Mengapa Berbuka Puasa Disunnahkan dengan Kurma? Begini Penjelasannya

Kamis, 14 April 2022 - 16:34 WIB
loading...
Mengapa Berbuka Puasa...
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berbuka puasa biasanya dengan kurma muda (ruthob) dan segelas air putih. Foto istimewa
A A A
Benarkah berbuka puasa harus dengan yang manis? Sebenarnya, buka puasa yang dianjurkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam adalah dengan kurma. Meski kurma itu manis, namun yang disebut Rasulullah adalah kurma , dan buah kurma memiliki keistimewaan dibanding buah lain, apalagi sekedar makanan manis.

Sebuah hadis menyebutkan, “Biasanya Rasulullah berbuka puasa dengan ruthab sebelum shalat (Maghrib). Jika tidak ada ruthab (kurma muda), maka dengan tamr (kurma matang). Jika tidak ada tamr maka beliau meneguk beberapa teguk air.” (HR. Abu Dawud).


Buah kurma memang memiliki keistimewaan tersendiri. Terlihat dari hadis Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, bahwasanya Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya ada sebuah pohon yang daunnya tidak berguguran, dan ia merupakan permisalan seorang muslim. Pohon apa itu?”

Ibnu Umar berkata, “Aku menyangka yang dimaksud (nabi) adalah pohon kurma. Namun aku enggan mengatakan ‘wahai Rasulullah, itu adalah pohon kurma’. Maka aku pun berpaling. Karena aku terlalu muda untuk bicara kepada mereka (saat itu di majelis Rasulullah banyak shahabat senior-pen), jadi aku diam saja. Rasulullah kemudian memberitahu jawabannya, “Pohon tersebut adalah pohon kurma.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Namun, beberapa ulama meng-qiyaskan antara kurma dan makanan manis. Dirangkum dari berbagai sumber, karena adanya qiyas itu, kemudian muncul pendapat yang membenarkan ungkapan “berbukalah dengan yang manis.” Namun qiyas ini dianggap keliru dan tidak disepakati oleh para ulama.

Pasalnya, sebagaimana disebutkan sebelumnya, kurma memiliki keistimewaan dan keberkahan. Dengannya, ia tak bisa diqiyaskan dengan apapun termasuk makanan manis. Selain itu, kekeliruan qiyas ini pula nampak dari kebiasaan nabi.

Beliau Shallallau‘alaihi wa sallam memilih meneguk air putih jika tidak ada kurma. Jikalau yang dimaksud nabi adalah berbuka dengan makanan manis, maka beliau tidaklah memilih air putih jika tak ada kurma.

Maka jika qiyas tersebut benar, artinya ada konsekuensi jika tak ada makanan manis, minumlah air putih. Padahal yang dilakukan nabi adalah jika tak ada kurma, minumlah air putih. Kurma dan air putih menjadi sunnah nabi dari hadis di atas.

Salah seorang ulama syafi’iyyah, Zainuddin Al Malibari dalam Fathul Mu’in mengatakan, “Syaikhan (yakni An Nawawi dan Ar Rafi’i, dua ulama besar mazhab syafi’i) mengatakan, ‘tidak ada yang lebih afdhal dari kurma selain air minum’. Maka pendapat Ar Rauyani (ulama yang mengqiyaskan kurma dengan makanan manis-pen) bahwa makanan manis itu lebih afdhal dari air adalah pendapat yang lemah.”



Wallahu A'lam
(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2158 seconds (0.1#10.140)