Umar Bin Abdul Aziz kepada Yazid II: Kau Takkan Hidup Lama di Dunia Ini
loading...
A
A
A
Yazid bin Abdul Malik naik tahta menggantikan Umar bin Abdul Aziz . Khalifah Dinasti Umayyah kesembilan ini dikenal dengan Yazid II. Ia berkuasa antara 720 sampai kematiannya pada 724. Yazid merupakan satu-satunya khalifah yang berasal dari Bani Umayyah dari pihak ayah dan ibu. Dari garis ayah, dia termasuk anggota cabang Marwani.
Dalam pengambilan kebijakan, Yazid II cenderung mengambil jalan berbeda dengan yang diambil sepupu sekaligus pendahulunya, Umar bin Abdul Aziz. Ia kembali mengedepankan pendekatan militer untuk menekan perlawanan di dalam negeri dan perluasan wilayah kekhalifahan, mengembalikan hak istimewa Bani Umayyah, dan mengganti gubernur-gubernur lama.
Dalam beberapa hal, kebijakan yang diambil Yazid II membuahkan hasil, seperti kemenangan pihak Umayyah dalam beberapa pertempuran, baik dengan pihak luar maupun pemberontak. Namun capaian tersebut tidak berbanding lurus dengan penerimaan masyarakat atas pemerintahahan Umayyah, dan justru menyemai bibit-bibit perlawanan yang tumbuh di masa selanjutnya.
Sejatinya, sebelum wafat, Umar bin Abdul Aziz telah menyampaikan nasehat pada Yazid II yang isinya kurang lebih begini:
“Aku mengetahui bahwa aku akan ditanyai oleh Tuhan alam semesta tentang kepemimpinanku di dunia ini. Tidak ada kemungkinan bagiku untuk menghindar dariNya."
"Aku memohon padaNya agar mengampuniku demi kemuliaanNya, melindungiku dari azab api neraka, dan memperkenankanku masuk surga. Kau (Yazid bin Abdul Malik) harus takut kepada Allah, dan membuka dirimu untuk menusia. Kaupun tak akan hidup lama di dunia ini setelah aku wafat.”
Akbar Shah Najeebabadi dalam bukunya berjudul "The History Of Islam" menceritakan ketika pertama kali naik tahta pada tahun 101 H, Yazid II berkata, “aku membutuhkan Allah lebih daripada Umar bin Abdul Aziz”.
Hanya saja, hanya 40 hari ia sanggup memegang komitmen ini. Keluarga besar Bani Umayyah sempat khawatir ketika menyaksikan pada awalnya tidak ada yang berubah dari kebijakan pusat Dinasti Umayyah. Mereka kemudian mendatangkan 40 alim ulama, yang berjanggut dan sudah memutih pula rambutnya.
Mereka maju ke hadapan Yazid II, lalu mereka bersaksi bahwa apapun yang khalifah lakukan, ia tidak akan dimintai pertanggungjawaban, dan tidak pula akan dihukum.
Usaha keluarga Bani Umayyah berhasil. Mendengar ini, Yazid II benar-benar terpengaruh. Perlahan tapi pasti kebijakannya mulai melenceng, dan akhirnya melenceng jauh sekali.
Ia mulai suka menenggak minuman keras, dan menghabiskan waktunya dengan para penari serta larut memainkan instrument musik. Dalam kondisi seperti ini, ia tak ubahnya seperti boneka di tangan keluarga Umayyah.
Mereka bahkan berhasil mengubah undang-undang yang sudah ditegakkan Umar bin Abdul Aziz berbalik kembali seperti dulu. Hak-hak istimewa Bani Umayyah kembali, termasuk juga properti mereka yang sebelum sudah disita oleh Umar.
Di tempat yang berbeda, Bani Abbas melihat peluang emas dari situasi tersebut. Khalifah sedang mabuk dan terbuai oleh kenikmatan dunia. Sedang para pembantunya – para keluarga Umayyah yang lain – sedang sibuk mengumpulkan kembali harta kekayaan dan mengembalikan hak-hak istimewa mereka yang sempat diubah oleh kebijakan Umar bin Abdul Aziz.
Bani Abbas, dengan mengatasnamakan hak keluarga Hasyim, mulai memungut modal sosial dan politik mereka, untuk merancang sebuah revolusi.
Di era Yazid II, ekspedisi militer ke berbagai wilayah kembali digaungkan. Pertempuran pun pecah di mana-mana. Dan perjanjian yang sudah diteguhkan oleh Umar bin Abdul Aziz diubah. Salah satunya perjanjian gencatan senjata dengan kaum Khawarij.
Sebelumnya, pada masa Umar bin Abdul Aziz, kelompok Khawarij rencananya akan diajak dialog tentang agama dan pendirian politik mereka. Tapi Umar keburu meninggal dunia.
Ath-Thabari menulis, pada masa Yazid II serombongan pasukan dari Damaskus yang dipimpin oleh Muhammad bin Jarir mendatangi kaum Khawarij ini dan peperanganpun tak dapat dihindarkan.
Dalam pengambilan kebijakan, Yazid II cenderung mengambil jalan berbeda dengan yang diambil sepupu sekaligus pendahulunya, Umar bin Abdul Aziz. Ia kembali mengedepankan pendekatan militer untuk menekan perlawanan di dalam negeri dan perluasan wilayah kekhalifahan, mengembalikan hak istimewa Bani Umayyah, dan mengganti gubernur-gubernur lama.
Dalam beberapa hal, kebijakan yang diambil Yazid II membuahkan hasil, seperti kemenangan pihak Umayyah dalam beberapa pertempuran, baik dengan pihak luar maupun pemberontak. Namun capaian tersebut tidak berbanding lurus dengan penerimaan masyarakat atas pemerintahahan Umayyah, dan justru menyemai bibit-bibit perlawanan yang tumbuh di masa selanjutnya.
Sejatinya, sebelum wafat, Umar bin Abdul Aziz telah menyampaikan nasehat pada Yazid II yang isinya kurang lebih begini:
“Aku mengetahui bahwa aku akan ditanyai oleh Tuhan alam semesta tentang kepemimpinanku di dunia ini. Tidak ada kemungkinan bagiku untuk menghindar dariNya."
"Aku memohon padaNya agar mengampuniku demi kemuliaanNya, melindungiku dari azab api neraka, dan memperkenankanku masuk surga. Kau (Yazid bin Abdul Malik) harus takut kepada Allah, dan membuka dirimu untuk menusia. Kaupun tak akan hidup lama di dunia ini setelah aku wafat.”
Akbar Shah Najeebabadi dalam bukunya berjudul "The History Of Islam" menceritakan ketika pertama kali naik tahta pada tahun 101 H, Yazid II berkata, “aku membutuhkan Allah lebih daripada Umar bin Abdul Aziz”.
Hanya saja, hanya 40 hari ia sanggup memegang komitmen ini. Keluarga besar Bani Umayyah sempat khawatir ketika menyaksikan pada awalnya tidak ada yang berubah dari kebijakan pusat Dinasti Umayyah. Mereka kemudian mendatangkan 40 alim ulama, yang berjanggut dan sudah memutih pula rambutnya.
Mereka maju ke hadapan Yazid II, lalu mereka bersaksi bahwa apapun yang khalifah lakukan, ia tidak akan dimintai pertanggungjawaban, dan tidak pula akan dihukum.
Usaha keluarga Bani Umayyah berhasil. Mendengar ini, Yazid II benar-benar terpengaruh. Perlahan tapi pasti kebijakannya mulai melenceng, dan akhirnya melenceng jauh sekali.
Ia mulai suka menenggak minuman keras, dan menghabiskan waktunya dengan para penari serta larut memainkan instrument musik. Dalam kondisi seperti ini, ia tak ubahnya seperti boneka di tangan keluarga Umayyah.
Mereka bahkan berhasil mengubah undang-undang yang sudah ditegakkan Umar bin Abdul Aziz berbalik kembali seperti dulu. Hak-hak istimewa Bani Umayyah kembali, termasuk juga properti mereka yang sebelum sudah disita oleh Umar.
Di tempat yang berbeda, Bani Abbas melihat peluang emas dari situasi tersebut. Khalifah sedang mabuk dan terbuai oleh kenikmatan dunia. Sedang para pembantunya – para keluarga Umayyah yang lain – sedang sibuk mengumpulkan kembali harta kekayaan dan mengembalikan hak-hak istimewa mereka yang sempat diubah oleh kebijakan Umar bin Abdul Aziz.
Bani Abbas, dengan mengatasnamakan hak keluarga Hasyim, mulai memungut modal sosial dan politik mereka, untuk merancang sebuah revolusi.
Di era Yazid II, ekspedisi militer ke berbagai wilayah kembali digaungkan. Pertempuran pun pecah di mana-mana. Dan perjanjian yang sudah diteguhkan oleh Umar bin Abdul Aziz diubah. Salah satunya perjanjian gencatan senjata dengan kaum Khawarij.
Sebelumnya, pada masa Umar bin Abdul Aziz, kelompok Khawarij rencananya akan diajak dialog tentang agama dan pendirian politik mereka. Tapi Umar keburu meninggal dunia.
Ath-Thabari menulis, pada masa Yazid II serombongan pasukan dari Damaskus yang dipimpin oleh Muhammad bin Jarir mendatangi kaum Khawarij ini dan peperanganpun tak dapat dihindarkan.