Kisah Nabi Shaleh, Tuntutan Kaum Tsamud Sangat Muskil tapi Dikabulkan Allah Taala
loading...
A
A
A
Allah SWT sempat menidurkan Nabi Shaleh AS sampai 40 tahun di sebuah gua di gunung, tatkala beliau dikejar-kejar kaum Tsamud . Setelah terjaga dari tidurnya, Nabi Shaleh menerima wahyu dari Allah SWT: “Kembalilah kepada kaum Tsamud, ajaklah mereka untuk bertauhid.”
Nabi Shaleh pun datang kepada kaumnya. Kala itu kaum Tsamud sedang berkumpul, merayakan hari besar mereka. Raja duduk dikelilingi oleh kaumnya dan para pembesarnya.
Nabi Shaleh AS menyeru kepada mereka, “Wahai kaum Tsamud, beribadahlah kepada Allah, janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan apa pun.”
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menceritakan tatkala mereka mendengar suara Nabi Shaleh, berhala-berhala berjatuhan.
“Bukankah engkau adalah orang yang dahulu ada di sini menyeru seperti itu dan menghilang dari kami selama empat puluh tahun? Kami tidak akan beriman kepadamu sampai engkau dapat mengeluarkan untuk kami seekor unta dari batu ini,” ujar sang Raja kepada Nabi Shaleh.
Nabi Shaleh menjawab, “Sesungguhnya Tuhanku Mahakuasa atas segala sesuatu. Hal yang kalian ajukan itu sangat ringan bagi Tuhanku.”
Kaum Tsamud berkata, “Unta itu harus mempunyai beberapa warna, yaitu merah, kuning, hitam, dan putih. Tinggi dan lebarnya seratus siku, jalannya cepat seperti kilat yang menyambar, suaranya seperti halilintar yang menggemuruh."
"Ia harus mempunyai anak yang memiliki sifat sepertinya; susunya lebih manis daripada madu dan bisa memabukkan seperti arak. Ketika musim kemarau. Suhu badannya dingin; dan pada musim dingin, suhu badannya panas."
"Setiap orang sakit yang meminum susunya harus sembuh pada hari itu juga. Orang fakir yang meminumnya akan menjadi kaya."
"Ia harus datang kepada kami ketika waktu Isya, memberi salam kepada setiap orang disertai dengan menyebut namanya; kemudian ia diam di dekat pintu orang tersebut untuk mendapatkan susunya tanpa memakai alat pemeras."
"Ia tidak boleh digembalakan di tempat penggembalaan kami, tidak boleh membuang kotoran di tempat binatang ternak kami, air dibagi untuk kami satu hari dan untuk unta satu hari.”
Salah seorang di antara kaum itu mengatakan:
“Aku ingin yang keluar dari batu itu adalah unta yang badannya terbuat dari emas, kakinya dari perak, kepalanya dari zabarzud hijau, telinganya dari marjan, punuknya dari mutiara, dan ia memiliki empat pernik-pernik yang bertatahkan berbagai macam yakut. Apabila engkau bisa mengeluarkan unta kepada kami dengan sifat-sifat tersebut, maka kami akan mempercayai risalahmu.”
Raja berkata, “Bahkan keluarkanlah kepada kami dari batu itu unta yang memiliki daging, tulang, kulit, dan bulu; mempunyai punuk yang besar sebesar kubah, mempunyai anak dengan ciri-ciri sepertinya, yang selalu mengikutinya. Apabila engkau bisa mengeluarkan unta dengan sifat-sifat tersebut, aku akan beriman kepadamu dan risalahmu.”
Nabi Shaleh AS berkata, “Wahai kaumku, kalian telah meminta persyaratan yang begitu banyak. Akan tetapi, aku hanya meminta satu syarat. Yaitu siapa pun tidak boleh menungganginya, tidak melemparinya dengan batu ataupun pedang, dan janganlah ia dilarang untuk minum air, dan syarat ini juga berlaku untuk anaknya.”
Kaum Tsamud semuanya menjawab, “Ya, kami setuju.”
Setelah Nabi Shaleh menyelesaikan perjanjian dengan mereka, dia berdiri lalu sholat dua rakaat. Kemudian dia mengangkat tangannya ke arah langit seraya berdoa kepada Allah.
Kemudian dia mendatangi batu seraya memukulnya dengan tongkat yang dahulunya milik Nabi Adam AS. Kemudian batu ini berguncang dan merintih seperti merintihnya orang yang hamil mau melahirkan anaknya; lalu dari batu itu keluarlah seekor unta dengan sifat-sifat yang mereka inginkan berikut anaknya yang mengikutinya.
Nabi Shaleh pun datang kepada kaumnya. Kala itu kaum Tsamud sedang berkumpul, merayakan hari besar mereka. Raja duduk dikelilingi oleh kaumnya dan para pembesarnya.
Nabi Shaleh AS menyeru kepada mereka, “Wahai kaum Tsamud, beribadahlah kepada Allah, janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan apa pun.”
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menceritakan tatkala mereka mendengar suara Nabi Shaleh, berhala-berhala berjatuhan.
“Bukankah engkau adalah orang yang dahulu ada di sini menyeru seperti itu dan menghilang dari kami selama empat puluh tahun? Kami tidak akan beriman kepadamu sampai engkau dapat mengeluarkan untuk kami seekor unta dari batu ini,” ujar sang Raja kepada Nabi Shaleh.
Nabi Shaleh menjawab, “Sesungguhnya Tuhanku Mahakuasa atas segala sesuatu. Hal yang kalian ajukan itu sangat ringan bagi Tuhanku.”
Kaum Tsamud berkata, “Unta itu harus mempunyai beberapa warna, yaitu merah, kuning, hitam, dan putih. Tinggi dan lebarnya seratus siku, jalannya cepat seperti kilat yang menyambar, suaranya seperti halilintar yang menggemuruh."
"Ia harus mempunyai anak yang memiliki sifat sepertinya; susunya lebih manis daripada madu dan bisa memabukkan seperti arak. Ketika musim kemarau. Suhu badannya dingin; dan pada musim dingin, suhu badannya panas."
"Setiap orang sakit yang meminum susunya harus sembuh pada hari itu juga. Orang fakir yang meminumnya akan menjadi kaya."
"Ia harus datang kepada kami ketika waktu Isya, memberi salam kepada setiap orang disertai dengan menyebut namanya; kemudian ia diam di dekat pintu orang tersebut untuk mendapatkan susunya tanpa memakai alat pemeras."
"Ia tidak boleh digembalakan di tempat penggembalaan kami, tidak boleh membuang kotoran di tempat binatang ternak kami, air dibagi untuk kami satu hari dan untuk unta satu hari.”
Salah seorang di antara kaum itu mengatakan:
“Aku ingin yang keluar dari batu itu adalah unta yang badannya terbuat dari emas, kakinya dari perak, kepalanya dari zabarzud hijau, telinganya dari marjan, punuknya dari mutiara, dan ia memiliki empat pernik-pernik yang bertatahkan berbagai macam yakut. Apabila engkau bisa mengeluarkan unta kepada kami dengan sifat-sifat tersebut, maka kami akan mempercayai risalahmu.”
Raja berkata, “Bahkan keluarkanlah kepada kami dari batu itu unta yang memiliki daging, tulang, kulit, dan bulu; mempunyai punuk yang besar sebesar kubah, mempunyai anak dengan ciri-ciri sepertinya, yang selalu mengikutinya. Apabila engkau bisa mengeluarkan unta dengan sifat-sifat tersebut, aku akan beriman kepadamu dan risalahmu.”
Nabi Shaleh AS berkata, “Wahai kaumku, kalian telah meminta persyaratan yang begitu banyak. Akan tetapi, aku hanya meminta satu syarat. Yaitu siapa pun tidak boleh menungganginya, tidak melemparinya dengan batu ataupun pedang, dan janganlah ia dilarang untuk minum air, dan syarat ini juga berlaku untuk anaknya.”
Kaum Tsamud semuanya menjawab, “Ya, kami setuju.”
Setelah Nabi Shaleh menyelesaikan perjanjian dengan mereka, dia berdiri lalu sholat dua rakaat. Kemudian dia mengangkat tangannya ke arah langit seraya berdoa kepada Allah.
Kemudian dia mendatangi batu seraya memukulnya dengan tongkat yang dahulunya milik Nabi Adam AS. Kemudian batu ini berguncang dan merintih seperti merintihnya orang yang hamil mau melahirkan anaknya; lalu dari batu itu keluarlah seekor unta dengan sifat-sifat yang mereka inginkan berikut anaknya yang mengikutinya.