Minuman Surga Zanjabil Disebut dalam Surat Al-Ihsan Ayat 17, Jahe Produksi Indonesia?
loading...
A
A
A
Salah satu rempah-rempah yang diproduksi di Indonesia, Jahe , disebut dalam Al-Qur'an pada surat Al-Insan [76] ayat 17-18. Di situ jahe disebut dengan nama zanjabil. Produksi jahe Indonesia beberapa tahun belakangan ini sebanyak 195 ribu ton/tahun. Kelak jahe akan menjadi suguhan bagi penghuni surga .
Allah SWT berfirman:
وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنجَبِيلًا
عَيۡنًا فِيۡهَا تُسَمّٰى سَلۡسَبِيۡلًا
“Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air (di surga) yang dinamakan Salsabil." ( QS Al-Ihsan : 17-18)
Dalam Tafsir Kementerian Agama dijelaskan zanjabil adalah sejenis tumbuhan yang lezat cita-rasanya dan tumbuh di daerah Timur Tengah dahulu kala. Biasanya zanjabil digunakan untuk wangi-wangian dan orang-orang Arab menyukainya. Ada pula yang mengatakan nama dari Bait Ma‘ruf.
Allah menerangkan bahwa minuman ini didatangkan dari sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. Mereka minum campuran zanjabil yang berasal dari sebuah sungai yang bernama salsabil.
Perkataan ini sendiri dalam bahasa Arab berarti ‘minuman atau makanan yang lezat’ dan juga berarti ‘mata air yang mengalir’. Akan tetapi, mufasir Ibnul ‘Arabi menegaskan, “Aku tidak mendengar satu perkataan pun seperti salsabil ini melainkan di dalam Al-Qur’an saja.”
Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar juga berpendapat bahwa kata زَنْبَيْل dimaknai dengan tumbuhan pedas atau dimaksudkan sebagai jahe. Orang Arab menyukai minuman yang dicampurkan dengan jahe yang telah dimasak terlebih dahulu dan meminumnya selagi masih dalam keadaan panas. Minuman ini disukai ketika musim dingin. Biasanya orang Arab menamainya dengan syarbat atau serbat dalam bahasa Indonesia.
Menurut al-Qurthubi, زَنْبَيْل dalam ayat ini merupakan tumbuhan jahe sebagai campuran arak bagi penghuni surga.
Sedangkan Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Tafsir Marah Labid menafsirkannya dengan sesuatu yang menyerupai dengan jahe. Begitu pula dengan Az-Zuhaili dalam tafsirnya yang menafsirkan kata zanjabil dengan air yang menyerupai jahe dalam rasanya.
Selanjutnya, Az-Zuhaili menggambarkan bahwa zanjabil merupakan tumbuhan yang memiliki akar yang ditaruh sebagai campuran bumbu-bumbu.
Obat Tradisional
Jahe atau Zingiber officinale adalah tumbuhan yang rimpangnya sering digunakan sebagai rempah-rempah dan bahan baku pengobatan tradisional. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas yang dirasakan dari jahe disebabkan oleh senyawa keton bernama zingeron.
Dalam buku "Ginger The Genus Zingiber" karya PN Ravindran disebutkan jahe diperkirakan merupakan tumbuhan pribumi Asia Tenggara. Penyebarannya diperkirakan mengikuti migrasi yang dilakukan oleh Suku Bangsa Austronesia pada abad ke-4 SM menyeberangi Kepulauan Melayu dari China Tenggara sampai ke Taiwan.
"Jahe pun menjadi tumbuhan khas wilayah tersebut bersamaan dengan lengkuas, temu putih dan lempuyang," tutur Andrew Dalby dalam buku berjudul "Dangerous Tastes: The Story of Spices".
Jahe, menurut Ibnu Mandzur dalam Lisanul ‘Arab, adalah nama dari sebuah tumbuhan yang tumbuh di daerah datar, sejenis umbi-umbian (menyimpan cadangan makanan di akar), tidak berbentuk biji-bijian atau berkayu.
Dalam Shofwah At-Tafasir, Syekh Ali Ash-Shobuni menyebutkan bahwa orang-orang Arab menikmati minuman yang dicampur dengan jahe karena harum baunya.
Abdul Basit Muhammad As-Sayyid dalam bukunya berjudul "Rahasia Pola Makan Nabi SAW" mengatakan bahwa akar-akar jahe mengandung getah, lemak, tepung (amilum), dan volative oil yang memberikan aroma harum yang khas, dan juga getah minyak non volative (gingerin) yang memberikan rasa yang tajam.
Selain itu, dalam buku "Makanan dan Minuman Dalam Al-Qur’an" disebutkan bahwa jahe juga mengandung magnesium (Mg) yang bermanfaat untuk membantu pembentukan sel darah merah, mencegah tekanan darah tinggi, serangan jantung, kram otot, diabetes dan asma.
Lebih jauh lagi manfaat jahe antara lain menghindari sakit kepala, migran, obat batuk, masuk angin, flu, kram saat menstruasi, menurunkan kolesterol, membantu pencernaan, menambah aroma. Jahe juga bisa sebagai antivirus dan penambah daya tahan tubuh. Tentu ini sangat tepat dikonsumsi di musim seperti ini.
Lalu, apakah jahe itu yang dimaksud dalam surat Al-Ihsan ayat 17 tersebut? Ibnu ‘Abbas sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam Tafsirnya (3391) berkata:
لَيْسَ فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ اِلَّا قَدْ اُعْطِيْتُمْ فِيْ الدُّنْيَا شِبْهَهُ اِلَّا قَوَارِيْرَ مِنْ فِضَّةٍ
Tidak ada suatu apa pun dalam surga, melainkan di dunia telah dianugerahkan Allah kepadamu sesuatu yang mirip dengan itu, kecuali botol-botol yang terbuat dari perak.
Menurut Ibnu ‘Abbas, minuman, makanan, mata air, buah-buahan, dan lain-lain dalam surga yang disebutkan Al-Qur’an, satu pun tidak ada tandingannya. Kesamaan hanya pada namanya, sedangkan rasanya jauh lebih lezat.
Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir juga mengutip pernyataan Ibnu Abbas berikut ini: "Semua yang disebutkan Allah di dalam Al-Qur’an mengenai sesuatu di surga, tidak ada di dunia ini kecuali hanya namanya."
Allah SWT berfirman:
وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنجَبِيلًا
عَيۡنًا فِيۡهَا تُسَمّٰى سَلۡسَبِيۡلًا
“Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air (di surga) yang dinamakan Salsabil." ( QS Al-Ihsan : 17-18)
Dalam Tafsir Kementerian Agama dijelaskan zanjabil adalah sejenis tumbuhan yang lezat cita-rasanya dan tumbuh di daerah Timur Tengah dahulu kala. Biasanya zanjabil digunakan untuk wangi-wangian dan orang-orang Arab menyukainya. Ada pula yang mengatakan nama dari Bait Ma‘ruf.
Allah menerangkan bahwa minuman ini didatangkan dari sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. Mereka minum campuran zanjabil yang berasal dari sebuah sungai yang bernama salsabil.
Perkataan ini sendiri dalam bahasa Arab berarti ‘minuman atau makanan yang lezat’ dan juga berarti ‘mata air yang mengalir’. Akan tetapi, mufasir Ibnul ‘Arabi menegaskan, “Aku tidak mendengar satu perkataan pun seperti salsabil ini melainkan di dalam Al-Qur’an saja.”
Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar juga berpendapat bahwa kata زَنْبَيْل dimaknai dengan tumbuhan pedas atau dimaksudkan sebagai jahe. Orang Arab menyukai minuman yang dicampurkan dengan jahe yang telah dimasak terlebih dahulu dan meminumnya selagi masih dalam keadaan panas. Minuman ini disukai ketika musim dingin. Biasanya orang Arab menamainya dengan syarbat atau serbat dalam bahasa Indonesia.
Menurut al-Qurthubi, زَنْبَيْل dalam ayat ini merupakan tumbuhan jahe sebagai campuran arak bagi penghuni surga.
Sedangkan Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Tafsir Marah Labid menafsirkannya dengan sesuatu yang menyerupai dengan jahe. Begitu pula dengan Az-Zuhaili dalam tafsirnya yang menafsirkan kata zanjabil dengan air yang menyerupai jahe dalam rasanya.
Selanjutnya, Az-Zuhaili menggambarkan bahwa zanjabil merupakan tumbuhan yang memiliki akar yang ditaruh sebagai campuran bumbu-bumbu.
Obat Tradisional
Jahe atau Zingiber officinale adalah tumbuhan yang rimpangnya sering digunakan sebagai rempah-rempah dan bahan baku pengobatan tradisional. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas yang dirasakan dari jahe disebabkan oleh senyawa keton bernama zingeron.
Dalam buku "Ginger The Genus Zingiber" karya PN Ravindran disebutkan jahe diperkirakan merupakan tumbuhan pribumi Asia Tenggara. Penyebarannya diperkirakan mengikuti migrasi yang dilakukan oleh Suku Bangsa Austronesia pada abad ke-4 SM menyeberangi Kepulauan Melayu dari China Tenggara sampai ke Taiwan.
"Jahe pun menjadi tumbuhan khas wilayah tersebut bersamaan dengan lengkuas, temu putih dan lempuyang," tutur Andrew Dalby dalam buku berjudul "Dangerous Tastes: The Story of Spices".
Jahe, menurut Ibnu Mandzur dalam Lisanul ‘Arab, adalah nama dari sebuah tumbuhan yang tumbuh di daerah datar, sejenis umbi-umbian (menyimpan cadangan makanan di akar), tidak berbentuk biji-bijian atau berkayu.
Dalam Shofwah At-Tafasir, Syekh Ali Ash-Shobuni menyebutkan bahwa orang-orang Arab menikmati minuman yang dicampur dengan jahe karena harum baunya.
Abdul Basit Muhammad As-Sayyid dalam bukunya berjudul "Rahasia Pola Makan Nabi SAW" mengatakan bahwa akar-akar jahe mengandung getah, lemak, tepung (amilum), dan volative oil yang memberikan aroma harum yang khas, dan juga getah minyak non volative (gingerin) yang memberikan rasa yang tajam.
Selain itu, dalam buku "Makanan dan Minuman Dalam Al-Qur’an" disebutkan bahwa jahe juga mengandung magnesium (Mg) yang bermanfaat untuk membantu pembentukan sel darah merah, mencegah tekanan darah tinggi, serangan jantung, kram otot, diabetes dan asma.
Lebih jauh lagi manfaat jahe antara lain menghindari sakit kepala, migran, obat batuk, masuk angin, flu, kram saat menstruasi, menurunkan kolesterol, membantu pencernaan, menambah aroma. Jahe juga bisa sebagai antivirus dan penambah daya tahan tubuh. Tentu ini sangat tepat dikonsumsi di musim seperti ini.
Lalu, apakah jahe itu yang dimaksud dalam surat Al-Ihsan ayat 17 tersebut? Ibnu ‘Abbas sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam Tafsirnya (3391) berkata:
لَيْسَ فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ اِلَّا قَدْ اُعْطِيْتُمْ فِيْ الدُّنْيَا شِبْهَهُ اِلَّا قَوَارِيْرَ مِنْ فِضَّةٍ
Tidak ada suatu apa pun dalam surga, melainkan di dunia telah dianugerahkan Allah kepadamu sesuatu yang mirip dengan itu, kecuali botol-botol yang terbuat dari perak.
Menurut Ibnu ‘Abbas, minuman, makanan, mata air, buah-buahan, dan lain-lain dalam surga yang disebutkan Al-Qur’an, satu pun tidak ada tandingannya. Kesamaan hanya pada namanya, sedangkan rasanya jauh lebih lezat.
Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir juga mengutip pernyataan Ibnu Abbas berikut ini: "Semua yang disebutkan Allah di dalam Al-Qur’an mengenai sesuatu di surga, tidak ada di dunia ini kecuali hanya namanya."
(mhy)