Kisah Bijak Para Sufi: Nelayan dan Jin
loading...
A
A
A
"Harapanmu itu tidak akan terjadi," kata sang guru, "sebab ketika jin itu dibebaskan, ia mungkin tidak akan mengabulkan keinginanmu itu atau mungkin ia akan memberikannya tetapi mengambilnya kembali karena kau tak punya cara untuk melindungi para jin, belum lagi petaka yang bisa saja menimpamu ketika kau melakukan sesuatu serupa itu, sebab 'Manusia hanya bisa mempergunakan sesuatu yang ia ketahui penggunaannya."
"Kalau begitu, apa yang seharusnya kulakukan?'
"Mintalah jin itu sebuah contoh pemberian yang bisa ia berikan. Mintalah cara menjaga pemberian itu dan ujilah caranya. Mintalah pengetahuan, jangan barang milik, sebab milik tanpa pengetahuan adalah sia-sia, dan itulah penyebab semua kekhawatitan kita."
Sekarang, karena telah tepekur dan waspada, pemuda itu bisa menyusun rencananya ketika ia kembali ke gua tempat botol jin itu diletakkan. (
Ia pun mengetuk botol itu, dan terdengar suara jin itu berkata, redam tetapi mengerikan, "Dalam nama Sulaiman yang Perkasa, damai baginya, bebaskan aku, wahai putra Adam!"
"Aku tak percaya bahwa kau seperti yang kau akui, dan bahwa kau memiliki kuasa seperti yang kau katakan," jawab pemuda itu.
"Kau tak percaya? Tak tahukah kau bahwa aku tak bisa berbohong?" sahut jin itu.
"Tidak, aku tak percaya," kata nelayan itu.
"Lalu, bagaimana aku bisa meyakinkanmu?"
"Tunjukkan padaku kekuatanmu. Bisakah kau mempergunakan kuasa tertentu melewati dinding botol?"
"Ya," aku jin itu, "tetapi kekuatanku ini tak cukup kuat untuk membebaskan diriku."
"Baik sekali, kemudian kau juga harus memberiku kemampuan untuk mengetahui kebenaran tentang masalah yang ada di pikiranku."
(
)
Segera saja, setelah jin itu menggunakan kemampuan gaibnya, nelayan itu pun segera sadar akan sumber petuah tadi yang diwariskan oleh kakeknya. Ia juga menyaksikan seluruh peristiwa pembebasan jin itu oleh kakeknya berpuluh-puluh tahun silam; dan dilihatnya pula cara untuk menyampaikan kepada orang lain tentang bagaimana memperoleh kemampuan serupa itu dari para jin. Tetapi, ia pun menyadari bahwa tak ada lagi yang bisa dilakukannya. Dan begitulah, si nelayan membawa botol itu dan, seperti kakeknya, melemparnya kembali ke lautan.
Pemuda itu pun menghabiskan sisa hidupnya bukan sebagai nelayan, tetapi sebagai orang yang mencoba menjelaskan kepada orang lain, bahaya yang menimpa 'Manusia hanya bisa mempergunakan sesuatu yang ia ketahui penggunaannya.' (Baca juga: Kisah Bijak Para Sufi: Saudagar dan Darwis Kristen )
Namun, karena sedikit orang yang pernah menemukan jin dalam botol, dan tak ada orang bijaksana yang menasihati mereka dalam berbagai hal, penerus nelayan itu memutarbalikkan apa yang mereka sebut 'ajarannya', dan menirukan penjelasannya. Pada akhirnya, penyelewengan itu menjadi suatu agama. Mereka terkadang minum dari botol-botol aneh yang disimpan di dalam kuil-kuil mahal dan serba megah. Dan, karena mereka mengagumi kelakuan pemuda nelayan itu, mereka berusaha keras untuk menyamai perbuatan dan sikapnya dalam segala hal.
Kini berabad-abad kemudian, bagi para pengikut agama tersebut, botol itu tinggal lambang suci dan menyisakan misteri. Mereka mencoba saling menyayangi hanya karena mereka menyayangi nelayan itu dan di tempat nelayan itu mereka menetap dan membangun sebuah gubug sederhana, mereka memakai pakaian dan perhiasan bagus-bagus, serta melakukan ritual yang rumit.
Mereka tak tahu bahwa para pengikut orang bijaksana itu masih hidup, demikian pula anak-cucu dari nelayan itu. Botol kuningan itu pun tetap tergeletak di relung samudera dan jin itu tertidur di dalamnya.( )
===
Kisah ini, dalam satu versi, sangat dikenal oleh para pembaca Arabian Nights. Bentuk yang ditampilkan di sini menunjukkan pemanfaatannya oleh para darwis. Perlu dicatat bahwa 'pengetahuan yang diperoleh dari jin' dalam cara yang mirip dikatakan sebagai sumber dari kekuatan yang dimiliki oleh Virgil yang Mempesona dari Abad Pertengahan, di Naples; dan juga Gerbert, yang menjadi Paus Sylvester II pada tahun 999 SM.
"Kalau begitu, apa yang seharusnya kulakukan?'
"Mintalah jin itu sebuah contoh pemberian yang bisa ia berikan. Mintalah cara menjaga pemberian itu dan ujilah caranya. Mintalah pengetahuan, jangan barang milik, sebab milik tanpa pengetahuan adalah sia-sia, dan itulah penyebab semua kekhawatitan kita."
Sekarang, karena telah tepekur dan waspada, pemuda itu bisa menyusun rencananya ketika ia kembali ke gua tempat botol jin itu diletakkan. (
Baca Juga
Ia pun mengetuk botol itu, dan terdengar suara jin itu berkata, redam tetapi mengerikan, "Dalam nama Sulaiman yang Perkasa, damai baginya, bebaskan aku, wahai putra Adam!"
"Aku tak percaya bahwa kau seperti yang kau akui, dan bahwa kau memiliki kuasa seperti yang kau katakan," jawab pemuda itu.
"Kau tak percaya? Tak tahukah kau bahwa aku tak bisa berbohong?" sahut jin itu.
"Tidak, aku tak percaya," kata nelayan itu.
"Lalu, bagaimana aku bisa meyakinkanmu?"
"Tunjukkan padaku kekuatanmu. Bisakah kau mempergunakan kuasa tertentu melewati dinding botol?"
"Ya," aku jin itu, "tetapi kekuatanku ini tak cukup kuat untuk membebaskan diriku."
"Baik sekali, kemudian kau juga harus memberiku kemampuan untuk mengetahui kebenaran tentang masalah yang ada di pikiranku."
(
Baca Juga
Segera saja, setelah jin itu menggunakan kemampuan gaibnya, nelayan itu pun segera sadar akan sumber petuah tadi yang diwariskan oleh kakeknya. Ia juga menyaksikan seluruh peristiwa pembebasan jin itu oleh kakeknya berpuluh-puluh tahun silam; dan dilihatnya pula cara untuk menyampaikan kepada orang lain tentang bagaimana memperoleh kemampuan serupa itu dari para jin. Tetapi, ia pun menyadari bahwa tak ada lagi yang bisa dilakukannya. Dan begitulah, si nelayan membawa botol itu dan, seperti kakeknya, melemparnya kembali ke lautan.
Pemuda itu pun menghabiskan sisa hidupnya bukan sebagai nelayan, tetapi sebagai orang yang mencoba menjelaskan kepada orang lain, bahaya yang menimpa 'Manusia hanya bisa mempergunakan sesuatu yang ia ketahui penggunaannya.' (Baca juga: Kisah Bijak Para Sufi: Saudagar dan Darwis Kristen )
Namun, karena sedikit orang yang pernah menemukan jin dalam botol, dan tak ada orang bijaksana yang menasihati mereka dalam berbagai hal, penerus nelayan itu memutarbalikkan apa yang mereka sebut 'ajarannya', dan menirukan penjelasannya. Pada akhirnya, penyelewengan itu menjadi suatu agama. Mereka terkadang minum dari botol-botol aneh yang disimpan di dalam kuil-kuil mahal dan serba megah. Dan, karena mereka mengagumi kelakuan pemuda nelayan itu, mereka berusaha keras untuk menyamai perbuatan dan sikapnya dalam segala hal.
Kini berabad-abad kemudian, bagi para pengikut agama tersebut, botol itu tinggal lambang suci dan menyisakan misteri. Mereka mencoba saling menyayangi hanya karena mereka menyayangi nelayan itu dan di tempat nelayan itu mereka menetap dan membangun sebuah gubug sederhana, mereka memakai pakaian dan perhiasan bagus-bagus, serta melakukan ritual yang rumit.
Mereka tak tahu bahwa para pengikut orang bijaksana itu masih hidup, demikian pula anak-cucu dari nelayan itu. Botol kuningan itu pun tetap tergeletak di relung samudera dan jin itu tertidur di dalamnya.( )
===
Kisah ini, dalam satu versi, sangat dikenal oleh para pembaca Arabian Nights. Bentuk yang ditampilkan di sini menunjukkan pemanfaatannya oleh para darwis. Perlu dicatat bahwa 'pengetahuan yang diperoleh dari jin' dalam cara yang mirip dikatakan sebagai sumber dari kekuatan yang dimiliki oleh Virgil yang Mempesona dari Abad Pertengahan, di Naples; dan juga Gerbert, yang menjadi Paus Sylvester II pada tahun 999 SM.