Kisah Dua Malaikat yang Membelah Dada Nabi Saat Balita

Rabu, 24 Juni 2020 - 13:20 WIB
loading...
Kisah Dua Malaikat yang Membelah Dada Nabi Saat Balita
Penggembala kambing. Tatkala Sayyidina Muhammad sedang menggembalakan kambing milik keluarga Halimah tiba-tiba beliau didatangi dua malaikat. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
SEBAGAIMANA sudah menjadi adat kaum bangsawan Arab di Makkah , jika memiliki bayi maka akan dicarikan orang yang menyusui bayi itu. Biasanya perempuan yang menyusui itu dari Keluarga Sa'd (Kabilah as Sa’diyah).

Kala itu, Siti Aminah masih menunggu akan menyerahkan anaknya itu kepada salah seorang keluarga Sa'd. Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad menulis pada hari kedelapan sesudah dilahirkan bayi anak bangsawan Makkah itu dikirim ke pedalaman dan baru kembali pulang ke kota sesudah ia berumur delapan atau sepuluh tahun. Di kalangan kabilah-kabilah pedalaman yang terkenal dalam menyusukan ini di antaranya ialah kabilah Banu Sa'd. ( )

Sementara masih menunggu orang yang akan menyusukan itu Siti Aminah menyerahkan anaknya kepada Thuwaiba, budak perempuan pamannya, Abu Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah yang juga kemudian disusukannya. Jadi mereka adalah saudara susuan. ( )

Halimah bint Abi-Dhua'ib
Akhirnya datang juga wanita-wanita keluarga Sa'd yang akan menyusukan itu ke Makkah. Mereka mencari bayi yang akan mereka susukan. Akan tetapi, menurut Haekal, mereka menghindari anak-anak yatim. Soalnya dari anak-anak yatim sedikit sekali yang dapat mereka harapkan. Oleh karena itu di antara mereka itu tak ada yang mau mendatangi bayi Siti Aminah. Mereka akan mendapat hasil yang lumayan bila mendatangi keluarga yang dapat mereka harapkan. ( )

Halimah bint Abi-Dhua'ib yang pada mulanya menolak menyusui bayi Siti Aminah, seperti yang lain-lain juga, menurut Haekal, ternyata tidak mendapat bayi lain sebagai gantinya. Di samping itu karena dia memang seorang wanita yang kurang mampu, ibu-ibu lainpun tidak menghiraukannya.



Hanya saja, setelah sepakat mereka akan meninggalkan Makkah, Halimah berkata kepada Harith bin Abd'l-'Uzza suaminya: "Tidak senang aku pulang bersama dengan teman-temanku tanpa membawa seorang bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim itu dan akan kubawa juga."(Baca Juga: Kisah Keislaman Hamzah, Singa Allah yang Mengagumkan
"Baiklah," jawab suaminya. "Mudah-mudahan karena itu Tuhan akan memberi berkah kepada kita."

Halimah kemudian mengambil bayi Siti Aminah dan dibawanya pergi bersama-sama dengan teman-temannya ke pedalaman.

Dalam buku Harta Nabi karya Abdul Fattah as-Saman dijelaskan, sejak Halimah mengambil Muhammad yang masih bayi untuk disusui, dia membawa beliau pulang dengan menggunakan kendaraannya. Rasulullah SAW diletakkan Halimah di pangkuannya untuk kemudian disusui.



Seketika, susu yang deras keluar dan beliau dapat minum hingga kenyang. Saudara sepersusuannya juga minum bersama beliau hingga kenyang. Lalu, keberkahan demi keberkahan pun meliputi Halimah dan suaminya.

Suatu hari ketika suami Halimah hendak memerah susu keledai betinanya, susu segar melimpah dari keledai betina tersebut. Halimah beserta suaminya pun minum dengan cukup dan merasa diselimuti dengan kebaikan sepanjang malam.

Ka'bah: Kisah Nazar Abdul Muthalib Menyembelih Anaknya

Menjelang pagi, suami Halimah berkata, “Tahukah kamu, wahai Halimah? Kamu telah mengambil bayi yang penuh dengan berkah.” Halimah pun menjawab, “Demi Allah, sungguh aku mengharapkan hal itu terjadi (dan terjadi).”

Dalam kisah lainnya, Halimah pergi dengan keledai betina sambil menggendong Rasulullah SAW. Namun, jika diukur dari batas nalar logika, Halimah sadar bahwa seharusnya keledai betinanya tak akan mampu menempuh jarak dari perjalanan yang menurut dia jauh tersebut.



Halimah pun diingatkan teman-temannya agar berhati-hati dalam menempuh perjalanan. Sebab, batas kemampuan si keledai betina kemungkinan tak akan sekuat itu. Halimah pun menjawab, “Demi Allah, sungguh keledai betina itu menyimpan rahasia.”

Haekal juga menulis, sejak diambilnya anak itu Halimah merasa mendapat berkah. Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunyapun bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya.



Selama dua tahun Sayyidina Muhammad tinggal di sahara, disusukan oleh Halimah dan diasuh oleh Syaima', puterinya.

Udara sahara dan kehidupan pedalaman yang kasar menyebabkannya cepat sekali menjadi besar, dan menambah indah bentuk dan pertumbuhan badannya.



Setelah cukup dua tahun dan tiba masanya disapih, Halimah membawa anak itu kepada ibunya dan sesudah itu membawanya kembali ke pedalaman.

Dua tahun lagi anak itu tinggal di sahara, menikmati udara pedalaman yang jernih dan bebas, tidak terikat oleh sesuatu ikatan jiwa, juga tidak oleh ikatan materi.


Dua Malaikat
Pada masa itu, sebelum usianya mencapai tiga tahun, ketika itulah terjadi cerita yang banyak dikisahkan. Tatkala Sayyidina Muhammad sedang menggembalakan kambing milik keluarga Halimah tiba-tiba beliau didatangi dua malaikat , lalu keduanya membelah dada beliau dan mengeluarkan bagian yang kotor dari hatinya.

Peristiwa ini dijelaskan oleh Anas bin Malik dalam hadis sahih yang diriwayatkan Imam Muslim. Juga telah dijelaskan sendiri oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadis.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

… فَبَيْنَمَا أَنَا مَعَ أَخٍ لِي خَلْفَ بُيُوْتِنَا نَرْعَى بِهِمَا لَنَا إِذْ أتَانِي رَجُلاَنِ – عَلَيْهِمَا ثِيَابٌ بِيْضٌ- بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مَمْلُوْءٍ ثَلْجًا ثُمَّ أَخَذَانِي فَشَقَّا بَطْنِي ثُمَّ اسْتَخْرَجَا قَلْبِي فَشَقَّاهُ فَاستخْرَجَا مِنْهُ عَلَقَةً سَوْدَاءَ فَطَرَحَاهُ ثُمَّ غَسَلاَ قَلْبِي وبَطْنِي بِذَلِكَ الثَّلْجِ حَتَّى أَنْقَيَاه ُ…

“Ketika aku sedang berada di belakang rumah bersama saudaraku (saudara angkat) menggembalakan anak kambing, tiba-tiba aku didatangi dua orang lelaki-mereka mengenakan baju putih- dengan membawa baskom yang terbuat dari emas penuh dengan es. Kedua orang itu menangkapku, lalu membedah perutku. Keduanya mengeluarkan hatiku dan membedahnya, lalu mereka mengeluarkan gumpalan hitam darinya dan membuangnya. Kemudian keduanya membersihkan dan menyucikan hatiku dengan air itu sampai bersih”.

( )

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan:

فَأَقْبَلاَ يَبْتَدِرَانِي فَأَخَذَانِي فَبَطَحَانِي إِلَى الْقَفَا فَشَقَّا بَطْنِي ثُمَّ اسْتَخْرَجَا قَلْبِي فَشَقَّاهُ فَأَخْرَجَا مِنْهُ عَلَقَتَيْنِ سَوْدَاوَيْنِ “……

keduanya lalu bersegera mendekati dan memegangiku. Kemudian aku ditelentangkan, kemudian membedah perutku. Kedua malaikat itu mengeluarkan hati dari tempatnya dan membedahnya. Selanjutnya mereka mengeluarkan dua gumpalan darah hitam darinya ……”

( )

Kisah pembedahan dada ini diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya, meskipun diceritakan secara global. Sedangkan sebagian sanad yang lainnya, meskipun tidak sahih, tetapi mencapai derajat hasan sehingga bisa dijadikan hujjah (pegangan).

Al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalani rahimahullah mengatakan, semua riwayat yang menjelaskan peristiwa pembedahan dada, pengeluaran hati beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berbagai peristiwa luar biasa lainnya, merupakan hal-hal yang wajib diimani (diterima dengan lapang dada) tanpa berusaha mengalihkannya dari makna yang sebenarnya.

( )

Hanya saja, Haekal mengatakan baik kaum Orientalis maupun beberapa kalangan kaum Muslimin sendiri tidak merasa puas dengan cerita dua malaikat ini dan menganggap sumber itu lemah sekali. Pasalnya, yang melihat kedua laki-laki (malaikat) dalam cerita penulis-penulis sejarah itu hanya anak-anak yang baru dua tahun lebih sedikit umurnya. Begitu juga umur Sayyidina Muhammad waktu itu.

Kisah pembelahan dana ini juga terjadi pada malam Isra’ dan Mi’raj. Imam al Qurthubi, di dalam kitab al Mufhim mengatakan, pengingkaran terhadap peristiwa pembedahan dada pada malam Isra’ dan Mi’raj tidak perlu dihiraukan, karena orang-orang yang meriwayatkannya adalah orang-orang tsiqah (terpercaya) dan terkenal.

Orang yang mengimani peristiwa pembedahan dada pada malam Isra’ dan Mi’raj, semestinya juga harus mengimani peristiwa pembedahan saat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masa kecil, selama ada dalilnya dan dalil itu layak dijadikan hujjah. ( )

Usia Lima Tahun
Haekal menceritakan sementara ia dengan saudaranya yang sebaya sesama anak-anak itu sedang berada di belakang rumah di luar pengawasan keluarganya, tiba-tiba anak yang dari Keluarga Sa'd itu kembali pulang sambil berlari, dan berkata kepada ibu-bapaknya: "Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil oleh dua orang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan, perutnya dibedah, sambil di balik-balikan."

Dan tentang Halimah ini ada juga diceritakan, bahwa mengenai diri dan suaminya ia berkata: "Lalu saya pergi dengan ayahnya ke tempat itu. Kami jumpai dia sedang berdiri. Mukanya pucat-pasi. Kuperhatikan dia. Lalu kami tanyakan: "Kenapa kau, nak?" Dia menjawab: "Aku didatangi oleh dua orang laki-laki berpakaian putih. Aku di baringkan, lalu perutku di bedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Tak tahu aku apa yang mereka cari."

Halimah dan suaminya kembali pulang ke rumah. Orang itu sangat ketakutan. Selanjutnya dibawanya anak itu kembali kepada ibunya di Makkah. Atas peristiwa ini Ibn Ishaq membawa sebuah Hadis Nabi sesudah kenabiannya.

Tetapi, menurut Haekal, dalam menceritakan peristiwa ini Ibn Ishaq nampaknya hati-hati sekali dan mengatakan bahwa sebab dikembalikannya kepada ibunya bukan karena cerita adanya dua malaikat itu, melainkan - seperti cerita Halimah kepada Aminah- ketika ia di bawa pulang oleh Halimah sesudah disapih, ada beberapa orang Nasrani Abisinia memperhatikan Sayyidina Muhammad dan menanyakan kepada Halimah tentang anak itu. Dilihatnya belakang anak itu, lalu mereka berkata:

"Biarlah kami bawa anak ini kepada raja kami di negeri kami. Anak ini akan menjadi orang penting. Kamilah yang mengetahui keadaannya."

Halimah lalu cepat-cepat menghindarkan diri dari mereka dengan membawa anak itu.

Akan tetapi sumber-sumber itu sependapat bahwa Sayyidina Muhammad tinggal di tengah-tengah Keluarga Sa'd itu sampai mencapai usia lima tahun.

Selama lima tahun itu pula, Sayyidina Muhammad menghirup jiwa kebebasan dan kemerdekaan dalam udara sahara yang lepas itu. Dari kabilah ini beliau belajar mempergunakan bahasa Arab yang murni, sehingga pernah ia mengatakan kepada teman-temannya kemudian: "Aku yang paling fasih di antara kamu sekalian. Aku dari Quraisy tapi diasuh di tengah-tengah Keluarga Sa'd bin Bakr."

Lima tahun masa yang ditempuhnya itu telah memberikan kenangan yang indah sekali dan kekal dalam jiwanya. Demikian juga Ibu Halimah dan keluarganya tempat dia menumpahkan rasa kasih sayang dan hormat selama hidupnya itu.
( )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1560 seconds (0.1#10.140)