Kisah Dua Malaikat yang Membelah Dada Nabi Saat Balita
loading...
A
A
A
SEBAGAIMANA sudah menjadi adat kaum bangsawan Arab di Makkah , jika memiliki bayi maka akan dicarikan orang yang menyusui bayi itu. Biasanya perempuan yang menyusui itu dari Keluarga Sa'd (Kabilah as Sa’diyah).
Kala itu, Siti Aminah masih menunggu akan menyerahkan anaknya itu kepada salah seorang keluarga Sa'd. Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad menulis pada hari kedelapan sesudah dilahirkan bayi anak bangsawan Makkah itu dikirim ke pedalaman dan baru kembali pulang ke kota sesudah ia berumur delapan atau sepuluh tahun. Di kalangan kabilah-kabilah pedalaman yang terkenal dalam menyusukan ini di antaranya ialah kabilah Banu Sa'd. ( )
Sementara masih menunggu orang yang akan menyusukan itu Siti Aminah menyerahkan anaknya kepada Thuwaiba, budak perempuan pamannya, Abu Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah yang juga kemudian disusukannya. Jadi mereka adalah saudara susuan. ( )
Halimah bint Abi-Dhua'ib
Akhirnya datang juga wanita-wanita keluarga Sa'd yang akan menyusukan itu ke Makkah. Mereka mencari bayi yang akan mereka susukan. Akan tetapi, menurut Haekal, mereka menghindari anak-anak yatim. Soalnya dari anak-anak yatim sedikit sekali yang dapat mereka harapkan. Oleh karena itu di antara mereka itu tak ada yang mau mendatangi bayi Siti Aminah. Mereka akan mendapat hasil yang lumayan bila mendatangi keluarga yang dapat mereka harapkan. ( )
Halimah bint Abi-Dhua'ib yang pada mulanya menolak menyusui bayi Siti Aminah, seperti yang lain-lain juga, menurut Haekal, ternyata tidak mendapat bayi lain sebagai gantinya. Di samping itu karena dia memang seorang wanita yang kurang mampu, ibu-ibu lainpun tidak menghiraukannya.
Hanya saja, setelah sepakat mereka akan meninggalkan Makkah, Halimah berkata kepada Harith bin Abd'l-'Uzza suaminya: "Tidak senang aku pulang bersama dengan teman-temanku tanpa membawa seorang bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim itu dan akan kubawa juga."(Baca Juga: Kisah Keislaman Hamzah, Singa Allah yang Mengagumkan
"Baiklah," jawab suaminya. "Mudah-mudahan karena itu Tuhan akan memberi berkah kepada kita."
Halimah kemudian mengambil bayi Siti Aminah dan dibawanya pergi bersama-sama dengan teman-temannya ke pedalaman.
Dalam buku Harta Nabi karya Abdul Fattah as-Saman dijelaskan, sejak Halimah mengambil Muhammad yang masih bayi untuk disusui, dia membawa beliau pulang dengan menggunakan kendaraannya. Rasulullah SAW diletakkan Halimah di pangkuannya untuk kemudian disusui.
Seketika, susu yang deras keluar dan beliau dapat minum hingga kenyang. Saudara sepersusuannya juga minum bersama beliau hingga kenyang. Lalu, keberkahan demi keberkahan pun meliputi Halimah dan suaminya.
Suatu hari ketika suami Halimah hendak memerah susu keledai betinanya, susu segar melimpah dari keledai betina tersebut. Halimah beserta suaminya pun minum dengan cukup dan merasa diselimuti dengan kebaikan sepanjang malam.
Ka'bah: Kisah Nazar Abdul Muthalib Menyembelih Anaknya
Menjelang pagi, suami Halimah berkata, “Tahukah kamu, wahai Halimah? Kamu telah mengambil bayi yang penuh dengan berkah.” Halimah pun menjawab, “Demi Allah, sungguh aku mengharapkan hal itu terjadi (dan terjadi).”
Dalam kisah lainnya, Halimah pergi dengan keledai betina sambil menggendong Rasulullah SAW. Namun, jika diukur dari batas nalar logika, Halimah sadar bahwa seharusnya keledai betinanya tak akan mampu menempuh jarak dari perjalanan yang menurut dia jauh tersebut.
Halimah pun diingatkan teman-temannya agar berhati-hati dalam menempuh perjalanan. Sebab, batas kemampuan si keledai betina kemungkinan tak akan sekuat itu. Halimah pun menjawab, “Demi Allah, sungguh keledai betina itu menyimpan rahasia.”
Haekal juga menulis, sejak diambilnya anak itu Halimah merasa mendapat berkah. Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunyapun bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya.
Kala itu, Siti Aminah masih menunggu akan menyerahkan anaknya itu kepada salah seorang keluarga Sa'd. Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad menulis pada hari kedelapan sesudah dilahirkan bayi anak bangsawan Makkah itu dikirim ke pedalaman dan baru kembali pulang ke kota sesudah ia berumur delapan atau sepuluh tahun. Di kalangan kabilah-kabilah pedalaman yang terkenal dalam menyusukan ini di antaranya ialah kabilah Banu Sa'd. ( )
Sementara masih menunggu orang yang akan menyusukan itu Siti Aminah menyerahkan anaknya kepada Thuwaiba, budak perempuan pamannya, Abu Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah yang juga kemudian disusukannya. Jadi mereka adalah saudara susuan. ( )
Halimah bint Abi-Dhua'ib
Akhirnya datang juga wanita-wanita keluarga Sa'd yang akan menyusukan itu ke Makkah. Mereka mencari bayi yang akan mereka susukan. Akan tetapi, menurut Haekal, mereka menghindari anak-anak yatim. Soalnya dari anak-anak yatim sedikit sekali yang dapat mereka harapkan. Oleh karena itu di antara mereka itu tak ada yang mau mendatangi bayi Siti Aminah. Mereka akan mendapat hasil yang lumayan bila mendatangi keluarga yang dapat mereka harapkan. ( )
Halimah bint Abi-Dhua'ib yang pada mulanya menolak menyusui bayi Siti Aminah, seperti yang lain-lain juga, menurut Haekal, ternyata tidak mendapat bayi lain sebagai gantinya. Di samping itu karena dia memang seorang wanita yang kurang mampu, ibu-ibu lainpun tidak menghiraukannya.
Hanya saja, setelah sepakat mereka akan meninggalkan Makkah, Halimah berkata kepada Harith bin Abd'l-'Uzza suaminya: "Tidak senang aku pulang bersama dengan teman-temanku tanpa membawa seorang bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim itu dan akan kubawa juga."(Baca Juga: Kisah Keislaman Hamzah, Singa Allah yang Mengagumkan
"Baiklah," jawab suaminya. "Mudah-mudahan karena itu Tuhan akan memberi berkah kepada kita."
Halimah kemudian mengambil bayi Siti Aminah dan dibawanya pergi bersama-sama dengan teman-temannya ke pedalaman.
Dalam buku Harta Nabi karya Abdul Fattah as-Saman dijelaskan, sejak Halimah mengambil Muhammad yang masih bayi untuk disusui, dia membawa beliau pulang dengan menggunakan kendaraannya. Rasulullah SAW diletakkan Halimah di pangkuannya untuk kemudian disusui.
Seketika, susu yang deras keluar dan beliau dapat minum hingga kenyang. Saudara sepersusuannya juga minum bersama beliau hingga kenyang. Lalu, keberkahan demi keberkahan pun meliputi Halimah dan suaminya.
Suatu hari ketika suami Halimah hendak memerah susu keledai betinanya, susu segar melimpah dari keledai betina tersebut. Halimah beserta suaminya pun minum dengan cukup dan merasa diselimuti dengan kebaikan sepanjang malam.
Ka'bah: Kisah Nazar Abdul Muthalib Menyembelih Anaknya
Menjelang pagi, suami Halimah berkata, “Tahukah kamu, wahai Halimah? Kamu telah mengambil bayi yang penuh dengan berkah.” Halimah pun menjawab, “Demi Allah, sungguh aku mengharapkan hal itu terjadi (dan terjadi).”
Dalam kisah lainnya, Halimah pergi dengan keledai betina sambil menggendong Rasulullah SAW. Namun, jika diukur dari batas nalar logika, Halimah sadar bahwa seharusnya keledai betinanya tak akan mampu menempuh jarak dari perjalanan yang menurut dia jauh tersebut.
Halimah pun diingatkan teman-temannya agar berhati-hati dalam menempuh perjalanan. Sebab, batas kemampuan si keledai betina kemungkinan tak akan sekuat itu. Halimah pun menjawab, “Demi Allah, sungguh keledai betina itu menyimpan rahasia.”
Haekal juga menulis, sejak diambilnya anak itu Halimah merasa mendapat berkah. Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunyapun bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya.