Ritual Karbala: Tradisi Kaum Syiah saat Hari Asyura, Penyesalan Diri Para Pengkhianat
loading...
A
A
A
Dalam buku Shia Revivals itu, ia menulis:
“Kekuatan Asyura bertumpu pada duka-cita (Azadari). Upacara-upacara peringatan atau ritual lainnya hampir sama dengan upacara Catholic Lenten (empat puluh hari sebelum paskah). Biasanya, orang-orang Kristiani melakukannya seperti hari Minggu Suci (Holy Week) dan peringatan Jumat Agung (Good Friday), serta prosesi jalan Salib (Way of the Cross).
Vali Nasr, yang kini tinggal di Amerika Serikat, juga mengaku bahwa ia sering melihat ritual orang Kristiani itu memiliki kemiripan dengan ritual Karbala yang dilakukan kaum Syiah.
Menurutnya, praktik yang sangat ekstrim dengan cara menumpahkan darah sendiri melalui sayatan di kulit kepala itu sangat menyerupai atau tidak jauh berbeda dengan ritual penyesalan Penitentes.
Padahal, masih menurut Vali Nasr, Penitentes biasa itu dilakukan di beberapa lingkungan Khatolik yang aslinya tumbuh dan berkembang di Semenanjung Iberia.
Dulu, konon, otoritas Syiah pernah melarang ritual tersebut. Bahkan, para pembesar di antara mereka tidak ingin membiarkan praktik dan ritual yang ekstrim seperti itu. Tapi, kenyataan yang terjadi, ritual itu justru menjadi acara utama pada setiap prosesi peringatan Asyura hingga kini.
Hari Libur
Hari Asyura telah dijadikan hari libur resmi di Iran, Irak, Afghanistan, Pakistan, dan India. Di setiap acara peringatannya, pengkhutbah akan menceritakan kehidupan Imam Hussein dan sejarah pertempuran, dan membacakan puisi memperingati Imam Hussein dan kebajikannya.
Dari malam pertama Muharram, umat Syiah mulai berkabung dan berlanjut selama sepuluh malam, mencapai puncaknya pada Hari Asyura. Pengikut Syiah di Iran, misalnya, biasanya menjalankan beberapa ritual selama Muharram termasuk, berkumpul di jalan-jalan dan berbaris dalam prosesi panjang dan memukuli dada mereka, menyiapkan makanan untuk orang miskin, serta menghadiri Ta'ziyeh yang merupakan semacam teater jalanan dengan kostum yang terinspirasi oleh peristiwa sejarah yang terjadi dalam pertempuran Karbala.
“Kekuatan Asyura bertumpu pada duka-cita (Azadari). Upacara-upacara peringatan atau ritual lainnya hampir sama dengan upacara Catholic Lenten (empat puluh hari sebelum paskah). Biasanya, orang-orang Kristiani melakukannya seperti hari Minggu Suci (Holy Week) dan peringatan Jumat Agung (Good Friday), serta prosesi jalan Salib (Way of the Cross).
Vali Nasr, yang kini tinggal di Amerika Serikat, juga mengaku bahwa ia sering melihat ritual orang Kristiani itu memiliki kemiripan dengan ritual Karbala yang dilakukan kaum Syiah.
Menurutnya, praktik yang sangat ekstrim dengan cara menumpahkan darah sendiri melalui sayatan di kulit kepala itu sangat menyerupai atau tidak jauh berbeda dengan ritual penyesalan Penitentes.
Padahal, masih menurut Vali Nasr, Penitentes biasa itu dilakukan di beberapa lingkungan Khatolik yang aslinya tumbuh dan berkembang di Semenanjung Iberia.
Dulu, konon, otoritas Syiah pernah melarang ritual tersebut. Bahkan, para pembesar di antara mereka tidak ingin membiarkan praktik dan ritual yang ekstrim seperti itu. Tapi, kenyataan yang terjadi, ritual itu justru menjadi acara utama pada setiap prosesi peringatan Asyura hingga kini.
Hari Libur
Hari Asyura telah dijadikan hari libur resmi di Iran, Irak, Afghanistan, Pakistan, dan India. Di setiap acara peringatannya, pengkhutbah akan menceritakan kehidupan Imam Hussein dan sejarah pertempuran, dan membacakan puisi memperingati Imam Hussein dan kebajikannya.
Dari malam pertama Muharram, umat Syiah mulai berkabung dan berlanjut selama sepuluh malam, mencapai puncaknya pada Hari Asyura. Pengikut Syiah di Iran, misalnya, biasanya menjalankan beberapa ritual selama Muharram termasuk, berkumpul di jalan-jalan dan berbaris dalam prosesi panjang dan memukuli dada mereka, menyiapkan makanan untuk orang miskin, serta menghadiri Ta'ziyeh yang merupakan semacam teater jalanan dengan kostum yang terinspirasi oleh peristiwa sejarah yang terjadi dalam pertempuran Karbala.
(mhy)