Kisah Khalifah Sulaiman Menunjuk Umar bin Abdul Aziz sebagai Penggantinya

Sabtu, 05 Maret 2022 - 17:21 WIB
loading...
Kisah Khalifah Sulaiman...
Khalifah Sulaiman dianggap sebagai pembawa kebaikan. (Foto/Ilustrasi: Ist)
A A A
Sulaiman bin Abdul Malik bin Marwan naik menjadi khalifah pada Dinasti Umayyah menggantikan kakaknya, Al Walid bin Abdul Malik pada tahun 96 H. Usianya hanya terpaut empat tahun dengan Al Walid. Masa jabatannya hanya dua tahun, namun cukup banyak perubahan yang dilakukannya. Khususnya dalam masalah politik.



Pada mulanya, kenaikan Sulaiman ke kursi Khalifah tidak dikehendaki oleh Al-Walid. Al-Walid ingin anaknya yang menggantikannya. Namun Sulaiman adalah kebalikan dari Al-Walid. Ia adalah seorang yang cerdik, ahli strategi dan juga fasih berpidato.

Semua rencana Al-Walid dan pendukungnya kandas untuk menjegal langkah Sulaiman ke tampuk khalifah. Maka sudah bisa ditebak hal-hal apa saja yang dilakukan Sulaiman ketika pertama kali menjabat sebagai khalifah.

Sulaiman segera mengganti hampir semua posisi gubernur yang sebelumnya ditempati oleh orang-orang yang setia pada Al-Walid. Para gubernur ini adalah orang-orang yang sudah berjasa besar dalam memantapkan pondasi kekuasaan Dinasti Umayyah, di antaranya Hajjaj bin Yusuf dan Qutaibah bin Muslim yang memenangkan banyak wilayah di sebelah Timur, serta Musa bin Nushair dan Tariq bin Ziyad, yang sudah menaklukkan kawasan barat hingga daratan Eropa.

Semua orang ini jabatannya dicopot pada masa pemerintahan Sulaiman. Mereka adalah orang-orang yang menyambut dengan suka cita rencana Al Walid untuk mewariskan tahtanya kepada Abdul Aziz bin Al Walid, putra pertama Al Walid. Tapi begitu rencana itu gagal, angin politik tiba-tiba berbalik. Mereka semua berada dalam ketidakpastian akan nasib mereka.

Tapi sebaliknya, Umar bin Abdul Aziz yang pada masa Al-Walid dipecat sebagai gubernur Madinah atas usulan dari Hajjaj bin Yusuf, justru dijadikan sebagai tangan kanan Sulaiman selama masa pemerintahnnya.

Adapun ‘Uthman bin Hayyan dan Khalid bin ‘Abdullah yang menggantikan Umar bin Abdul Aziz sebagai gubernur di Madinah dan Mekkah, dicopot jabatannya.

Salah satu yang juga mengagetkan adalah pencopotan posisi Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad ditempatkan di wilayah barat. Musa bin Nushair, penakluk Spanyol dan Portugal, tiba di Damaskus tiga hari sebelum Walid bin Abdul Malik wafat. Tanpa alasan yang bisa diterima, Musa bin Nushair diberhentikan dan dibuang ke Madinah. Dua tahun kemudian, tokoh ini wafat.

Di kawasan Afrika Utara hingga ke Spanyol, Musa bin Nushair sudah seperti mendirikan dinasti. Ia menempatkan anak dan keluarganya untuk menduduki wilayah-wilayah koloni di kawasan ini. Ketika Sulaiman naik tahta, putra Musa bin Nushair, Abdul Malik bin Musa yang menjabat gubernur wilayah Afrika di Kairawan juga diberhentikan. Sebagai penggantinya diangkatlah Muhammad bin Yazid.



Sedangkan Abdul Azis bin Musa, putra Musa bin Nushair yang menjabat gubernur di wilayah Andalusia yang berkedudukan di Toledo, dikudeta oleh pasukannya sendiri dan gugur dalam sebuah peperangan. Sebagai penggantinya, Sulaiman bin Abdul Malik mengangkat Abdurrahman Ats-Tsaqafi.

Di kawasan Timur juga tak luput dari rencana restrukturisasi yang dicanangkan Sulaiman. Beruntung Hajjaj bin Yusuf. Ia meninggal beberapa bulan sebelum Sulaiman naik tahta. Tapi Qutaibah bin Muslim yang ketika itu sedang menjabat gubernur Khurasan menjadi salah tingkah. Ia khawatir Sulaiman akan mengganti posisinya dengan Yazid bin Muhallab.

Kekhawatirannya ini disebabkan ia dan Hajjaj bin Yusuf adalah dua aktor penting yang berusaha menggeser posisi Sulaiman dari posisi sebagai putra mahkota. Ketika Al-Walid meminta pendapat gubernurnya tentang rencananya menggangkat Abdul Aziz bin Al Walid untuk menjadi khalifah setelahnya, Qutaibah dan Hajjaj lah yang paling bersemangat mendukung rencana tersebut.

Menurut ath-Thabari, untuk meyakinkan anggapannya, Qutaibah lalu mengirim tiga pucuk surat kepada Sulaiman. Surat pertama yang intinya mengucapkan selamat kepada Sulaiman atas terpilihnya sebagai khalifah. Ia mengurai bagaimana prestasinya dan kesetiaannya pada dinasti Umayyah selama masa pemerintahan Al Walid. Dan ia menjanjikan akan memberikan kesetiaan yang serupa apabila Sulaiman tetap mempertahankan kedudukannya sebagai gubernur di Khurasan.

Kemudian ia menulis lagi surat kedua yang isinya membeberkan betapa ia adalah sosok yang tangguh dan mengingatkan tentang keganasannya terhadap musuh.

Dalam surat kedua ini juga ia memberikan ancaman kepada Sulaiman, bahwa bila Yazid bin Muhallab diangkat menjadi gubernur menggantikannya, dia akan melepaskan kesetiaannya pada Sulaiman.

Terakhir, ia menulis surat ketiga yang isinya penjelasan tetang apabila ia meninggalkan kesetiaan kepada Sulaiman.



Qutaibah lalu menitipkan tiga pucuk surat tersebut kepada seseorang dari suku Bahilah. Ia berpesan pada kurir tersebut, “Berikan surat pertama kepada khalifah, jika Yazid bin Al- Muhallab hadir dan khalifah membacanya lalu menyerahkannya pada Yazid, berikan dia surat kedua. Jika khalifah membacanya dan memberikannya ke Yazid, berikan dia huruf ketiga. Tapi kalau khalifah membaca surat pertama dan tidak memberikannya pada Yazid, simpanlah dua lainnya.“
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3304 seconds (0.1#10.140)