Surat Al-Ma'un dan Hakikat Buah Kepercayaan tentang Hari Akhir
loading...
A
A
A
Kita tidak ingin memasuki diskusi dalam bidang hukum sekitar batas-batas iman dan Islam, karena batasan-batasan para ahli itu, berkaitan dengan interaksi sosial keagamaan. Sedangkan surat ini (Al-Ma'un) menegaskan hakikat persoalan dari sudut pandang dan penilaian Ilahi, yang tentunya berbeda dengan kenyataan-kenyataan lahiriah yang menjadi landasan penilaian interaksi antarmanusia.
Menurut Quraish Shihab, demikian surat ini menjelaskan hakikat dan buah kepercayaan tentang hari akhir.
Akhirnya perlu digarisbawahi bahwa perhatian Al-Qur'an yang sedemikian besar menyangkut persoalan hari akhir, membawa berbagai dampak di kalangan ilmuwan, agamawan, dan filosof. Antara lain berupa kegiatan diskusi yang menyita waktu dan energi mereka, khususnya detail kebangkitan tersebut apakah kebangkitan roh dan jasad atau hanya roh saja.
Menurut Quraish Shihab, dalam hal ini kita ingin menggarisbawahi bahwa seorang Muslim dituntut oleh agamanya untuk meyakini adanya hari kebangkitan setelah kematiannya di mana ketika itu ia menyadari eksistensi dirinya secara sempurna. Apa pun bentuk kebangkitan tersebut-apakah dengan roh dan jasad atau dengan roh saja- yang pokok adalah bahwa ketika itu setiap manusia mengenal dirinya, tidak kurang dari pengenalannya ketika ia hidup di dunia.
Adapun keterangan tentang hakikat kebangkitan, bentuk, waktu dan tempatnya, maka ke semua hal ini berada di luar tuntunan agama. Karena itu, sangat boleh jadi pembahasan para filosof dan ulama tentang soal tersebut lebih banyak didorong oleh kepentingan kepuasan penalaran akal daripada dorongan kehangatan iman. Waallahu 'Alam.
Menurut Quraish Shihab, demikian surat ini menjelaskan hakikat dan buah kepercayaan tentang hari akhir.
Akhirnya perlu digarisbawahi bahwa perhatian Al-Qur'an yang sedemikian besar menyangkut persoalan hari akhir, membawa berbagai dampak di kalangan ilmuwan, agamawan, dan filosof. Antara lain berupa kegiatan diskusi yang menyita waktu dan energi mereka, khususnya detail kebangkitan tersebut apakah kebangkitan roh dan jasad atau hanya roh saja.
Menurut Quraish Shihab, dalam hal ini kita ingin menggarisbawahi bahwa seorang Muslim dituntut oleh agamanya untuk meyakini adanya hari kebangkitan setelah kematiannya di mana ketika itu ia menyadari eksistensi dirinya secara sempurna. Apa pun bentuk kebangkitan tersebut-apakah dengan roh dan jasad atau dengan roh saja- yang pokok adalah bahwa ketika itu setiap manusia mengenal dirinya, tidak kurang dari pengenalannya ketika ia hidup di dunia.
Adapun keterangan tentang hakikat kebangkitan, bentuk, waktu dan tempatnya, maka ke semua hal ini berada di luar tuntunan agama. Karena itu, sangat boleh jadi pembahasan para filosof dan ulama tentang soal tersebut lebih banyak didorong oleh kepentingan kepuasan penalaran akal daripada dorongan kehangatan iman. Waallahu 'Alam.
(mhy)