Kisah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani Membuat Khalifah Al-Mustanjid Bertaubat

Selasa, 31 Mei 2022 - 18:14 WIB
loading...
Kisah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani Membuat Khalifah Al-Mustanjid Bertaubat
Konon Khalifah bertaubat dan menjadi pengikut setia Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani sejak peristiwa apel. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani dikenal tidak mau mencari muka kepada kaum elit, baik kepada orang-orang kaya para pembesar kerajaan. Pernah suatu ketika ia didatangi oleh Khalifah , ia tidak langsung menemuinya tetapi ditinggalkan beberapa waktu dalam khalwatnya.



Diceritakan oleh Abdullah al-Mashalli bahwa pernah suatu ketika Khalifah Al-Mustanjid datang ke rumah Syaikh Abdul Qadir al-Jilani guna meminta nasihat. Al-Mustanjid adalah khalifah Bani Abbasiyah (1160-1170). Ia bergelar Abu al-Muzhaffar dengan nama asli Yusuf bin al-Muqtafi.

Khalifah meminta sesuatu yang bisa menentramkan hatinya, yaitu buah apel yang langka di tanah Irak. Lalu Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani mengadahkan tangannya ke langit memohon kepada Allah, maka dalam sekejap itupun dua buah apel tergenggam di tangannya. Diberikanlah sebuah untuk khalifah dan sebuah lagi untuk dirinya.

Setelah apel dikupas dari tangan al-Jilani terciumlah bau harum dan manis. Anehnya dari kupasan khalifah tercium bau busuk dan penuh dengan ulat. Khalifah pun terkejut dan bertanya, "Kenapa begini wahai Syaikh?"

Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani menjawab, "Ia busuk dan berulat karena dijamah oleh tangan seorang zalim dan ia harum dan wangi karena dijamah oleh seorang wali Allah."

Konon sejak itu khalifah bertaubat dan menjadi pengikut setia Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani.

Kala itu, Al-Jilani tidak takut akan murka khalifah. Padahal, pada masa itu, jika seorang berani mencela perbuatan khalifah, maka akan mendapat hukuman yang berat.

Kisah lainnya, Abul Husein Ali Husni Nadwi mengungkap dalam Kitabnya Rijal al-Fikri wa’l-Da’wah fi’l-Islam. Dalam buku ini diceritakan ketika Khalifah al-Muktadi Liamrillah (467-487 H) mengangkat Abu al-Wafa’ Yahya bin Said bin Yahya al-Mudhafar untuk menjadi hakim (qadhi), maka al-Jilani menyerang habis-habisan dalam ceramahnya.

“Engkau menjadi penguasa atas kaum muslimin dengan cara yang zalim. Apa tanggung jawabmu di sisi di akhirat kelak?” ujarnya.

Khalifah al-Muktadi Liamrillah pun mendadak menangis dan seketika itu juga Abu al-Wafa’ dipecatnya.



Sultannya Para Wali
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani mendapat julukan yang tinggi karena karakteristiknya yang mulia. Yusuf al-Nabhani, dalam bukunya Jami’u Karamat Auliya menyebutnya sebagai sultannya para wali (sulthan al-auliya’) dan imamnya para sufi (imam al-asfiya’).

Demikian pula Izzuddin bin Abdussalam dan Ibnu Taimiyah, yang dinukil secara mutawatir mengatakan, bahwa al-Jilani mempunyai banyak karamah melebihi para wali di masanya.

Karamah itu adakalanya digunakan untuk sesuatu yang luar biasa (Khariq al-‘adah) yang terjadi pada diri seseorang yang saleh atau wali sebagai anugerah dari Allah SWT, untuk menunjukkan ketinggian kedudukan orang tersebut di sisi-Nya sebagaimana mukjizat para Nabi.

Para pengikutnya meyakini karamah Syaikh Abdul Qadir al-Jilani yang terpenting adalah menghidupkan hati dan jiwa yang mati, menanamkan keimanan, menanamkan rasa takut kepada Allah SWT, serta menyalakan jiwa untuk berbakti kepada-Nya.

Secara metaforis disebutkan, Al-Sya’rani mengatakan bahwa ia tidak pernah dihinggapi lalat sebagaimana Rasulullah SAW, karena kemuliannya.

Syaikh Yusuf ibn ‘Ismail al-Nabhani dalam bukunya berjudul Jamiu Karamat al-Auliya’ menyebutkan, pernah suatu ketika Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani sedang duduk dan hendak berwudhu, tiba-tiba ada burung mengotorinya, maka seketika itu juga burung itu mati. Melihat keadaan itu maka Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani cepat-cepat membersihkan pakaiannya dan kemudian pakaian itu disedekahkan kepada fakir miskin sebagai tebusan burung yang mati.

Seraya ia berkata, "seandainya aku berdosa karena burung ini, maka pakaianku inilah sebagai tebusannya. Ia juga menghidupkan burung dan ayam yang sudah mati."

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2645 seconds (0.1#10.140)