Memahami Al-Qur'an di Masa Kini dan Hikmah Ayat Ilmiah, Menurut Quraish Shihab

Selasa, 01 Maret 2022 - 17:00 WIB
loading...
Memahami Al-Quran di Masa Kini dan Hikmah Ayat Ilmiah, Menurut Quraish Shihab
Prof Dr Quraish Shihab/Foto Ist
A A A
Ada sekian kebenaran ilmiah yang dipaparkan oleh Al-Qur'an , tetapi tujuan pemaparan ayat-ayat tersebut adalah untuk menunjukkan kebesaran Tuhan dan ke-Esa-an-Nya, serta mendorong manusia seluruhnya untuk mengadakan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepada-Nya.



Mengenai hal ini, Mahmud Syaltut dalam "Tafsir Al-Qur'an Al-Karim" mengatakan: "Sesungguhnya Tuhan tidak menurunkan Al-Qur'an untuk menjadi satu kitab yang menerangkan kepada manusia mengenai teori-teori ilmiah, problem-problem seni serta aneka warna pengetahuan."

Di dalam asbab al-nuzul diterangkan bahwa pada suatu hari datang seseorang kepada Rasul dan bertanya: "Mengapakah bulan kelihatan kecil bagaikan benang, kemudian membesar sampai menjadi sempurna pumama?"

Lalu, Rasulullah SAW mengembalikan, jawaban pertanyaan tersebut kepada Allah SWT yang berfirman: Mereka bertanya kepadamu perihal bulan. Katakanlah bulan itu untuk menentukan waktu bagi manusia dan mengerjakan haji ( QS 2 :189).

Jawaban Al-Qur'an bukan jawaban ilmiah, tetapi jawabannya sesuai dengan tujuan-tujuan pokoknya.

Ada juga yang bertanya mengenai "roh", lalu Al-Qur'an menjawab: Mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakan: "Roh adalah urusan Tuhanku, kamu sekalian hanya diberi sedikit ilmu pengetahuan." ( QS 17 :85).

Al-Qur'an tidak menerangkan hakikat ruh, karena tujuan pokok Al-Quran bukan menerangkan persoalan-persoalan ilmiah, tetapi tujuannya adalah memberikan petunjuk kepada manusia demi kebahagiaan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak.

Syaikh Mahmud Syaltut setelah membawakan kedua ayat tersebut, lalu menulis. "Tidakkah terdapat dalam hal ini (kedua ayat tersebut) bukti nyata yang menerangkan bahwa Al-Qur'an bukan satu kitab yang dikehendaki Allah untuk menerangkan haqaiq al-kawn (kebenaran-kebenaran ilmiah dalam alam semesta), tetapi ia adalah kitab petunjuk, ishlah dan tasyri'."



M Quraish Shihab dalam bukunya berjudul " Membumikan Al-Qur'an , Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat" menjelaskan dari sini jelas pula bahwa yang dimaksud oleh ayat ma farrathna fi al-kitab min syay' ( QS 6 :38) dan ayat: wa nazzalna 'alayka al-kitab tibyanan likulli syay' ( QS 16 :89) adalah bahwa Al-Qur'an tidak meninggalkan sedikit pun dan atau lengah dalam memberikan keterangan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan tujuan-tujuan pokok Al-Qur'an, yaitu masalah-masalah akidah, syari'ah dan akhlak, bukan sebagai apa yang dimengerti oleh sebagian ulama bahwa ia mencakup segala macam ilmu pengetahuan.

Wajib Mempelajari Al-Qur'an
Selanjutnya, apakah Al-Qur'an harus dipahami sesuai dengan paham para sahabat dan orang-orang tua kita dahulu?

Quraish Shihab menjawab, "Tidak! Setiap Muslim, bahkan setiap orang, wajib memahami dan mempelajari Kitab Suci yang dipercayainya. Bahkan, dalam mukadimah Tafsir Al-Kasysyaf, Al-Zamakhsyari berpendapat bahwa mempelajari tafsir Al-Qur'an merupakan "fardhu 'ayn"," ujarnya.

Setiap Muslim wajib mempelajari dan memahami Al-Qur'an. Tetapi ini bukan berarti bahwa ia harus memahaminya sesuai dengan pemahaman orang-orang dahulu kala. Karena seorang Muslim diperintahkan oleh Al-Quran untuk mempergunakan akal pikirannya serta mencemoohkan mereka yang hanya mengikuti orang-orang tua dan nenek moyang tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya mereka lakukan; adakah mereka ala hudan (dalam kebenaran) atau 'ala dhalal (dalam kesesatan).

Tetapi ini bukan berarti bahwa setiap Muslim (siapa saja) dapat mengeluarkan pendapatnya mengenai ayat-ayat Al-Qur'an tanpa memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan untuk itu. Setiap Muslim yang memenuhi syarat, wajib memahami Al-Qur'an, karena ayat-ayatnya tidak diturunkan hanya khusus untuk orang-orang Arab di zaman Rasulullah dahulu, dan bukan juga khusus untuk mereka yang hidup di abad keduapuluh ini. Tetapi Al-Qur'an adalah untuk seluruh manusia sejak dari zaman turunnya hingga hari kiamat kelak.

Mereka semua diajak berdialog oleh Al-Qur'an, diperintahkan untuk memikirkan isi Al-Qur'an sesuai dengan akal pikiran mereka. Benar, akal adalah anugerah dari Allah SWT, tetapi cara penggunaannya berbeda antara seseorang dengan lainnya yang disebabkan oleh perbedaan antara mereka sendiri: latar belakang pendidikan, pelajaran, kebudayaan serta pengalaman-pengalainan yang dialami selama hidup seseorang. 'Abbas Mahmud Al-'Aqqad menulis: "Kita berkewajiban memahami Al-Qur'an di masa sekarang ini sebagaimana wajibnya orang-orang Arab yang hidup di masa dakwah Muhammad SAW."

Tetapi berpikir secara kontemporer tidak berarti menafsirkan Al-Qur'an sesuai dengan teori-teori ilmiah atau penemuan-penemuan baru. Menurut Quraish Shihab, kita dapat menggunakan pendapat para cendekiawan dan ulama, hasil percobaan dan pengalaman para ilmuwan, mengasah otak dalam membantu mengadakan ta'ammul dan tadabbur dalam membantu memahami arti ayat-ayat Al-Qur'an tanpa mempercayai setiap hipotesis atau pantangan.



Contohnya, dahulu dan bahkan hingga kini, ulama-ulama menafsirkan arti kata al-'alaq dalam ayat-ayat yang menerangkan proses kejadian janin dengan al-dam al-jamid atau segumpal darah yang beku.

Penafsiran ini didapati di seluruh kitab-kitab tafsir terdahulu. Bahkan terjemahan dalam bahasa Inggrisnya pun adalah the clot: darah yang setengah beku.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2821 seconds (0.1#10.140)