari kaum tersebut yang bertahan hidup.
وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَٰلِكَ كَثِيرًا
"Dan (Kami binasakan) kaum 'Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut". ( QS Al-Furqan : 38)
Sa’id bin Jubair mengatakan bahwa kaum Rass memiliki seorang nabi bernama Hanzalah ibn Safwan, dan mereka membunuhnya dan Tuhan Yang Maha Kuasa menghancurkan mereka.
Hal senada juga disampaikan sahabat nabi terkemuka, Ikrimah bin Abu Jahal. Menurut dia, kaum Rass ini adalah orang-orang yang menambatkan Nabi mereka di sumur dan dia meninggal, dan Tuhan menghancurkan mereka.
Abu al-Hasan Ali bin Hamzah bin Abdullah bin Bahman bin Fairuz al-Kisa'i dikenal sebagai Al-Kisa’i (119 H/73-189 H/809) mengatakan bahwa Penduduk Rass menetap di tanah Hadhramaut dan kota mereka dinamakan dengan Rass.
Kota tersebut memiliki berbagai pepohonan, buah-buahan, dan kampung-kampung yang makmur. Di sana, tinggal beberapa kelompok dari Penduduk Rass yang menyembah berhala dan kelompok yang menyembah api.
As-Sa'di atau As-Si'di (1889–1956 M), penulis Taisir Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan yang lebih dikenal sebagai Tafsir As-Sa'di, mengatakan, penduduk Rass adalah sisa-sisa kaum Tsamud. Mereka adalah penduduk sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi.
As-Sadi, sebagiamana dikutip Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas pada buku yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menambahkan sumur yang ditinggalkan terletak di tanah Aden.
Penduduk kota tersebut mengambil air dari sana siang dan malam. Di sumur terdapat tujuh puluh kerekan dengan tujuh puluh embernya serta beberapa lelaki yang dipercayakan mengurusinya. Di dekat sumur tersebut ada penampungan air yang dipakai untuk pemandian.
Sedangkan menurut Ibnu Abbas r.a, Rass adalah telaga yang berada di Azerbaijan dan kaum Rass adalah penduduk salah satu kampung di Tsamud.
Penyembah Pohon
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib, beliau menjelaskan bahwa Ashabur Rass adalah sebuah kaum yang menyembah pohon sanaubar dan disebut sebagai syah dirakht (raja pohon).
Yafits bin Nuh adalah yang pertama kali menanam pohon itu pasca badai topan yang menerpa tepian sungai yang dikenal dengan sebutan Rousyan Oub.
Yafits menyebar dua belas bibit pohon sanaubar ke dua belas desa di tepian sungai. Desa-desa tersebut bernama Oban, Odzar, Die, Bahman, Isfand, Farwadin, Ordi Bahsyt, Khordad, Murdad, Tiir, Mihr, dan Syahriwar.
Nama-nama tersebut kemudian dijadikan nama-nama bulan dalam sistem penanggalan Bangsa Ajami atau Bangsa Persia.
Pohon yang itu tumbuh besar dan subur, para penduduk pun amat menghormati pohon tersebut. Melihat keadaan ini, setan pun berbisik pada Raja Tarouz agar memerintahkan seluruh penduduk untuk menyembah pohon itu.
Setan meminta raja untuk melarang kaumnya menggunakan air dari sungai di sekitar pohon sanubar. Raja pun mengumpulkan seluruh penduduk dari dua belas desa dan berkata, “Wahai pendudukku, janganlah kalian dan ternak kalian untuk minum dari sungai itu! Berikanlah kehidupan yang sempurna bagi pohon sanubar!”
Setan meyakinkan Kaum Rass bahwa pohon tersebut) sehingga tidak diperbolehkan siapapun mengganggu kehidupan pohon itu.
Dalam rangka pemujaan, Kaum Rass mengadakan sebuah perayaan rutin tiap bulannya. Pada hari raya itu, mereka mempersembahkan seserahan berupa daging hewan yang dibakar.
Saat asap pembakaran membumbung tinggi, mereka bersujud dan memohon pada pohon tersebut. Pada saat itulah setan menipu mereka seakan mereka sedang berbicara dengan sembahannya padahal, setanlah yang ada di balik pohon tersebut.
Isfandr adalah puncak perayaan bulanan tersebut. Hari Isfandr dilaksanakan selama dua belas hari dengan seserahan yang jauh lebih banyak dihadirkan. Mereka yakin, pada hari itu pohon sanaubar akan lebih banyak memberikan harapan pada mereka ketimbang hari-hari lainnya.
Suatu ketika, pengawal kerajaan menemukan seorang anak kecil yang minum dari air sungai itu. Pengawal pun mengadu pada raja dan hal ini membuat raja geram. Setan kian memengaruhi raja dan meminta raja untuk memenggal kepala anak kecil yang tak berdosa itu.
Raja Tarouz segera menyiapkan algojo dan mengumpulkan kaumnya di depan pohon sanaubar. Tangan anak kecil itu diikat di atas papan penggal, algojo telah mengasah pedang dan penduduk berteriak, “Hukum! Hukum! Hukum!”
Sang anak memohon dan menangis, ia terpaksa minum dari air itu karena sangat haus. Tapi raja tak memaafkan. Dipenggallah leher anak yang tak berdosa itu lalu setan datang dan berkata di balik pohon sanaubar, “Lihatlah! Ini adalah hukuman bagi siapapun yang minum dari sungai itu! Maka sujudlah padaku!”
Tak cukup sampai di situ, setan kembali menggoda Raja Tarouz dan kaumnya dengan menyerahkan seluruh binatang ternak yang telah minum dari air sungai itu.
Seluruh binatang ternak itupun disembelih dan seluruh penduduk diminta bersujud.
Baca Juga
Nabi Hanzhalah bin Shafwan
Menurut As-Sadi, ketika penduduk daerah itu makin keblinger, Allah mengutus kepada mereka seorang nabi yang bernama Hanzhalah bin Shafwan.
Sekadar mengingatkan jumlah nabi sangatllah banyak. Ulama berbeda pendapat soal ini. Ada yang menyebutkan jumlah nabi mencapai 124 ribu orang sedangkan jumlah rasul sebanyak 313 orang, sebagaimana yang di riwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Abu Dzar ra.
Sedangkan nabi dan rasul yang wajib diimani ada 25 orang. Syaikh Al-Bajuri berpendapat jumlah nabi dan rasul itu tidak terbatas. ''Pendapat yang sahih (benar) mengenai para Nabi dan Rasul adalah tidak membatasi jumlah dengan hitungan tertentu. Karena hal itu bisa menetapkan kenabian pada seorang yang realitasnya bukan nabi atau sebaliknya menabikan kenabian pada seorang padahal realitasnya dia benar-benar Nabi.''
Keterangan Bajuri ini, bersumber pada Al-Quran surah An-Nisa ayat 164. ''Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu dan para Rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.''
Kembali ke Hanzhalah bin Shafwan. Nabi tersebut mengajak mereka untuk mengesakan Allah, tetapi mereka tidak menyambutnya. Nabi itu memberitahu mereka bahwasannya setanlah yang berbicara dengan mereka di balik pohon sanaubar serta menyeru pada kebenaran dan menyembah Allah.
Melihat keadaan ini, nabi tersebut iba bahkan geram. Anak kecil yang tak berdosa serta ternak-ternak yang tak berakal harus dibunuh dengan kejam. Kaum Rass menganggap apa yang dibicarakan nabi itu adalah hal konyol dan mustahil. Merekapun tak mengindahkan ucapannya. Rayuan demi rayuan pun dilancarkan oleh Sang Nabi demi merebut hati Kaum Rass agar mau beriman.
Sayangnya, usaha tersebut tak membuahkan hasil, hanya cibiran yang ia dapat dari kaum pemuja pohon itu. Nabi itupun memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar memberi pelajaran pada kaum itu, “Yaa Allah, berikanlah rahmat hamba-hamba-Mu yang beriman dan tunjukkanlah kekuasaan-Mu bagi siapapun yang mengingkari-Mu.”
Allah mengabulkan doa hamba-Nya yang beriman. Pohon yang tadinya tumbuh subur berubah menjadi pohon yang kering dan layu. Air yang mengalir di irigasi pun ikut kering. Seluruh tumbuhan yang ada di sekitanya pun mati. Allah berfirman, dalam surat Qaf ayat 12,
كَذّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَأَصْحَابُ الرَّسِّ وثَمُوْدُ
“Sebelum mereka, Kaum Nuh, penduduk Rass dan Tsamud telah mendustakan (rasul-rasul).”
Pembunuhan Nabi
Amarah kaum rass membuncah. Mereka tidak menerima kenyataan bahwa apa yang mereka puja harus layu dan mati. Mereka menyangka bahwa tuhan mereka telah disihir sang Nabi. Kebencian kian meradang.
Kaum Rass menjadi angkuh dan keras hati. Mereka pun merancang strategi pembunuhan atas Nabi karena mereka merasa bahwa Nabi tersebut telah merenggut kebahagiaan mereka selama ini.
Kaum Rass akhirnya menggali sumur yang kering dan membuang Nabi ke dalamnya dan sumur tersebut ditutup dengan batu besar.
Penderitaan Nabi tak sampai di situ. Kaum Rass tega tak memberinya makan dan minum agar perlahan Nabi itu mati dan membusuk di dalam sumur.
Nabi itu merintih dan akhirnya meninggal dalam sumur tersebut. Kaum Rass berkumpul di sekitar sumur sambil merayakan kematian sang utusan Allah.
Azab Allah Taala
Setan gembira melihat Kaum Rass yang sukses menyiksa Nabi. Ia pun kembali pada pohon sanaubar yang telah kering itu dan berkata, “Lihatlah hukuman yang aku berikan pada penyihir yang telah merebut hidupku dan kini aku kembali pada orang-orang yang memujaku.”
Saat itu pula, murka Allah datang. Allah menimpakan azab yang pedih kepada Kaum Rass. Allah memindahkan bukit Al-Harits dan bukit Al-Huwairits dari Thaif kepada mereka sehingga mereka dibenamkan di bawah kedua bukit tersebut dan tidak ada satupun rakyat dari kaum tersebut yang bertahan hidup.
(mhy)