Azab Kaum Nabi Luth, Peringatan bagi Perilaku Liwath
loading...
A
A
A
Azab kaum Nabi Luth terjadi akibat perilaku seks menyimpang dan menolak dakwah Nabi Luth. "Maka, tatkala datang azab Kami, Kami balikkan (kota itu), dan Kami turunkan di atasnya hujan batu, (seperti) tanah liat dibakar bertubi-tubi. Diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zalim." ( QS Hud : 82-83 )
Wilayah yang terkena azab ini bernama al-Mutafikah, yang di dalamnya terdapat lima kota, yaitu Sabah, Sarah, Amarah, Duma, dan Sodom.
Al-Tabari dalam kitabnya berjudul Tarikh al-Rusul wa al-Muluk menyebutkan, bahwa Sodom kini terletak di Yordania.
Sementara itu, Ibnu Katsir dalam kitabnya berjudul Qisas Al-Anbiya menyebut dengan lebih detail. Menurut dia, lokasinya berada di pantai bagian barat Laut Mati, atau dalam bahasa Arab disebut Al-Bahr al-Mayyit.
Diutus di Kota Sodom
Kota Sodom adalah kota yang paling besar di antara kelima kota tersebut. Ke wilayah inilah Nabi Luth AS diutus Allah SWT.
Mulanya, Nabi Luth ‘alaihissalam bersama pamannya, Nabi Ibrahim AS, berhijrah menuju Mesir. Keduanya tinggal di sana beberapa lama, lalu kembali ke Palestina.
Di tengah perjalanan menuju Palestina, Nabi Luth meminta izin kepada Nabi Ibrahim untuk pergi dan tinggal ke negeri Sodom. Selanjutnya Nabi Luth menikah di kota itu.
Penduduk kota ini memiliki akhlak sangat buruk. Mereka terjangkit perilaku seks menyimpang, homoseksual. Para lelaki menyalurkan nafsu seks dengan sesama laki-laki. Perempuan dengan perempuan.
Perbuatan itu merajalela di Kota Sodom. Seorang pendatang tidak akan selamat dari gangguan penduduk Sodom.
Apabila pendatang itu adalah seorang perempuan, para wanita akan mengganggunya. Apabila pendatang itu adalah seorang lelaki tampan, para lelaki di Kota Sodom akan memperebutkannya.
Nabi Luth diutus oleh Allah untuk menyadarkan kaum yang menyimpang ini. Nabi Luth diperintahkan menyampaikan risalah-Nya kepada kaumnya itu. Berkata Nabi Luth kepada kaumnya.
“Mengapa kamu melakukan perbuatan tercela itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun di dunia ini sebelummu? Kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada wanita. Bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas." ( Al-A'raf: 80-81 )
Pengkhianatan Istri
Mendengar seruan Nabi Luth, rakyat Sodom merasa terusik. Mereka berupaya menghentikan seruan itu. Mereka pun berkomplot mencari jalan bagaimana agar Nabi berhenti berdakwah.
Muncullah ide untuk menghasut istri Nabi Luth untuk mencelakai suaminya. Istri Nabi Luth diiming-imingi harta yang menggiurkan.
“Kamu berparas cantik, hai anakku. Tidak layak kamu membiarkan kecantikanmu itu dalam kemiskinan hina begini. Tidakkah kamu sadari bahwa kamu tidak mempunyai anak lelaki yang dapat bekerja untuk memberimu makan kelak apabila suamimu meninggal dunia?" tutur perempuan tua utusan kaumnya itu, saat membujuk istri Nabi Luth.
Wa’ilah, istri Nabi Luth, mendengarkan dengan seksama semua ucapan perempuan tua itu. Ya, ucapan itu telah membuatnya terlena.
“Lihatlah! Lihatlah, hai anakku, kepingan-kepingan emas dan perak ini!” ujar perempuan tua itu, kemudian sembari menunjukkan koin emas dan perak kepada Wa’ilah. “Sesungguhnya emas dan perak bagiku adalah barang yang mudah kuperoleh,” lanjutnya.
Perempuan tua itu lalu menawari perkerjaan itu kepada Wa’ilah. “Suruhlah salah seorang putrimu menemui sekelompok kaum kita dan memberitahu mereka akan adanya lelaki tampan di rumahmu. Dengan demikian, engkau akan memperoleh emas atau perak sebagai hadiahnya setiap kali engkau kerjakan itu. Dengan itu, engkau bersama putri-putrimu dapat merasakan kenikmatan sesuai dengan apa yang kalian kehendaki."
Wilayah yang terkena azab ini bernama al-Mutafikah, yang di dalamnya terdapat lima kota, yaitu Sabah, Sarah, Amarah, Duma, dan Sodom.
Al-Tabari dalam kitabnya berjudul Tarikh al-Rusul wa al-Muluk menyebutkan, bahwa Sodom kini terletak di Yordania.
Sementara itu, Ibnu Katsir dalam kitabnya berjudul Qisas Al-Anbiya menyebut dengan lebih detail. Menurut dia, lokasinya berada di pantai bagian barat Laut Mati, atau dalam bahasa Arab disebut Al-Bahr al-Mayyit.
Diutus di Kota Sodom
Kota Sodom adalah kota yang paling besar di antara kelima kota tersebut. Ke wilayah inilah Nabi Luth AS diutus Allah SWT.
Mulanya, Nabi Luth ‘alaihissalam bersama pamannya, Nabi Ibrahim AS, berhijrah menuju Mesir. Keduanya tinggal di sana beberapa lama, lalu kembali ke Palestina.
Di tengah perjalanan menuju Palestina, Nabi Luth meminta izin kepada Nabi Ibrahim untuk pergi dan tinggal ke negeri Sodom. Selanjutnya Nabi Luth menikah di kota itu.
Penduduk kota ini memiliki akhlak sangat buruk. Mereka terjangkit perilaku seks menyimpang, homoseksual. Para lelaki menyalurkan nafsu seks dengan sesama laki-laki. Perempuan dengan perempuan.
Perbuatan itu merajalela di Kota Sodom. Seorang pendatang tidak akan selamat dari gangguan penduduk Sodom.
Apabila pendatang itu adalah seorang perempuan, para wanita akan mengganggunya. Apabila pendatang itu adalah seorang lelaki tampan, para lelaki di Kota Sodom akan memperebutkannya.
Nabi Luth diutus oleh Allah untuk menyadarkan kaum yang menyimpang ini. Nabi Luth diperintahkan menyampaikan risalah-Nya kepada kaumnya itu. Berkata Nabi Luth kepada kaumnya.
“Mengapa kamu melakukan perbuatan tercela itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun di dunia ini sebelummu? Kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada wanita. Bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas." ( Al-A'raf: 80-81 )
Pengkhianatan Istri
Mendengar seruan Nabi Luth, rakyat Sodom merasa terusik. Mereka berupaya menghentikan seruan itu. Mereka pun berkomplot mencari jalan bagaimana agar Nabi berhenti berdakwah.
Muncullah ide untuk menghasut istri Nabi Luth untuk mencelakai suaminya. Istri Nabi Luth diiming-imingi harta yang menggiurkan.
“Kamu berparas cantik, hai anakku. Tidak layak kamu membiarkan kecantikanmu itu dalam kemiskinan hina begini. Tidakkah kamu sadari bahwa kamu tidak mempunyai anak lelaki yang dapat bekerja untuk memberimu makan kelak apabila suamimu meninggal dunia?" tutur perempuan tua utusan kaumnya itu, saat membujuk istri Nabi Luth.
Wa’ilah, istri Nabi Luth, mendengarkan dengan seksama semua ucapan perempuan tua itu. Ya, ucapan itu telah membuatnya terlena.
“Lihatlah! Lihatlah, hai anakku, kepingan-kepingan emas dan perak ini!” ujar perempuan tua itu, kemudian sembari menunjukkan koin emas dan perak kepada Wa’ilah. “Sesungguhnya emas dan perak bagiku adalah barang yang mudah kuperoleh,” lanjutnya.
Perempuan tua itu lalu menawari perkerjaan itu kepada Wa’ilah. “Suruhlah salah seorang putrimu menemui sekelompok kaum kita dan memberitahu mereka akan adanya lelaki tampan di rumahmu. Dengan demikian, engkau akan memperoleh emas atau perak sebagai hadiahnya setiap kali engkau kerjakan itu. Dengan itu, engkau bersama putri-putrimu dapat merasakan kenikmatan sesuai dengan apa yang kalian kehendaki."