Ciri-ciri Ulama Su' Menurut Imam Al-Ghazali
loading...

Salah satu ciri Ulama Su (ulama buruk) yaitu pandai berbicara di muka umum layaknya orang Alim berilmu, padahal ia tamak kepada dunia. Foto ilustrasi/Ist
A
A
A
Ulama adalah pewaris para Nabi (Al-'Ulama waratsatul anbiya). Kelebihan mereka dibanding ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama atas semua bintang.
Lalu bagaimana dengan Ulama Su'? Bagaimana pandangan Islam terhadap mereka. Untuk diketahui, ulama adalah jamak dari 'Alim yang artinya orang berilmu atau ahli ilmu. Sementara kata Su' merupakan masdar dari Sa'a-Yasu'u-Saw'an yang artinya buruk, jelek, dan jahat. Dengan demikian, Ulama Su' bermakna ahli ilmu yang buruk atau ulama buruk (tercela).
Imam Al-Ghazali dalam Kitab Bidayatul Hidayah menerangkan ciri-ciri Ulama Su'. Beliau menukil Hadis Nabi yang artinya: "Siapa yang berÂtambah ilmu, tapi tidak bertambah hidayah, ia hanya bertambah jauh dari Allah." Juga sabda Nabi yang artinya: "Orang yang paling keras siksanya di hari Kiamat, adalah orang alim yang ilmunya tak Allah berikan manfaat padanya."
Imam Al-Ghazali menceritakan kisah Nabi ketika melakukan Isra', beliau melewati sekelompok kaum yang bibir mereka digunÂting dengan gunting api neraka. Lalu Nabi bertanya: "SiaÂpa kalian?" Mereka menjawab: "Kami adalah orang-orang yang memerintahkan kebaikan tapi tidak melakukanÂnya, dan mencegah keburukan tapi kami sendiri mengerjakannya!"
Celaka sekali orang bodoh karena ia tidak belajar. Namun lebih celaka seribu kali orang alim yang tak mengamalkan ilmunya. Dalam menuntut ilmu, manusia terbagi atas tiga golongan. Golongan ketiga ini termasuk ciri-ciri Ulama Su' atau ulama tercela.
1. Seseorang yang menuntut ilmu untuk bekal Akhirat dimana ia haÂnya ingin mengharap ridha Allah dan negeri akhirat. Ini termasuk kelompok yang beruntung.
2. Seseorang yang menuntut ilmu untuk kepentingan dunianya sehingga ia bisa memperoleh kemuliaan, kedudukan, dan harta. Ia tahu dan sadar bahwa keadaÂannya lemah dan niatnya hina. Orang ini termasuk ke dalam kelompok berisiko. Jika ajalnya tiba belum sempat bertobat, dikhawatirkan ia wafat su'ul khatimah dan keadaannya menjadi berbahaya. Tapi jika sempat bertobat sebeÂlum ajal maka ia termasuk orang yang beruntung.
3. Seseorang yang menuntut ilmu sebagai sarana untuk memperbanyak harta, berbangÂga dengan kedudukannya dan menyombongkan diri deÂngan besarnya jumlah pengikut. Ia terperdaya oleh setan. Ilmunya menjadi tumpuan untuk meraih duniawi. Bersamaan dengan itu, ia mengira bahwa dirinya mempunyai posisi khusus di sisi Allah karena ciri-ciri, pakaian, dan keÂpandaian berbicara seperti ulama, padahal ia tamak kepada dunia lahir dan batin.
Golongan ketiga ini termasuk ciri-ciri Ulama Su'. Ia juga termasuk yang disebutkan oleh Rasulullah SAW: "Ada yang paling aku khawatirkan dari kalian keÂtimbang Dajjal." Beliau kemudian ditanya: "Apa itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Ulama Su' (buruk)." Sebab, Dajal memang bertujuan menyesatkan, seÂdangkan ulama ini, lidah dan ucapannya memalingkan manusia dari dunia, tapi amal perbuatan dan keadaannya mengajak manusia ke sana.
Tabiat manusia lebih terpengaruh oleh apa yang dilihat ketimbang mengÂikuti apa yang diucap. Karena, biasanya orang boÂdoh mencintai dunia setelah melihat si Alim cinta pada dunia. Ilmu pengetahuan yang dimilikinya menjadi fakÂtor yang menyebabkan orang-orang berani berÂmaksiat kepada Allah.
Karena itu, jadilah golongan yang pertama. Waspadalah agar tidak menjadi golongan kedua. Lebih dari itu, berhati-hatilah jangan sampai menjadi golongÂan ketiga karena siksaannya sangat keras di Akhirat kelak.
Lalu bagaimana dengan Ulama Su'? Bagaimana pandangan Islam terhadap mereka. Untuk diketahui, ulama adalah jamak dari 'Alim yang artinya orang berilmu atau ahli ilmu. Sementara kata Su' merupakan masdar dari Sa'a-Yasu'u-Saw'an yang artinya buruk, jelek, dan jahat. Dengan demikian, Ulama Su' bermakna ahli ilmu yang buruk atau ulama buruk (tercela).
Imam Al-Ghazali dalam Kitab Bidayatul Hidayah menerangkan ciri-ciri Ulama Su'. Beliau menukil Hadis Nabi yang artinya: "Siapa yang berÂtambah ilmu, tapi tidak bertambah hidayah, ia hanya bertambah jauh dari Allah." Juga sabda Nabi yang artinya: "Orang yang paling keras siksanya di hari Kiamat, adalah orang alim yang ilmunya tak Allah berikan manfaat padanya."
Imam Al-Ghazali menceritakan kisah Nabi ketika melakukan Isra', beliau melewati sekelompok kaum yang bibir mereka digunÂting dengan gunting api neraka. Lalu Nabi bertanya: "SiaÂpa kalian?" Mereka menjawab: "Kami adalah orang-orang yang memerintahkan kebaikan tapi tidak melakukanÂnya, dan mencegah keburukan tapi kami sendiri mengerjakannya!"
Celaka sekali orang bodoh karena ia tidak belajar. Namun lebih celaka seribu kali orang alim yang tak mengamalkan ilmunya. Dalam menuntut ilmu, manusia terbagi atas tiga golongan. Golongan ketiga ini termasuk ciri-ciri Ulama Su' atau ulama tercela.
1. Seseorang yang menuntut ilmu untuk bekal Akhirat dimana ia haÂnya ingin mengharap ridha Allah dan negeri akhirat. Ini termasuk kelompok yang beruntung.
2. Seseorang yang menuntut ilmu untuk kepentingan dunianya sehingga ia bisa memperoleh kemuliaan, kedudukan, dan harta. Ia tahu dan sadar bahwa keadaÂannya lemah dan niatnya hina. Orang ini termasuk ke dalam kelompok berisiko. Jika ajalnya tiba belum sempat bertobat, dikhawatirkan ia wafat su'ul khatimah dan keadaannya menjadi berbahaya. Tapi jika sempat bertobat sebeÂlum ajal maka ia termasuk orang yang beruntung.
3. Seseorang yang menuntut ilmu sebagai sarana untuk memperbanyak harta, berbangÂga dengan kedudukannya dan menyombongkan diri deÂngan besarnya jumlah pengikut. Ia terperdaya oleh setan. Ilmunya menjadi tumpuan untuk meraih duniawi. Bersamaan dengan itu, ia mengira bahwa dirinya mempunyai posisi khusus di sisi Allah karena ciri-ciri, pakaian, dan keÂpandaian berbicara seperti ulama, padahal ia tamak kepada dunia lahir dan batin.
Golongan ketiga ini termasuk ciri-ciri Ulama Su'. Ia juga termasuk yang disebutkan oleh Rasulullah SAW: "Ada yang paling aku khawatirkan dari kalian keÂtimbang Dajjal." Beliau kemudian ditanya: "Apa itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Ulama Su' (buruk)." Sebab, Dajal memang bertujuan menyesatkan, seÂdangkan ulama ini, lidah dan ucapannya memalingkan manusia dari dunia, tapi amal perbuatan dan keadaannya mengajak manusia ke sana.
Tabiat manusia lebih terpengaruh oleh apa yang dilihat ketimbang mengÂikuti apa yang diucap. Karena, biasanya orang boÂdoh mencintai dunia setelah melihat si Alim cinta pada dunia. Ilmu pengetahuan yang dimilikinya menjadi fakÂtor yang menyebabkan orang-orang berani berÂmaksiat kepada Allah.
Karena itu, jadilah golongan yang pertama. Waspadalah agar tidak menjadi golongan kedua. Lebih dari itu, berhati-hatilah jangan sampai menjadi golongÂan ketiga karena siksaannya sangat keras di Akhirat kelak.
(rhs)