Khalifah Al-Walid bin 'Abdul-Malik, Ketika Upeti Membanjiri Dinasti Umayyah

Rabu, 02 Maret 2022 - 05:15 WIB
loading...
Khalifah Al-Walid bin...
Masjid Umayyah di Damaskus. (Foto/Ilustrasi: Ist)
A A A
Al-Walid bin 'Abdul-Malik (668—715) adalah khalifah yang berkuasa pada tahun 705–715. Ia mewarisi tampuk kekhalifahan dari ayahnya, Abdul Malik bin Marwan . Sejarawan mencatat pada masa inilah Dinasti Umayyah mengalami masa keemasan.

Pada masa Al-Walid, kekuasaan Bani Umayyah mampu menembus hingga mencapai Transoxiana di Asia Tengah, Sindh di anak benua India, dan semenanjung Iberia di Eropa. Al-Walid juga memerintahkan pembangunan berbagai infrastruktur, sehingga sejarah arsitektur Islam dapat dikatakan dimulai dengan serius mulai pada masa kekuasaannya.



Dalam buku "The History of al-Tabari" disebutkan naiknya Al-Walid sejatinya tidak disengaja. Karena sebagaimana amanat ayah mereka, Marwan bin Hakam, kursi khalifah setelahnya akan diwariskan secara bergantian di antara putra-putranya, yaitu Abdul Malik dan Abdul Aziz.

Jadi seharusnya, bukan Al Walid yang menjadi khalifah setelah wafatnya Abdul Malik, tapi adik Abdul Malik – yaitu Abdul Aziz, yang sebelumnya menjabat sebagai gubernur di Mesir.

Abdul Aziz adalah sosok yang berpengaruh, dan tidak sedikit masyarakat yang mengharapkan ia naik menjadi khalifah menggantikan kakaknya.

Menurut Ath-Thabari, Abdul Malik sebenarnya sempat berpikir untuk melanggar wasiat ayahnya dengan merayu Abdul Aziz agar mundur dari kedudukannya sebagai putra mahkota dan menyerahkannya kepada Al Walid. Tapi proposal itu ditolak, dan sejak itu Abdul Aziz tidak pernah lagi memintanya. Hingga akhirnya tersiar kabar, bahwa Abdul Aziz wafat.

Mendengar berita ini, Abdul Malik langsung mengambil alih kesempatan ini dengan mendapuk putra pertamanya, Al Walid sebagai putra mahkota untuk menggantikan dirinya.

Kelak sebagaimana ayahnya, Abdul Malik juga berwasiat serupa pada Al Walid, bahwa kursi khalifah harus digilir di antara putra-putranya. Dalam urutannya, setelah Al Walid, adalah Sulaiman bin Abdul Malik. Setelah Abdul Malik wafat, maka keluarga tidak memiliki lagi pilihan selain memberikan bai’atnya pada Al Walid.



Tak Pandai Bicara
Namanya adalah Abul Abbas Walid bin Abdul Malik bin Marwan. Lahir di Madinah pada tahun 50 H. Ia naik tahta di usia 36 tahun pada 86 H, atau bertepatan dengan tahun 705 M.

Di antara banyak tokoh bani Umayyah, dia bukanlah yang paling terkemuka, bahkan sebaliknya, ia dikenal tidak berpendidikan baik dan tidak pandai bicara. Hanya saja dia diuntungkan oleh zaman. Ketika itu, oposisi dinasti Umayyah nyaris tidak ada lagi kekuatannya. Di samping itu dia juga didampingi oleh sejumlah gubernur yang kuat.

Di Madinah ada Umar bin Abdul Aziz yang merupakan saudara sepupunya, dan dikenal shaleh di kalangan para pemuka agama di Hijaz. Di wilayah barat, dia memiliki sosok Hajjaj bin Yusuf yang sebelumnya menjadi gubernur di Hijaz setelah berhasil menghancurkan kekuatan Abdullah bin Zubair pada masa pemerintahan Abdul Malik. Dan di wilayah barat, ia memiliki Musa bin Nusayr yang berkuasa di Afrika Utara.

Sedangkan di Damaskus sendiri, ia diwariskan sebuah sistem manajemen tata negara yang sudah autopilot. Dan dalam bidang kemiliteran dia memiliki panglima yang demikian terkenal bernama Maslamah bin Abdul Malik. Ia adalah adik Al Walid dari ibu yang berbeda.

Hampir semua sejarawan sepakat bahwa masa pemerintahan Al Walid adalah masa keemasan dinasti Umayyah. Tapi bila kita geledah lebih jauh, progresifitas ini lebih disebabkan oleh kecermerlangan para gubernurnya yang memerintah di kawasan yang jauh tersebut. Masing-masing gubernur ini diberi wewenang penuh untuk mengatur dirinya sendiri. Bahkan untuk menentukan siapa orang-orang yang bisa dipercaya menjadi penguasa di wilayah-wilayah taklukan.



Akbar Shah Najeebabadi dalam bukunya berjudul "The History Of Islam" menyebut, di wilayah Barat, Musa bin Nusayr berhasil membangun kekuasaan yang efektif di Afrika, dan ini menjadi penopang kekuatannya untuk terus melakukan serangkaian penaklukan ke barat hingga ke tepi Selat Gibraltar. Di sinilah nanti ia mengutus panglima perang yang sangat kondang bernama Tariq bin Ziyad yang akhirnya berhasil menaklukkan daratan Eropa.

Di wilayah timur, Hajjaj binYusuf juga tak kalah sukses. Dengan mengutus seorang gubernur yang sekaligus panglima bernama Qutaybah bin Muslim untuk mengelola kawasan Khurasan. Ia berhasil merentangkan areal kekuasaan bani Umayyah hingga ke kawasan Asia Selatan dan Tengah.

Awalnya, ketika pertama kali Qutaybah tiba di Khurasan, beberapa raja di kawasan tersebut membangkang. Namun ini langsung ditindak cepat oleh Qutaybah. Satu persatu kawasan ini tundukan dan membayar upeti pada dinasti Umayyah. Bahkan dalam ekspedisi penaklukan ini, seorang putra dari adik kaisar Cina juga tak luput dari pembunuhan.

Dalam catatannya, Akbar Shah Najeebabadi mengatakan setelah mendengar serangkaian ekspedisi mengagumkan yang dipimpin oleh Qutaybah, raja Sri Lanka pun ikut memberikan upeti pada dinasti Umayyah.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2913 seconds (0.1#10.140)