Kisah Rasulullah SAW Sembelih 63 Ekor Unta Saat Haji, 1 Ekor untuk 1 Tahun Umur Beliau
loading...
A
A
A
Pada saat Haji Perpisahan atau Haji Wada , Rasulullah SAW menyembelih 100 ekor unta. Dari jumlah itu, 63 ekor disembelih sendiri, setiap ekor unta untuk satu tahun umur beliau.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" menceritakan sedangkan selebihnya dari jumlah 100 ekor unta kurban yang dibawa Nabi sewaktu haji wada, disembelih oleh Ali bin Abi Thalib .
Haji Wada’ terjadi pada tahun 10 H atau 632 M. Banyak riwayat yang menceritakan bahwa kala itu beliau mengurbankan 100 ekor unta pada Idul Adha kala itu.
Riwayat ini dapat disimak pada hadis dari Jabir ra yang berbunyi, “Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika berhaji, membawa 100 ekor unta untuk al-hadyu (kurban bagi orang yang haji). Beliau menyembelih 63 ekor unta, dan mewakilkan ke Ali untuk menyembelih sisanya” (Sahih Ibnu Hibban [9]: 327).
Sementara di riwayat yang lain menyebut Rasulullah SAW memotong 30 ekor dan Ali bin Abi Thalib memotong sisanya.
Rasulullah SAW memang gemar berkurban. Bukan hanya untuk diri sendiri. Beliau juga berkurban bagi umatnya. Jabir dan Abdillah berkata, “Saya menghadiri sholat Idul-Adha bersama Nabi. Setelah beliau berkhotbah, beliau turun dari mimbarnya dan didatangkan kepadanya seekor kambing. Kemudian beliau menyembelihnya dengan tangannya, sambil mengatakan: Dengan nama Allah. Allah Maha Besar. Kambing ini dariku dan dari orang-orang yang belum menyembelih di kalangan umatku.” (HR Ahmad).
Perintah Kurban
Allah Taala memang memerintahkan Rasulullah SAW untuk berkurban, sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang begitu banyak dari-Nya. Hal ini diinformasikan dalam surah al-Kautsar. Allah SWT berfirman:
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ ١ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ٢ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ ࣖ ٣
“Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (QS Al-Kautsar : 1-3)
Al-Biqa’i dalam "Nazm ad-Durar fi Tanasub al-Ayat wa as-Suwar" menjelaskan bahwa al-kautsar atau al-nahr yakni penyembelihan unta merupakan simbol kemurahan dan anugerah di kalangan masyarakat Arab kala itu.
Sementara itu, Quraish Shihab dalam "Tafsir al-Mishbah" mengatakan, surah al-Kausar ayat 1-2 bermakna sesungguhnya Allah SWT telah memberikan banyak anugerah kepada Nabi Muhammad SAW, maka wajar saja jika Allah kemudian memerintahkan beliau, “Maka sholatlah demi Tuhan pemelihara-mu dan sembelihlah binatang untuk kamu sedekahkan kepada orang yang membutuhkan".
Quraish Shihab juga menyatakan bahwa surah al-Kausar memilik kaitan dengan surah al-Ma’un. Menurutnya, surah al-Kausar berisi dua bentuk manifestasi iman, yakni ibadah ritual (sholat) dan sosial (kurban).
Dalam konteks ini seakan-akan Allah SWT berfirman, “sholat dan berkurbanlah, jangan engkau menjadi orang yang mengabaikan sosial seperti para penghardik anak yatim".
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" menceritakan sedangkan selebihnya dari jumlah 100 ekor unta kurban yang dibawa Nabi sewaktu haji wada, disembelih oleh Ali bin Abi Thalib .
Haji Wada’ terjadi pada tahun 10 H atau 632 M. Banyak riwayat yang menceritakan bahwa kala itu beliau mengurbankan 100 ekor unta pada Idul Adha kala itu.
Riwayat ini dapat disimak pada hadis dari Jabir ra yang berbunyi, “Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika berhaji, membawa 100 ekor unta untuk al-hadyu (kurban bagi orang yang haji). Beliau menyembelih 63 ekor unta, dan mewakilkan ke Ali untuk menyembelih sisanya” (Sahih Ibnu Hibban [9]: 327).
Sementara di riwayat yang lain menyebut Rasulullah SAW memotong 30 ekor dan Ali bin Abi Thalib memotong sisanya.
Rasulullah SAW memang gemar berkurban. Bukan hanya untuk diri sendiri. Beliau juga berkurban bagi umatnya. Jabir dan Abdillah berkata, “Saya menghadiri sholat Idul-Adha bersama Nabi. Setelah beliau berkhotbah, beliau turun dari mimbarnya dan didatangkan kepadanya seekor kambing. Kemudian beliau menyembelihnya dengan tangannya, sambil mengatakan: Dengan nama Allah. Allah Maha Besar. Kambing ini dariku dan dari orang-orang yang belum menyembelih di kalangan umatku.” (HR Ahmad).
Perintah Kurban
Allah Taala memang memerintahkan Rasulullah SAW untuk berkurban, sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang begitu banyak dari-Nya. Hal ini diinformasikan dalam surah al-Kautsar. Allah SWT berfirman:
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ ١ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ٢ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ ࣖ ٣
“Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (QS Al-Kautsar : 1-3)
Al-Biqa’i dalam "Nazm ad-Durar fi Tanasub al-Ayat wa as-Suwar" menjelaskan bahwa al-kautsar atau al-nahr yakni penyembelihan unta merupakan simbol kemurahan dan anugerah di kalangan masyarakat Arab kala itu.
Sementara itu, Quraish Shihab dalam "Tafsir al-Mishbah" mengatakan, surah al-Kausar ayat 1-2 bermakna sesungguhnya Allah SWT telah memberikan banyak anugerah kepada Nabi Muhammad SAW, maka wajar saja jika Allah kemudian memerintahkan beliau, “Maka sholatlah demi Tuhan pemelihara-mu dan sembelihlah binatang untuk kamu sedekahkan kepada orang yang membutuhkan".
Quraish Shihab juga menyatakan bahwa surah al-Kausar memilik kaitan dengan surah al-Ma’un. Menurutnya, surah al-Kausar berisi dua bentuk manifestasi iman, yakni ibadah ritual (sholat) dan sosial (kurban).
Dalam konteks ini seakan-akan Allah SWT berfirman, “sholat dan berkurbanlah, jangan engkau menjadi orang yang mengabaikan sosial seperti para penghardik anak yatim".
(mhy)