Khalifah Abdul Malik dan Kisah Cucu Abu Bakar yang Dipenggal Kepalanya

Selasa, 01 Maret 2022 - 05:15 WIB
loading...
Khalifah Abdul Malik...
Pada masa kekuasaannya, Abdul Malik berhasil menyatukan seluruh kekhalifahan dalam kendali tunggal Umayyah yang berpusat di Damaskus. (Foto/Ilusrasi: Ist)
A A A
Abdul Malik bin Marwan adalah khalifah dari Dinasti Umayyah yang berkuasa pada tahun 685 sampai 705. Abdul Malik mewarisi tampuk kekhalifahan dari ayahnya Marwan bin Hakam.

Pada masa kekuasaannya, Abdul Malik berhasil menyatukan seluruh kekhalifahan dalam kendali tunggal Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada masa kepimpinannya inilah kekhalifahan Abdullah bin Zubair di Hijaz dihabisi. Cucu Abu Bakar As-Shiddiq sahid dengan kepada dipenggal.

Sebagian besar sejarawan sepakat, bahwa era kepemimpinan Abdul Malik merupakan permulaan masa keemasan Dinasti Umayyah.



Ath-Thabari mencatat, hal pertama yang dilakukan Abdul Malik begitu dilantik adalah menegaskan kembali kedudukan Dinasti Umayyah yang sempat hancur. Setelah selesai pengangkatan atau baiat di Masjid Damaskus pada 65 Hijriyah, Khalifah Abdul Malik bin Marwan naik mimbar dan menyampaikan pidato singkat namun tegas yang dicatat sejarah.

Di antara isi pidato itu adalah, “Aku bukan khalifah yang suka menyerah dan lemah, bukan juga seorang khalifah yang suka berunding, bukan juga seorang khalifah yang berakhlak rendah. Siapa yang nanti berkata begini dengan kepalanya, akan kujawab begini dengan pedangku.”

Setelah ia turun dari mimbar, sejak saat itu wibawanya dirasakan oleh segenap hadirin. Mereka mendengarkan ucapannya dengan rasa hormat dan kepatuhan.

Dan dia benar-benar membuktikan kata-katanya. Hanya sesaat setelah itu, armada perang pun dipersiapkan matang.

Lawan pertama yang harus ditundukkan adalah Abdullah bin Zubair yang menguasai wilayah mulai dari Hijaz hingga Persia. Taktik Abdul Malik cukup jitu. Ia tidak langsung menyerang pusat kekuatan Abdullah bin Zubair yang berada di Mekkah dan Madinah, tapi melumpuhkan dulu Persia (Irak, Iran, Khurasan dan Bukhara) yang menjadi lumbung perekonomian Bani Zubair.

Setelah menjinakkan Persia, maka babak akhir penaklukanpun dilangsungkan. Sebuah pasukan terdiri dari 2000 personil yang dipimpin oleh Hajjaj bin Yusuf diberangkatkan ke Mekkah dari Damaskus.



Terkait pemilihan Hajjaj bin Yusuf ini, Ath-Thabari mengatakan bahwa Hajjaj sendiri yang meminta kepada Abdul Malik. Ia mengatakan pada Abdul Malik bahwa ia bermimpi mengalahkan Abdullah bin Zubair dan mengulitinya.

Abdul Malik kemudian berpesan pada Hajjaj bin Yusuf bahwa ia diperbolehkan melakukan apapun yang dianggapnya baik. Atau dengan kata lain, Hajjaj diberikan wewenang penuh atas misi ini.

Hajjaj bin Yusuf lalu berangkat menuju Mekkah, namun ia tidak melalui jalur biasa, melainkan menggunakan jalur ke Irak lalu memutar ke arah Mekkah. Dan pada bulan Sya’ban 72 H, dia tiba di Tha’if.

Pada kesempatan yang sama, sisa kekuatan Abdullah bin Zubair yang semula sudah bersiap menyambut serangan ini di Madinah, harus berkemas dan bergerak menunju Tha’if. Di Thaif perangpun tak dapat dihindarkan. Dalam pertempuran ini, armada yang merupakan kekuatan terakhir Abdulah bin Zubair hancur. Sedang di sisi lain, Hajjaj bin Yusuf juga mengalami kerugian yang besar.

Setelah pertempuran ini, Hajjaj bin Yusuf mengirim laporan kepada Abdul Malik tentang kemenangan dan juga kerugian yang dialaminya. Mendapat laporan ini, Abdul Malik pun mengirimkan pasukan tambahan sebanyak 5000 personil dari Damaskus untuk menggandakan kekuatan Hajjaj bin Yusuf.

Pasukan ini baru tiba pada bulan Zulqaidah atau hanya satu bulan sebelum bulan haji. Mereka langsung bergabung dengan pasukan sebelumnya dan membombardir kota Mekkah dengan ketapel. Menurut beberapa laporan, mereka hanya menghentikan penyerangan hanya pada musim haji, itupun atas permohonan Abdullah bin Umar.

Salama proses haji berlangsung, pasukan Hajjaj bin Yusuf tidak mengenakan ihram dan berkeliling kota Mekkah dengan menghunus pedang. Pada tahun 73 H, akhirnya pasukan Damaskus berhasil membunuh Abdullah bin Zubair. Cucu khalifah Abu Bakar ini ditusuk dengan pedang dan kepalanya dipenggal.



Menaklukkan Binzantium
Setelah menjinakkan kekuatan Abdullah bin Zubair, praktis kekuasaan Dinasti Umayyah tidak memiliki saingan. Abdul Malik benar-benar berkuasa penuh layaknya seorang raja. Ia memiliki keleluasaan untuk berkreasi dan mengembangkan wilayahnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3580 seconds (0.1#10.140)