Pertanda Kiamat Terjadi, Kumandang Azan Sudah Tak Lagi Terdengar?

Senin, 28 Februari 2022 - 15:14 WIB
loading...
A A A
Kumandang suara azan melalui speaker-speaker di wilayah yang memang sejatinya menjadi mayoritas umat Islam memang merupakan sebuah keniscayaan sekaligus sebagai konsekuensi logis dimana hal tersebut menunjukkan syiar Islam.

Sama seperti konsekuensi logis bagi mereka yang tinggal di sekitar rel kereta api pun juga akan siap mendengarkan bunyi kereta api yang berisik dan mengganggu setiap kali ada kereta yang melintas.

Meskipun lagi-lagi, gangguan suara berisik tidak bisa disamakan dengan suara berisiknya rel kereta api, apalagi membuat pola perbandingan tolol antara suara kumandang adzan dengan suara gonggongan anjing.

Contoh lain, seperti di Singapura hari ini, dulu ketika Singapura masih menjadi bagian dari negara Melayu-Malaysia, sebagaimana adzan berkumandang di negeri-negeri Malaysia. Maka setelah Singapura memisahkan menjadi negara sekuler, mimpi saja mendengarkan kumandang suara azan yang bergema di jalan-jalan umum.

Turki pun pernah mengalami masa-masa menyedihkan, ketika Kemal Attaruk berambisi mengubah haluan negara Kekhalifahan Islam Turki Utsmani menjadi negara sekuleris, hal pertama kali yang dia lakukan adalah melarang penggunaan azan dalam bahasa Arab dan digantikan ke dalam bahasa Turki.

Bagi mereka yang tampil sebagai pendukung kebijakan pengurangan volume suara azan, tentu mereka dengan berbagai dalil dan alasan mencari-cari pembenaran dengan merujuk pada kebijakan negara-negara lain yang mengatur kebijakan penggunaan speaker/corong mic dalam perihal kumandang azan.

Dari poster yang mereka buat dan propagandakan, nampak ada beberapa negara yang melakukan pembatasan kumandang azan, seperti yang terjadi di Arab Saudi misalnya. Padahal negara kita sesungguhnya memiliki kearifan lokal sendiri yang tak harus merefensi pada kasus dan kebijakan luar. Nah, di sini kadang yang menjadi lucu sekaligus paradoksnya.

Giliran terkait kebijakan pengaturan kumandang adzan merujuk pada negara Arab Saudi, tapi giliran persoalan keIslaman lainnya yang merujuk pada negara Arab akan dibilang itu budaya Arab. Sangat membingungkan, bukan?

Kembali pada tajuk utama di atas bahwa fenomena menjelang akhir zaman dimana kiamat pasti akan berlaku ketika sudah tak lagi terdengar orang yang mengumandangkan kalimah "Allah" atau "La ilaha illallah", apakah berkaitan dengan upaya pembatasan atau pengurangan kumandang suara adzan dalam berbagai bentuk dan upaya degradasi syiar Islam itu sendiri?

Wallahu A'lam

(rhs)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1984 seconds (0.1#10.140)