Kisah Khalifah Harun Al-Rasyid Angkat Putra Mahkota, Permaisuri Jejalkan Mutiara ke Mulut Penyair
loading...
A
A
A
Khalifah Harun Al-Rasyid memiliki dua putra. Putra pertama bernama Al-Ma’mun. Dia lahir pada tahun 170 H atau bertepatan dengan waktu dilantiknya Harun Al-Rasyid. Al-Ma’mun lahir dari istri Harun yang merupakan orang Persia. Jadi tidak lahir dari rahim Zubaidah binti Ja’far Al-Manshur bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas yang merupakan permaisuri Harun Al-Rasyid.
Selang beberapa bulan setelah lahirnya Al-Ma’mun, Zubaidah melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Muhammad. Putra kedua ini kemudian mendapat gelar Al-Amin.
Pada tahun 175 H, Harun Al-Rasyid membuat keputusan penting, yaitu mengangkat putranya kedua yang bergelar Al-Amin itu sebagai putra mahkota.
Akbar Shah Najeebabadi dalam The History Of Islam menyebutkan alasan diangkatnya Al-Amin terlebih dahulu sebagai putra mahkota daripada Al-Ma’mun, karena Al-Amin lahir dari rahim Zubaidah yang merupakan keturunan Quraisy.
Menurut Imam As-Suyuthi, pengangkatan Al-Amin dikarenakan Zubaidah sangat menginginkan putranya itu menjadi khalifah menggantikan Harun Al-Rasyid.
Adapun dalam buku The History of al-Tabari disebutkan, alasan diangkatnya Al-Amin disebabkan Fadl bin Yahya ketika itu mendapatkan hasutan dari saudaranya Zubaidah yang bernama Isa bin Ja’far Al-Manshur agar mendukung dan memastikan Al-Amin diangkat sebagai putra mahkota. Bisa jadi ini atas suruhan Zubaidah.
Asal tahu saja, Harun Al-Rasyid mempercayakan pendidikan kedua putranya ini kepada Yahya bin Khalid. Yahya kemudian menunjuk putranya, Fadl bin Yahya bin Khalid, yang juga saudara sesusuan Harun untuk menjadi mentor Al-Amin. Sedangkan putra Yahya yang lain bernama Ja’far bin Yahya bin Khalid dipercaya untuk menjadi mentor Al-Ma’mun.
Isa bin Ja’far berkata kepada Fadl bin Yahya, bahwa bila Al-Amin menjadi khalifah secara otomatis Fadl yang juga mentornya akan sangat berkuasa. Mendapat bisikan seperti ini, hasrat berkuasa Fadl bin Yahya memuncak. Dia berjanji kepada Isa dan juga dirinya sendiri akan segera merealisasikan cita-cita tersebut.
Ketika Fadl bin Yahya ditunjuk untuk menjadi gubernur wilayah Khurasan, dia sangat royal membagi-bagikan uang kepada prajurit dan juga rakyat kebanyakan. Semua ini dilakukan untuk mendapatkan kesetiaan massa sebanyak mungkin. Dan ketika saatnya dirasa tepat, pada tahun 175 H, Fadl bin Yahya langsung mendeklarasikan baiatnya kepada Al-Amin sebagai putra mahkota di Khurasan.
Ini jelas sebuah langkah yang sangat berani, bahkan bisa dikategorikan sebagai subversif. Sebab deklarasi ini melangkahi wewenang khalifah. Lagi pula, ketika itu usia Al-Amin masih 5 tahun.
Ketika mendengar penyataan Fadl, orang-orang di Khurasan semua mendukungnya. Masyarakat Khuarasan pun segera memberikan bai’atnya kepada Al-Amin. Dalam waktu cepat, berita inipun sampai ke telinga Harun Al-Rasyid. Dan menariknya, ketika mendengar langkah yang cukup berani tersebut, Harun Al-Rasyid tidak marah. Sebaliknya, dia justru mendukung langkah politik Yahya dengan secara resmi mengangkat Al-Amin sebagai putra mahkota.
Harun pun langsung menggelar acara resmi pelantikan putra mahkota dan menyebar luaskan berita gembira ini ke seluruh negeri. Adapun yang paling merasa gembira dengan pelantikan ini tidak lain adalah Zubaidah bin Ja’fah Al-Manshur.
Sebagaimana dikisahkan As-Suyuthi, pada saat Al-Amin dinobatkan sebagai putra mahkota, seorang penyair bernama Salm Al-Khasir melantunkan syair yang membuat Zubaidah menjejali mulutnya dengan butiran mutiara. Belakangan, Salm Al-Khasir menjual mutiara tersebut dengan harga 1000 dinar.
Selang beberapa bulan setelah lahirnya Al-Ma’mun, Zubaidah melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Muhammad. Putra kedua ini kemudian mendapat gelar Al-Amin.
Pada tahun 175 H, Harun Al-Rasyid membuat keputusan penting, yaitu mengangkat putranya kedua yang bergelar Al-Amin itu sebagai putra mahkota.
Akbar Shah Najeebabadi dalam The History Of Islam menyebutkan alasan diangkatnya Al-Amin terlebih dahulu sebagai putra mahkota daripada Al-Ma’mun, karena Al-Amin lahir dari rahim Zubaidah yang merupakan keturunan Quraisy.
Menurut Imam As-Suyuthi, pengangkatan Al-Amin dikarenakan Zubaidah sangat menginginkan putranya itu menjadi khalifah menggantikan Harun Al-Rasyid.
Adapun dalam buku The History of al-Tabari disebutkan, alasan diangkatnya Al-Amin disebabkan Fadl bin Yahya ketika itu mendapatkan hasutan dari saudaranya Zubaidah yang bernama Isa bin Ja’far Al-Manshur agar mendukung dan memastikan Al-Amin diangkat sebagai putra mahkota. Bisa jadi ini atas suruhan Zubaidah.
Asal tahu saja, Harun Al-Rasyid mempercayakan pendidikan kedua putranya ini kepada Yahya bin Khalid. Yahya kemudian menunjuk putranya, Fadl bin Yahya bin Khalid, yang juga saudara sesusuan Harun untuk menjadi mentor Al-Amin. Sedangkan putra Yahya yang lain bernama Ja’far bin Yahya bin Khalid dipercaya untuk menjadi mentor Al-Ma’mun.
Isa bin Ja’far berkata kepada Fadl bin Yahya, bahwa bila Al-Amin menjadi khalifah secara otomatis Fadl yang juga mentornya akan sangat berkuasa. Mendapat bisikan seperti ini, hasrat berkuasa Fadl bin Yahya memuncak. Dia berjanji kepada Isa dan juga dirinya sendiri akan segera merealisasikan cita-cita tersebut.
Ketika Fadl bin Yahya ditunjuk untuk menjadi gubernur wilayah Khurasan, dia sangat royal membagi-bagikan uang kepada prajurit dan juga rakyat kebanyakan. Semua ini dilakukan untuk mendapatkan kesetiaan massa sebanyak mungkin. Dan ketika saatnya dirasa tepat, pada tahun 175 H, Fadl bin Yahya langsung mendeklarasikan baiatnya kepada Al-Amin sebagai putra mahkota di Khurasan.
Ini jelas sebuah langkah yang sangat berani, bahkan bisa dikategorikan sebagai subversif. Sebab deklarasi ini melangkahi wewenang khalifah. Lagi pula, ketika itu usia Al-Amin masih 5 tahun.
Ketika mendengar penyataan Fadl, orang-orang di Khurasan semua mendukungnya. Masyarakat Khuarasan pun segera memberikan bai’atnya kepada Al-Amin. Dalam waktu cepat, berita inipun sampai ke telinga Harun Al-Rasyid. Dan menariknya, ketika mendengar langkah yang cukup berani tersebut, Harun Al-Rasyid tidak marah. Sebaliknya, dia justru mendukung langkah politik Yahya dengan secara resmi mengangkat Al-Amin sebagai putra mahkota.
Harun pun langsung menggelar acara resmi pelantikan putra mahkota dan menyebar luaskan berita gembira ini ke seluruh negeri. Adapun yang paling merasa gembira dengan pelantikan ini tidak lain adalah Zubaidah bin Ja’fah Al-Manshur.
Sebagaimana dikisahkan As-Suyuthi, pada saat Al-Amin dinobatkan sebagai putra mahkota, seorang penyair bernama Salm Al-Khasir melantunkan syair yang membuat Zubaidah menjejali mulutnya dengan butiran mutiara. Belakangan, Salm Al-Khasir menjual mutiara tersebut dengan harga 1000 dinar.
(mhy)