Asal-usul Imsak dan Pergeseran Makna yang Perlu Diluruskan

Senin, 11 April 2022 - 03:01 WIB
loading...
Asal-usul Imsak dan Pergeseran Makna yang Perlu Diluruskan
Pemberitahun Imsak sebelum Subuh merupakan tradisi Ramadhan yang hanya ada di Indonesia. Foto/dok SINDOnews
A A A
Setiap Ramadhan kita sering mendengar pemberitahuan Imsak dari masjid-masjid sebelum Subuh. Sebagian orang memaknai Imsak sebagai pertanda dimulainya ibadah puasa.

Inilah tradisi Ramadhan yang hanya ada di Indonesia. Agar tidak salah kaprah memaknai Imsak, ada baiknya kita mengetahui asal-usul dan sejarah Imsak di Indonesia.



Sudah menjadi tradisi di Indonesia, hal paling dicari di bulan Ramadhan adalah "Jadwal Imsakiyah". Jadwal ini biasanya dilengkapi dengan waktu sholat fardhu.

Untuk diketahui, asal-usul sejarah Imsak ini bermula dari jadwal Imsakiyah yang pertama kali dicetak di Mesir saat pemerintahan Muhammad Ali (wafat 1848) sebagaimana dilansir oleh situs Al-Arabiyah. Imsakiyah diperkenalkan pertama kali pada Ramadhan 1262 Hijriyah atau September 1846 M.

Sejak itulah jadwal Imsakiyah berkembang dan diadaptasi ke negara-negara berpenduduk muslim termasuk di Indonesia. Jika merujuk perkembangan ilmu falak dan awal mula pengenalan jadwal Imsakiyah di Mesir dapat diduga penyebarannya pertama kali di Nusantara dibawa oleh Syekh Abdurrahman bin Ahmad al-Mishra.

Mengutip keterangan dari Quora, Syekh Abdurrahman merupakan ulama ahli ilmu falak asal Mesir yang datang ke Nusantara tepatnya di Betawi, pada Tahun 1896. Besar kemungkinan, dari jalur inilah jadwal imsakiyah diperkenalkan di Indonesia.

Apa Itu Imsak?
Banyak orang mengira Imsak berarti waktu menjelang Subuh kurang lebih 10 menit. Ketika masuk waktu Imsak, kita seolah diingatkan bahwa sebentar lagi waktu berpuasa dimulai dan diminta untuk bersiap-siap.

Pengasuh Rumah Fiqih Ustaz Ahmad Sarwat menjelaskan, makna sebenarnya dari kata imsak bukan itu. Kata dasarnya adalah amsaka-yumsiku-imsakan (أمسك - يمسك - إمساكا) yang artinya menahan. Maksudnya menahan diri dari makan, minum, berhubungan suami istri dan semua hal yang membatalkan puasa.

Lalu, bagaimana dengan istilah Imsak yang terlanjur digunakan untuk menandakan bahwa 10 menit lagi masuk waktu Subuh? Sebenarnya tidak ada ketentuan syariat mengani peringatan 'imsak' ini. Tetapi dipandang cukup berguna juga agar jangan sampai mendadak memulai puasa, padahal di mulut kita masih penuh dengan makanan.

Pergeseran Makna Imsak
Dalam buku "Puasa: Syarat Rukun dan Membatalkan", Ustaz Ahmad Sarwat mengulas tentang imsak dan pergeseran maknanya. Makna Imsak secara istilah telah bergeser menjadi "tidak makan dan minum 10 menit sebelum masuknya waktu shubuh". Bahkan secara resmi ditulis dalam kalender dan poster. Kemudian orang menyebutnya dengan 'Jadwal Imsakiyah'.

Parahnya ada yang keliru memahami bahwa seolah-olah batas awal mulai puasa justru dimulai sejak waktu imsak tersebut. Sehingga kalau ada orang yang masih makan dan minum di waktu imsak, dianggap puasanya telah batal.

Pergeseran makna seperti ini perlu diluruskan agar kekeliruan ini tidak terjadi lagi. Untuk diketahui, saat dimulai puasa itu bukan sejak masuknya waktu Imsak, melainkan sejak masuknya waktu Subuh.

Menurut Ustaz Ahmad Sarwat, istilah yang paling tepat digunakan bukan imsak, tetapi ihtiyath (إحتياط) yang artinya adalah berhati-hati. Wallahu A'lam.

Sunnah Mengakhirkan Sahur
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

وَكُلُوۡا وَاشۡرَبُوۡا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَـكُمُ الۡخَـيۡطُ الۡاَبۡيَضُ مِنَ الۡخَـيۡطِ الۡاَسۡوَدِ مِنَ الۡفَجۡرِ‌ؕ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيۡلِ‌ۚ

Artinya: "...Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam...." (QS Al-Baqarah: 187)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika bulan Ramadhan selalu mengakhirkan makan sahur. Beliau melakukannya beberapa saat sebelum terbitnya Fajar. Anas bin Malik meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata: "Kami makan sahur bersama Rasulullah, kemudian beliau sholat. Anas bertanya pada Zaid, "Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?" Beliau menjawab, "Kira-kira membaca 50 ayat Al-Qur'an." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Jadi, jarak beliau makan sahur dan adzan Subuh sekira bacaan 50 ayat Al-Qur'an atau sekitar 10-20 menit. Dalam hadis disebutkan, ketika Bilal mengumandangkan adzan (pertama) pada suatu malam, Rasulullah SAW bersabda: "Makan dan minumlah kalian sampai Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan Adzan (kedua). Karena dia tidak akan adzan kecuali setelah terbitnya Fajar shadiq." (HR Al-Bukhari)

Demikian sejarah asal-usul Imsak di Indonesia dan makna Imsak yang perlu diluruskan. Semoga bermanfaat.

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1699 seconds (0.1#10.140)