Khalifah Abdul Malik dan Kisah Cucu Abu Bakar yang Dipenggal Kepalanya

Selasa, 01 Maret 2022 - 05:15 WIB
loading...
A A A
Pada masa inilah banyak progresivitas yang dilakukannya, baik dalam hal perluasan wilayah, maupun dalam manajemen administrasi pemerintahan. Wilayah penaklukan yang sebelumnya dimulai oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, dilanjutkan lagi pada masa Abdul Malik.

Pasukan Bani Umayyah merangsek ke Eropa menaklukkan Binzantium, mengukuhkan kekuasaannya di Afrika Utara, dan meluaskan wilayah ke Timur hingga ke India dan Asia Tengah.

Menurut Eamon Gaeron dalam bukunya "Turning Points in Middle Eastern History", terdapat setidaknya dua terobosan monumental dan sangat berpengaruh yang dilakukan pada masa pemerintahan Abdul Malik.

Pertama, ia mewajibkan semua wilayah menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi. Kebijakan ini telah mendistorsi kedudukan bahasa Yunani dan Romawi di Eropa, dan bahasa Persia di Asia.

Kedua, ia membuat standar alat tukar, yaitu mata uang yang sama di semua wilayah taklukannya.

Kedua terobosan ini secara signifikan merombak kebudayaan sebagian besar peradaban kuno yang sudah mengakar selama ratusan tahun. Terjadi “arabisasi” ke seluruh dunia. Semua orang yang ingin berkarir di pemerintahan haruslah memahami bahasa Arab, dan setiap orang di semua wilayah kekuasaan kaum Muslim harus menggunakan koin mata uang Dinasti Umayyah sebagai satu-satunya alat pembayaran yang resmi.



Tidak hanya itu, Abdul Malik juga berhasil membuat tata administrasi kekuasaan yang rapi dan rinci dalam skala besar. Ini adalah salah satu kekuatannya dalam memerintah.

Dalam hal militer, terjadi inovasi besar-besaran dalam hal teknik berperang baik di darat maupun di laut, hingga inovasi persenjataan.

Dalam hal peribadatan, ia juga membangun Masjid Umar atau Qubbatush Shakra’ di Yerusalem dan memperluas Masjidil Haram di Mekkah. Dengan kata lain, dari sejumlah pendahulunya, Abdul Malik mungkin bisa dikatakan sebagai sosok yang membuka gerbang masa keemasan Dinasti Umayyah.

Abdul Malik bin Marwan wafat pada bulan Syawal tahun 86 Hijriah dalam usia 60 tahun. Ia mewariskan fundamen kekuasaan yang sangat kokoh bagi terbangunnya sebuah dinasti yang disegani dunia.

Kelak para sejarawan mengenalnya dengan sebutan Abul Muluk atau ayah para raja. Karena empat putranya, yaitu Al Walid, Sulaiman, Yazid II, dan Hisyam adalah para khalifah Dinasti Umayyah yang membawa dinasti ini mencapai masa keemasannya.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1420 seconds (0.1#10.140)