Benarkah Dosa Syirik Kecil Lebih Dahsyat dari Dosa Besar?

Kamis, 19 Mei 2022 - 12:23 WIB
loading...
Benarkah Dosa Syirik...
Sebagian ulama menyatakan bahwa dosa syirik kecil lebih dahsyat daripada dosa kemaksiatan yang tercakup dalam dosa-dosa besar (al-kabaair). Foto ilustrasi/ist
A A A
Sebagian ulama menyatakan bahwa dosa syirik kecil lebih dahsyat daripada dosa kemaksiatan yang tercakup dalam dosa-dosa besar (al-kabaair). Mengapa demikian? Seperti diketahui bahwa perbuatan syirik adalah menyamakan antara selain Allah dengan Allah ta’ala dalam perkara yang termasuk kategori kekhususan yang hanya dimiliki oleh Allah ta’ala saja.

Begitu buruknya perbuatan syirik ini, maka dosanya dianggap jauh lebih besar dari perbuatan dosa besar sendiri. Di antara beberapa pendapat ulama yang mengatakan hal tersebut, yakni :

1. Ibnu al-Qayyim rahimahullah ketika menjelaskan perihal dosa bersumpah atas nama selain Allah yang merupakan syirik kecil, beliau menuturkan, “Allah Ta’ala menyatakan bahwa bersumpah atas nama selain Allah adalah kesyirikan, sehingga tingkatannya melampaui tingkatan dosa-dosa besar.” [I’lam al-Muwaqqi’in 6/572]


2. Syaikh Sulaiman bin Abdillah Alu asy-Syaikh rahimahullah ketika mengomentari atsar yang menyatakan bahwa Ibnu Mas’ud lebih memilih bersumpah dusta dengan menyebut nama Allah daripada bersumpah jujur tapi dengan menyebut nama selain Allah. Beliau menyatakan, “Dalam atsar ini terdapat dalil bahwa tingkatan syirik kecil lebih parah daripada dosa-dosa besar.”

3. Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu asy-Syaikh ketika menyebutkan bahwa salah satu contoh syirik kecil adalah memberikan putusan hukum pada suatu kasus berdasarkan hawa nafsu dengan tetap meyakini kebenaran hukum Allah dan Rasul-Nya. Beliau berkata, “Perbuatan ini meski kekufurannya tidak mengeluarkan pelaku dari agama Islam, tapi ia adalah kemaksiatan yang sangat besar yang melebihi perbuatan dosa besar.” [Tahkim al-Qawanin hlm. 8]

Mengapa tingkatan dosa syirik kecil dianggap lebih tinggi? Dikutip dari tulisan ceramah Ustadz Muhammad Nur Ichwan Muslim, ST dijelaskan bahwa dosa besar itu sendiri terbagi ke dalam dua jenis, yaitu (a) dosa besar yang terkait dengan keyakinan syirik kepada selain Allah sehingga melahirkan aktivitas amal ibadah dan (b) dosa besar berupa aktivitas yang tidak diiringi keyakinan kepada selain Allah.

Dosa besar jenis pertama seperti aktivitas beristighatsah kepada selain Allah; menyembelih atau berkurban (memberi sesajen) kepada selain Allah, bernadzar kepada selain Allah, dan semacamnya. Aktivitas fisik ini merupakan dosa besar yang diiringi suatu keyakinan yang menjadikannya tergolong sebagai syirik akbar karena telah memalingkan ibadah kepada selain Allah. Kesyirikan dilakukan karena terdapat pengagungan kepada makhluk sehingga menjadikannya saingan bagi Allah dan dianggap layak diibadahi, entah dijadikan tujuan atau perantara.

Adapun dosa jenis kedua adalah aktivitas dosa besar yang tidak diiringi keyakinan kepada selain Allah seperti berzina, meminum khamr, mencuri, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri dari perang, dan dosa besar yang lain.

Pada jenis yang kedua inilah dikatakan bahwa syirik kecil memiliki tingkatan dosa yang lebih tinggi daripada dosa besar. Dengan demikian, syirik kecil meski berupa perkataan seperti ucapan “terserah Allah dan terserah kamu”; bersumpah dengan menyebut nama selain Allah; menisbatkan nikmat kepada selain Allah; mengikatkan jimat; atau yang semisalnya, dari segi jenis memiliki tingkatan dosa yang lebih tinggi daripada dosa besar jenis kedua tadi, yaitu dosa besar yang tidak diiringi keyakinan syirik kepada selain Allah.

Mengapa demikian? Menurut dai yang rutin mengisi kajian di laman Islam muslim.or.id ini, hal itu dikarenakan pada dosa besar seperti berzina, mencuri, meminum khamr tidak terjadi prasangka buruk kepada Allah atau pemalingan ibadah kepada selain-Nya. Faktor yang memotivasi semata-mata adalah mengikuti syahwat. Berbeda halnya dengan syirik kecil, dimana dalam aktivitas tersebut terdapat unsur menjadikan makhluk sebagai saingan dan tandingan Allah ta’ala. Telah diketahui bersama bahwa dosa terbesar adalah ketika seseorang mengada-adakan saingan bagi Allah ta’ala padahal Dia-lah yang telah menciptakannya. [at-Tamhid li Syarh Kitab at-Tauhid 2/359-360]



Akan tetapi, apakah hal ini berlaku mutlak? Syaikh Dr. Abdurrahman bin Nashir al-Barrak hafizhahullah mengatakan, “Apa yang nampak dari ucapan Salaf bahwa syirik kecil memiliki tingkatan dosa yang lebih tinggi daripada dosa besar,yaitu berlaku pada dosa besar yang sejenis dengan syirik kecil tersebut.Hal ini seperti perbuatan bersumpah dengan menyebut nama selain Allah yang tingkatan dosanya lebih besar daripada bersumpah dusta dengan menyebut nama Allah sebagaimana yang disebutkan dalam atsar Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu.

Jenis syirik besar juga termasuk dalam dosa besar, sehingga bukan berarti setiap kali suatu perbuatan dikategorikan sebagai syirik kecil lantas perbuatan itu memiliki tingkatan dosa yang lebih tinggi dari seluruh dosa besar. Sebagian dosa besar justru ditegur dan diancam dengan ancaman yang sangat keras, sementara ancaman yang serupa tidak dinyatakan untuk sebagian syirik kecil seperti yang telah dijelaskan sebelumnya terkait ucapan seseorang “terserah Allah dan terserah kamu.”

Contoh lain akan hal ini adalah perbandingan antara seorang yang bersumpah dengan menyebut nama orang tua karena saking hormat dengan mereka dan seorang yang membunuh orang tua dengan sengaja. Perbuatan pertama adalah syirik kecil, sedangkan perbuatan kedua adalah dosa besar. Apakah akan dikatakan bahwa dosa perbuatan pertama lebih besar daripada perbuatan kedua, karena status perbuatan pertama adalah syirik kecil? Perbuatan pertama lebih besar dosanya karena telah menciderai akidah, sedangkan yang kedua tidak?

Apabila kita menyetujui hal itu, maka konsekuensinya adalah tingkatan dosa segala bentuk syirik kecil melebihi dosa besar. Padahal kita tahu ada perbedaan yang nyata antara sikap yang ditunjukkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang bersumpah dengan menyebut nama selain Allah dan sikap beliau kepada orang yang membunuh orang lain yang telah mengucapkan kalimat tauhid meski di bawah ancaman pedang.

Teguran beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih keras terhadap pelaku perbuatan kedua daripada pelaku perbuatan pertama. Bukti yang menunjukkan bahwa perbuatan kedua meskipun berstatus dosa besar, tapi memiliki tingkatan dosa yang lebih tinggi daripada perbuatan pertama yang berstatus syirik kecil.


Wallahu A'lam
(wid)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3125 seconds (0.1#10.140)