Membaca Misi Suci Nabi Musa AS

Sabtu, 25 April 2020 - 17:05 WIB
loading...
Membaca Misi Suci Nabi...
Diperkirakan ada sekitar 40 orang bergelar Firaun sepanjang kurun dinasti peradaban Mesir kuno berlangsung dalam rentang lebih dari 2500 tahun lamanya. Foto/Ist
A A A
Ustaz DR Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an

Ketika kita membaca Al-Qur'an , kita akan menemukan penyebutan nama Fir'aun tidak kurang dari 74 kali di beberapa surah seperti Al-Baqarah, Thaha, Al-Anbiya, Al-Qasash dan beberapa surah lainnya. Nama Fir'aun sendiri tidak pernah disebutkan secara jelas, siapa sesungguhnya Fir'aun yang dimaksudkan. Sebab penyebutan Fir'aun tak lebih dari sekedar gelar kekuasaan yang disandang oleh para penguasa Mesir saat itu.

Diperkirakan ada sekitar 40 orang yang bergelar nama Fir'aun sepanjang kurun dinasti peradaban Mesir kuno berlangsung dalam rentang lebih dari 2500 tahun lamanya. Meski tidak semua penguasa Mesir bergelar dengan gelar Fir'aun tersebut.

Hal yang menjadi perdebatan hingga hari ini, siapakah nama Fir'aun yang dimaksudkan oleh Al-Qur'an? Siapakah nama sesungguhnya? Sebab, ketinggian sastra Al-Qur'an tidak menyebut nama itu secara terbuka, melainkan hanya dalam bentuk simbolik saja.

Ada yang menyebutkan Fir'aun yang dimaksudkan adalah Meneptah, ada pula yang menyebutkan Sethi. Meski yang terbanyak menyatakan Ramoses atau Ramses II yang berkuasa antara 1274 SM-1213 SM. Namun, jika pun itu bisa diterima, apakah dia pula tokoh yang sama menyelamatkan Musa di sungai Nil?

Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa nama asli Fir'aun adalah Mush'ab bin Walid. Di sini saya merasa lebih aneh lagi, sebab nama itu lebih identik dengan nama bangsa Arab, ketimbang nama orang Mesir kuno. Seperti halnya nama Musa, bukanlah nama Arab, melainkan nama yang terambil dari bahasa Mesir Kuno.

Apa pun itu, Fir'aun yang disebut oleh Al-Qur'an lebih baik dengan identitas gelarnya sebagai raja, daripada penyebutan secara identitas langsung yang tentu inilah pengajaran Al-Qur'an untuk tidak menyebut nama seseorang secara kelas dan terbuka saat menggambarkannya dengan sesuatu keburukan yang dilakukan seseorang.

Menariknya, dalam Kisah Nabi Musa dan Fir'aun berawal dari kisah Musa yang memukul salah seorang prajurit Fir'aun yang ketika itu berlaku kasar pada seorang pemuda kalangan Bani Israel. Musa memukul prajurit itu hingga mati.

Di sanalah awal mula Musa akan dipenjarakan oleh Fir'aun. Atas saran seseorang, Musa melarikan diri ke Madyan, wilayah yang lebih dekat ke Yerussalem.

Di sana Musa bertemu dengan putri Nabi Syu'aib dan menikahinya. Nabi Musa menjadi penggembala kambing selama 20 tahun. Dan hidup damai di perkampungan Madyan. Sebenarnya sampai di sini kisah Musa sudah selesai.

Namun, ternyata Allah menghendaki kisah lain. Musa diangkat sebagai Nabi bagi Bani Israel. Ia menerima risalah sebagai seorang yang mempunyai dua misi utama, pertama menyelamatkan kaum Bani Israel, anak cucu keturunan Nabi Ya'kub dari siksaan perbudakan bangsa Mesir. Kedua, mendakwahkan ketauhidan pada Fir'aun.

Pada awalnya, Musa merasa khawatir dan takut untuk kembali ke Mesir, tanah kelahirannya, meski sesungguhnya Musa merindukan hal itu. Namun, misinya jauh lebih berat lagi untuk diemban, sehingga Nabi Musa meminta sepupunya, Nabi Harun untuk menemaninya bersama menghadapi Fir'aun.

Ada riwayat yang menyebutkan bahwa permintaan Nabi Musa untuk mengajak saudsaranya Nabi Harun, disebabkan Nabi Harun lebih fasih berbicara ketimbang Nabi Musa. Ada riwayat lain yang mengatakan bahwa lidah Nabi Musa itu "cadel", disebabkan lidahnya pernah terkena bara api sewaktu masih bayi ketika Fir'aun ingin menguji apakah bayi Musa sengaja menarik jenggotnya secara keras itu akibat disengaja atau hanya kebetulan saja.

Konon, Fir'aun menyediakan makanan dan bara api. Allah arahkan bayi Musa memilih bara api untuk dimasukkan dalam mulutnya, untung saja Jibril segera menahannya. Ada sebagian riwayat tafsir seperti itu.

Namun, jika riwayat itu diterima, seakan kita menerima kenyataan bahwa Nabi Musa itu cacat secara fisik. Sedangkan, para Nabi dijamin dari kekurangan atau cacat fisik. Wallahu 'alam.

Yang jelas Al-Qur'an menyebutkan doa yang yang dipanjatkan Nabi Musa: "Rabbisyrahli shadri wayassirli amri wahlul uqdatammilisani yafqahu qauli" (Ya Allah, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku serta lepaskanlah belenggu yang mengunci lisanku)"

Walhasil, setelah keduanya berangkat kembali ke Mesir, di kerajaan Fir'aun di Loxur, ada yang mengatakan di Thebes. Mereka berdua menghadap Fir'aun dan menyatakan ingin membawa kaum Bani Israel "pulang kampung" ke tanah kelahiran mereka di Yerussalem, Fir'aun pun berang.

Fir'aun selama ratusan tahun, ada sekitar 200 tahun- sejak pendahulunya telah merasa nyaman memperbudak kaum Bani Israel untuk melakukan pembangunan infrastruktur, membangun istana, pyramid, dan segala hal yang terkait kepentingan dinastinya.

Pada awalnya kedatangan kaum Bani Israel yang merupakan anak cucu keturunan Nabi Ya'kub itu dibawa masuk oleh Nabi Yusuf yang ketika itu menjadi penguasa di Mesir pada masa kekuasan Raja Hexsos.

Seiring berjalannya waktu, dinasti Malik Hexsos diserang oleh penguasa Mesir bawah, sehingga dinasti Hexsos terkalahkan. Kaum Bani Israel yang semula hidup di mas dinasti Hexsos kemudian diperbudak oleh dinasti baru dari pendatang suku Nubia yang mendirikan dinasti Fir'aun kuno generasi pertama.

Raja Fir'aun pertama Zoosser lah yang kemudian mampu menyatukan antara kerajaan Mesir bawah dan Mesir atas dalam satu kesatuan satu dinasti kerajaan. Hingga, akhirnya sampailah pada kekuasaan dinasti ke-19 Ra'moses II yang dimana Nabi Musa hidup dan diperintahkan mengemban risalah kenabian di zaman itu.

Nah, misi Nabi Musa kedua setelah mendakwahi Fir'aun adalah mengembalikan bangsa Bani Israel ke "Kampung Halaman" mereka di Yerussalem yang merupakan "Tanah Leluhur" mereka merupakan tanah Nabi Ibrahim.

Pada awalnya Fir'aun mengizinkan mereka pulang kampung, namun setelah terjadi wabah penyakit yang menimpa Mesir, sebagaimana yang disebutkan Al-Qur'an sebagai 7 bala musibah yang didatangkan di negeri Fir'aun, maka Fir'aun kembali balik melarang mereka.

Namun, Musa dan pengikutnya tetap memaksakan untuk pulang kampung. Menurut keterangan Imam Ibnu Katsir ada sekitar 600 ribu orang yang meninggalkan Mesir menuju laut merah, hingga akhirnya terkepung di sisi laut Merah. Fir'aun dan bala tentaranya mengepung Bani Israel, hingga akhirnya ditenggelamkan di laut Merah.

Inilah akhir dari kisah Fir'aun yang ditenggelamkan oleh Allah Ta'ala. Kisah pulang kampung Nabi Musa dan Bani Israel yang menurut catatan sejarah memang benar adanya seperti itu.

Wallahu A'lam
(rhs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1687 seconds (0.1#10.140)