Kisah Khalifah Sulaiman Menunjuk Umar bin Abdul Aziz sebagai Penggantinya

Sabtu, 05 Maret 2022 - 17:21 WIB
loading...
A A A
Dan tibalah utusan ke Qutaibah ke hadapan Sulaiman. Ia menyerahkan surat pertama, setelah membacanya lalu khalifah memberikan surat tersebut pada Yazid bin Muhallab. Lalu utusan tersebut memberikan surat kedua. Dan lagi, khalifah memberikan surat tersebut pada Yazid. Akhirnya utusan tersebut memberikan surat ketiga, dan wajah Sulaiman langsung berubah total ketika membacanya. Ia lalu memerintahkan untuk menyegel surat-surat tersebut seperti sedia kala, kemudian menyimpannya.

Menurut Abu ‘Ubaidah Ma’mar bin Al Muthanna yang diriwayatkan oleh Thabari, surat ketiga itu berisi pernyataan sebagai berikut; “Jika anda tidak mengkonfirmasi saya dalam posisi saya sekarang (sebagai gubernur Khurasan) dan jika anda tidak memberi saya perintah untuk melakukan tindakan yang aman, saya akan mencampakan kesetiaan saya kepada anda secepat saya melepaskan sebuah sepatu, dan saya akan mengisi bumi di sekitar anda dengan pasukan kuda dan pasukan infantry.”

Setelah membaca surat ketiga, Sulaiman tidak bereaksi apapun pada isi surat tersebut. Ia hanya diam, tanpa berkomentar dan memerintahkan anak buahnya untuk melayani utusan Qutaibah dengan baik.

Di Khurasan, Qutaibah menjadi hilang akal sehatnya. Ia tidak kuat dihantui oleh prasangkanya sendiri. Ia menggalang kekuatannya dan berencana melancarkan pemberontakan pada Sulaiman. Namun prajuritnya menolak, sebab alasan untuk melakukan hal yang berbahaya seperti itu tidak cukup kuat. Semua hanya karena ketakutan dalam pikiran Qutaibah sendiri.

Mendapat penolakan dari anak buahnya, Qutaibah naik pitam. Ia mencaci maki mereka, dan ini melahirkan benih pemberontakan terhadap Qutaibah. Lambat laun benih pemberontakan semakin nyata, anak buah Qutaibah mulai mencampakkan kesetiaannya.

Di Damaskus, setelah merenungi beberapa hari, Sulaiman mendatangi utusan Qutaibah. Ia memberikan imbalan berupa uang yang banyak kepada utusan tersebut, dan menitipkan juga pada utusan tersebut surat pengangkatan Qutaibah untuk tetap memimpin di kawasan Khurasan. Maka kembalilah utusan tersebut dengan membawa surat pengangkatan untuk Qutaibah. Tapi setibanya ia di daerah yang bernama Hulwan, ia mendengar orang-orang berkata bahwa Qutaibah sudah mencampakkan kesetiaanya pada khalifah dan memprovokasi pasukannya untuk memberontak.



Mendengar ini, utusan tersebut segera mempercepat langkahnya. Tapi apa mau dikata, di tengah jalan ia mendengar kabar duka tentang terbunuhnya Qutaibah di tangan pasukannya sendiri.

Posisinya sebagai gubernur Khurasan digantikan oleh Wakki At-Tamimi, pemimpinan pasukan yang memberontak pada Qutaibah. Setelah berhasil mengalahkan Qutaibah dan membunuhnya, Wakki mengirimkan kepalanya kepada Sulaiman. Sedangkan jabatan Hajjaj bin Yusuf tak pernah diisi lagi.

Khalifah Sulaiman menunjuk Yazid bin Muhallib sebagai gubernur wilayah Irak dan Iran. Karena kemampuannya, Yazid bin Muhallab diangkat menjadi gubernur wilayah Khurasan menggantikan Wakki At-Tamimi. Selanjutnya, gubernur Yazid melebarkan sayap kekuasaannya ke daerah Tabaristan dan Jurjan.

Kemunduran?
Sebagaimana layaknya sebuah peristiwa, sejarah menyajikan banyak perspektif. Dalam konteks Sulaiman bin Abdul Malik, setidaknya tersaji dua perspektif yang bisa dikatakan saling bertentangan terkait kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Sulaiman.

Perspektif pertama menilai, bahwa kebijakan Sulaiman yang mengganti hampir semua gubernur yang sebelumnya setia pada Al Walid adalah awal mula kemunduran Dinasti Umayyah. Bagaimanapun, para gubernur ini adalah orang-orang yang sukses meluaskan wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah, dan memberikan kontribusi materiil yang besar selama masa pemerintahan Al Walid yang disebut sebagai puncak masa keemasan Dinasti Umayyah. Ditambah lagi, pada periode ini, Sulaiman mengeluarkan kebijakan untuk melepaskan semua tahanan politik di Irak dan Iran yang umumnya adalah para pendukung Ahl Bait Rasulullah SAW.

Pada masa pemerintahan Hajjaj bin Yusuf mereka diringkus dan diperlakukan tidak adil hanya karena kekhawatiran bahwa mereka akan memberontak pada Dinasti Umayyah. Sebagian masyarakat Irak dan Iran yang berhasil meloloskan diri, mendapat perlindungan dari Umar bin Abdul Aziz di Madinah. Tapi atas usulan dari Hajjaj, Umar bin Abdul Aziz dipecat dari posisinya karena berlaku lemah pada musuh-musuh bani Umayyah.

Pada masa pemerintahan Sulaiman, Umar bin Abdul Aziz justru dijadikan tangan kanannya dan penasehat utama Sulaiman. Hal-hal inilah yang oleh sebagian perspektif dianggap titik kelemahan Sulaiman bin Abdul Malik, dan dianggap sebagai titik balik yang menandai awal kemunduran Dinasti Umayyah.



Kunci Kebaikan
Tapi berbanding terbalik dengan perspektif pertama, perspektif kedua justru menganggap “Sulaiman sebagai kunci kebaikan”. Alasannya adalah fakta sejarah yang sama dengan sebelumnya, Sulaiman membebaskan para tahanan politik dan memperlakukan mereka dengan baik, serta mengangkat Umar bin Abdul Aziz – seorang negarawan yang saleh – sebagai penasehat utamanya.

Beberapa sosok pengganti para gubernur Al Walid juga merupakan orang-orang yang lebih akomodatif dengan aspirasi masyarakat, salah satunya adalah Wakki At-Tamimi – yang sebelumnya membunuh Qutaibah – keterpilihannya memang diingini oleh masyarakat di Khurasan.

Akbar Shah Najeebabadi dalam bukunya berjudul "The History Of Islam" memaparkan sejumlah kebijakan Khalifah Sulaiman ini sempat membalikkan persepsi masyarakat tentang tabiat Dinasti Umayyah yang sebelumnya rusak, menjadi mulai diterima di berbagai kawasan.

Dalam hal peribadatan, para pejabat di lingkungan Dinasti Umayyah dikenal sebagai orang-orang yang suka mengakhirkan sholat. Tapi oleh Sulaiman itu semua dibalik, ia menetapkan kebijakan untuk mengerjakan sholat di awal waktu – yang memang sudah seharusnya seperti itu.

Tapi dari semua penilaian para sejawanan tentang Sulaiman bin Abdul Malik, semua sependapat bahwa keputusannya untuk mewariskan kekuasaan Dinasti Umayyah kepada Umar bin Abdul Aziz adalah keputusan yang tepat. Ini juga yang menjadikan ia dianggap sebagai “kunci kebaikan”.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2690 seconds (0.1#10.140)