Mereka yang Pasti Mendapatkan Lailatul Qadar Menurut Syaikh Al-Utsaimin
loading...
A
A
A
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam kitab "Majmu Fatawa Arkanil Islam" mengatakan barangsiapa beribadah pada setiap malam dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan , karena keimanan dan keikhlasan maka ia pasti mendapatkan Lailatul Qadar sama saja apakah terjadi di awalnya, pertengahannya ataupun akhirnya.
Tidak diragukan lagi bahwa Lailatul Qadar terjadi pada bulan Ramadhan. Allah berfirman.
“Sesungguhnya kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan” [ QS Al-Qadar /97 : 1]
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjelaskan dalam ayat yang lain bahwa Dia telah menurunkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan.
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an” [ QS Al-Baqarah /2 : 185]
Dalam hadis Riwayat Bukhari dalam “Fadhlu Lailatul Qadri” Bab Mencari Lailatul Qadar disebutkan bahwa Rasulullah pernah beriktikaf pada sepuluh malam pertama bulan Ramadhan untuk mencari Lailatul Qadar, lalu beriktikaf pada sepuluh malam pertengahan, hingga beliau melihat Lailatul Qadar ini pada sepuluh malam terkakhir pada bulan Ramadhan.
Kemudian terjadi persamaan mimpi di antara beberapa sahabat Nabi SAW bahwa ia terjadi tujuh malam terakhir dari Ramadhan.
Lalu beliau SAW bersabda:
أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ ، فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ
“Saya melihat bahwa mimpi kalian saling bersesuaian terjadi pada tujuh malam terakhir. Maka barangsiapa yang ingin mencarinya hendaklah ia mencarinya pada tujuh malam terakhir”
Inilah pembatasan yang paling minimal dari penentuan dalam waktu tertentu.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan jika kita memperhatikan dalil-dalil tentang Lailatul Qadar, akan jelas bagi kita bahwa Lailatul Qadar itu berpindah dari satu malam ke malam lainnya.
Ia tidak terbatas dengan satu hari tertentu pada setiap tahunnya. Nabi pernah diberi tahu dalam tidurnya tentang Lailatul Qadar. Sedangkan pagi harinya beliau sujud di atas tanah yang tergenang air yang mana malam itu adalah malam ke dua puluh satu.
Hal ini tercantum dalam hadis riwayat Bukhari dalam “Fadhilah Lailatul Qadar” Bab Mencari Lailatul Qadar (2015). Dan Muslim Dalam “Shiyam” Bab Keutamaan Lailatul Qadar (215).
Nabi Muhammad SAW juga bersabda.
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qadar pada hari ganjil di sepuluh malam terakhir dari Ramadhan” (HR Bukhari dan Muslim)
Menurut Syaikh Al-Utsaimin, hal ini menujukkan bahwa Lailatul Qadar tidak terbatas pada satu malam tertentu. "Dari sini terkumpullah dalil-dalilnya, sehingga seyogyanya seseorang selalu mengharap turunnya Lailatul Qadar pada setiap malam dari sepuluh malam terakhir. Dan pahala Lailatul Qadar itu diperoleh oleh siapa saja yang menghidupkan malam itu dengan penuh iman dan ikhlas, baik itu mengetahuinya atau tidak."
Nabi SAW bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa bangun sholat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan keikhlasan maka dosanya yang telah lalu diampuni” (HR Bukhari)
Di sini tidak dikatakan, kata Syaikh Al-Utsaimin, jika ia tahu waktu turunnya. Jadi tidak disyaratkan untuk mendapatkan pahala Lailatul Qadar orang yang beribadah harus mengetahui waktunya dengan pasti.
"Tetapi barangsiapa beribadah pada setiap malam dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, karena keimanan dan keikhlasan maka kami yakin bahwa ia pasti mendapatkan Lailatul Qadar sama saja apakah terjadi di awalnya, pertengahannya ataupun akhirnya. Allahlah yang memberi taufik," ujar Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
Tidak diragukan lagi bahwa Lailatul Qadar terjadi pada bulan Ramadhan. Allah berfirman.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan” [ QS Al-Qadar /97 : 1]
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjelaskan dalam ayat yang lain bahwa Dia telah menurunkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an” [ QS Al-Baqarah /2 : 185]
Dalam hadis Riwayat Bukhari dalam “Fadhlu Lailatul Qadri” Bab Mencari Lailatul Qadar disebutkan bahwa Rasulullah pernah beriktikaf pada sepuluh malam pertama bulan Ramadhan untuk mencari Lailatul Qadar, lalu beriktikaf pada sepuluh malam pertengahan, hingga beliau melihat Lailatul Qadar ini pada sepuluh malam terkakhir pada bulan Ramadhan.
Kemudian terjadi persamaan mimpi di antara beberapa sahabat Nabi SAW bahwa ia terjadi tujuh malam terakhir dari Ramadhan.
Lalu beliau SAW bersabda:
أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ ، فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ
“Saya melihat bahwa mimpi kalian saling bersesuaian terjadi pada tujuh malam terakhir. Maka barangsiapa yang ingin mencarinya hendaklah ia mencarinya pada tujuh malam terakhir”
Inilah pembatasan yang paling minimal dari penentuan dalam waktu tertentu.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan jika kita memperhatikan dalil-dalil tentang Lailatul Qadar, akan jelas bagi kita bahwa Lailatul Qadar itu berpindah dari satu malam ke malam lainnya.
Ia tidak terbatas dengan satu hari tertentu pada setiap tahunnya. Nabi pernah diberi tahu dalam tidurnya tentang Lailatul Qadar. Sedangkan pagi harinya beliau sujud di atas tanah yang tergenang air yang mana malam itu adalah malam ke dua puluh satu.
Hal ini tercantum dalam hadis riwayat Bukhari dalam “Fadhilah Lailatul Qadar” Bab Mencari Lailatul Qadar (2015). Dan Muslim Dalam “Shiyam” Bab Keutamaan Lailatul Qadar (215).
Nabi Muhammad SAW juga bersabda.
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qadar pada hari ganjil di sepuluh malam terakhir dari Ramadhan” (HR Bukhari dan Muslim)
Menurut Syaikh Al-Utsaimin, hal ini menujukkan bahwa Lailatul Qadar tidak terbatas pada satu malam tertentu. "Dari sini terkumpullah dalil-dalilnya, sehingga seyogyanya seseorang selalu mengharap turunnya Lailatul Qadar pada setiap malam dari sepuluh malam terakhir. Dan pahala Lailatul Qadar itu diperoleh oleh siapa saja yang menghidupkan malam itu dengan penuh iman dan ikhlas, baik itu mengetahuinya atau tidak."
Nabi SAW bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa bangun sholat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan keikhlasan maka dosanya yang telah lalu diampuni” (HR Bukhari)
Di sini tidak dikatakan, kata Syaikh Al-Utsaimin, jika ia tahu waktu turunnya. Jadi tidak disyaratkan untuk mendapatkan pahala Lailatul Qadar orang yang beribadah harus mengetahui waktunya dengan pasti.
"Tetapi barangsiapa beribadah pada setiap malam dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, karena keimanan dan keikhlasan maka kami yakin bahwa ia pasti mendapatkan Lailatul Qadar sama saja apakah terjadi di awalnya, pertengahannya ataupun akhirnya. Allahlah yang memberi taufik," ujar Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.
(mhy)