Kisah Walid bin Mughirah Ajak Barter Abu Thalib: Anaknya Ditukar dengan Nabi Muhammad SAW

Rabu, 23 Februari 2022 - 17:29 WIB
loading...
Kisah Walid bin Mughirah Ajak Barter Abu Thalib: Anaknya Ditukar dengan Nabi Muhammad SAW
Ilustrasi kaum Quraish. Walid bin Mughirah menyerahkan anaknya kepada Abu Thalib dengan harapan bisa dibarter dengan Nabi Muhammad. (Foto/Ilustrasi: Ist)
A A A
Tatkala dakwah Rasulullah SAW kian moncer dan tak terbendung lagi, Al-Walid bin Al-Mughirah tak putus asa. Dia terus menempuh berbagai cara lain untuk menghentikan dakwah tersebut. Salah satu jalan yang sempat ia tempuh adalah membarter putranya sendiri.



Al-Walid memerintahkan orang-orang Quraisy untuk membawa putranya yang masih remaja untuk diserahkan kepada Abu Thalib , paman Rasulullah SAW, dan menyampaikan sebuah pesan.

“Wahai Abu Thalib, inilah Umarah ibn Al-Walid, pemuda paling tampan dan paling perkasa di suku Quraisy. Ambillah dia sebagai anakmu! Kecerdasan dan kekuatannya tentu sangat berguna bagimu. Sebagai gantinya, serahkan kepada kami keponakanmu, Muhammad, yang telah menghina agama nenek moyang kita ini, yang telah memecah belah kaum kita, dan menghina nenek moyang kita sebagai orang yang bodoh."

"Biarkan kami membunuhnya. Tentu pertukaran ini seimbang. Satu lelaki ditukar satu lelaki,” ujar orang-orang Quraisy menyampaikan pesan Al-Walid.

Membaca pesan tersebut, Abu Thalib menjawab dengan tegas, “Demi Tuhan, alangkah buruk permintaan kalian! Bagaimana mungkin kalian berikan putra kalian kepadaku untuk kuberi makan, sedangkan kalian meminta anakku untuk kalian bunuh?"

"Tidak, demi Tuhan, hal ini tidak akan terjadi selamanya. Tidakkah kalian tahu bahwa unta saja jika kehilangan anaknya, ia tak ingin mengasuh anak unta lain?"

Mendengar respons Abu Thalib, Muth'im ibn Uday berkata, “Wahai Abu Thalib, kaummu benar. Sebaiknya engkau terima permintaan mereka."

“Tidak!" sergah Abu Thalib. “Mereka tidak benar. Engkau pun ingin bersekongkol dengan mereka untuk melecehkanku. Lakukanlah apa pun sesuka hati kalian!" ujar Abu Thalib.

Demikianlah hingga akhir hayatnya, pintu hati Al-Walid tak pernah terbuka untuk menerima hidayah. Sebaliknya, dia selalu berusaha menghalangi dakwah Rasulullah SAW dengan segala kemampuan yang dia miliki hingga hari tuanya. Meski demikian, segala usahanya sia-sia. Tak ada yang mampu memadamkan cahaya Allah SWT meskipun segala daya dikerahkan oleh musuh-musuh-Nya.



Akhir Hayat Al-Walid
Tiga bulan setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, Al-Walid ibn Al-Mughirah meninggal dunia.

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa suatu ketika Al-Walid melewati rumah Harits ibn 'Amir ibn Khuza'ah. Saat itu, Harits tengah mengasah anak panah miliknya. Tiba-tiba, salah satu anak panah tersebut mengenai kaki Al-Walid hingga kakinya tergores sedikit. Lalu, Malaikat Jibril mengirimkan penyakit sehingga goresan luka pada kakinya tersebut lama-kelamaan menjadi parah dan membusuk. Tak lama setelah peristiwa itu, Al-Walid pun meninggal dunia.

Oleh karena itu, sebelum meninggal, Al-Walid berpesan kepada anak-anaknya untuk menuntut diyat kepada Bani Khuza'ah.

Diyat adalah denda yang dibayarkan pelaku kejahatan kepada kurban atau keluarga kurban, yaitu dalam perkara pembunuhan dan kejahatan lain terhadap tubuh manusia.

Diyat juga bisa menjadi hukuman alternatif bagi qishash. Diyat umumnya diberikan berupa binatang ternak, mulai dari 100 ekor unta atau yang senilai dengan itu (untuk tebusan 1 nyawa), dan bervariasi sesuai kadar kejahatannya.

Dalam masa-masa sekaratnya, Al-Walid terlihat merintih kesakitan. Abu Jahal yang sedang berada di tempat itu bertanya, “Apa yang engkau rintihkan, wahai Paman?”

“Aku merintih bukan karena kesakitan menghadapi maut. Akan tetapi, aku mengkhawatirkan agama Muhammad akan berjaya di Kota Makkah ini," jawab Al-Walid penuh kerisauan.

Mendengar itu, Abu Sufyan yang juga berada di sana berkata, “Tidak! Aku menjamin itu tidak akan pernah terjadi.”

Akhirnya, Al-Walid pun meninggal. Kala itu, usianya sekitar 75 tahun. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa usianya mencapai 95 tahun. Dia dimakamkan di Hajun, sebuah pemakaman kuno di Kota Makkah yang berjarak sekitar 1,5 mil dari Masjidil Haram.

Kematiannya adalah realisasi dari janji Allah SWT bahwa Dia akan membebaskan Rasulullah SAW dari tukang olok-oloknya selama ini, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya, "Sesungguhnya Kami memelihara kamu (Muhammad) dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu)" ( QS Al-Hijr (15): 95).



10 Ayat Al-Quran
Al-Walid ibn Al-Mughirah adalah tokoh penting Quraisy. Ada lebih dari 100 ayat dalam Al-Quran yang membicarakan dirinya.

Ibnu 'Abbas r.a. berkata, “Tak ada seorang pun yang pernah dihinakan di dalam Al-Quran melebihi kehinaan Al-Walid ibn Al-Mughirah."

Kitab-kitab tafsir dipenuhi oleh namanya. Senada dengan Ibnu 'Abbas, Syaikh Shalih Al-Maqhamisi dalam suatu ceramahnya menyebutkan bahwa tidak pernah Allah SWT mencela seseorang di dalam Al-Quran seperti celaan-Nya kepada Al-Walid ibn Al-Mughirah.

Nama lengkapnya adalah Al-Walid ibn Al-Mughirah ibn Abdullah ibn Umar ibn Makhzum ibn Yagzhah ibn Murrah ibn Ka'ab ibn Lu'ay ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik. Ibunya bernama Shakhrah binti Al-Harits ibn Abdullah ibn Abd Syams.

Al-Walid lahir di Kota Mekkah pada 95 tahun sebelum hijrah, yaitu 530 M, dan meninggal pada 622 M.

Dengan demikian, ketika dakwah Islam baru memancarkan sinarnya, Al-Walid sudah berkedudukan sebagai sesepuh serta dituakan, baik dalam internal kabilah Quraisy maupun oleh penduduk Mekkah pada umumnya.

Sehari-hari, dia biasa dipanggil Abd Syams atau Abu 'Abd Syams. Dilatarbelakangi kedudukannya yang terpandang, beberapa gelar kehormatan disematkan pada dirinya.

Selain itu, Al-Walid juga memiliki banyak keturunan. Tercatat, ada 13 orang anak laki-laki dan tiga di antaranya kemudian memeluk Islam. Karena itulah, Al-Walid selalu membanggakan dirinya dengan berkata, “Akulah Al-Wahid putra Al-Wahid, tak ada orang Arab yang sebanding denganku.”

Tak hanya itu, dia juga digelari sebagai raihdnah Quraisy (flamboyan Quraisy)' karena popularitasnya di seantero Quraisy. Dia selalu menjadi pusat perhatian serta memiliki banyak pengagum dan pengikut.

Ibn Hisyam mengemukakan bahwa dari keturunannya yang banyak dan terpandang hanya 3 orang putranya yang memeluk agama Islam. Mereka adalah al-Walid Ibn al-Walid, Hisyam Ibn al-Walid, dan Khalid Ibn al-Walid .

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2206 seconds (0.1#10.140)