Da'iyah Cantik, Cerdas dan Ibu Tujuh Anak Penghapal Al-Qur'an

Selasa, 30 Juni 2020 - 12:32 WIB
loading...
Daiyah Cantik, Cerdas dan Ibu Tujuh Anak Penghapal Al-Quran
Salah satu sahabat perempuan Rasulullah SAW, Ummu Sulaim dikenal sebagai daiyah yang berakhlak mulia. Foto ilustrasi/ist
A A A
Sifatnya keibuan dan cantik, dihiasi pula dengan ketabahan, kebijaksanaan, lurus pemikirannya, dan kecerdasan berpikir, serta kefasihan dan berakhlak mulia. Inilah sosok sahabat muslimah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang dikenal sebagai seorang da'iyah.

Nama lengkapnya Rumaisha’ Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Naja al-Anshaiyah al-Khazrajiyah. Setiap lisan selalu memujinya. Karena, ia memiliki sifat yang agung tersebut sehingga mendorong putra pamannya yang bernama malik bin Nadhar untuk segera menikahinya yang akhirnya melahirkan Anas bin Malik.

Tatkala cahaya nubuwwah mulai terbit dan dakwah tauhid mulai muncul, orang-orang yang berakal sehat dan memiliki fitrah yang lurus, bersegera masuk Islam. Ummu Sulaim termasuk golongan pertama yang masuk Islam awal-awal dari golongan Anshar . Ia tidak memedulikan segala kemungkinan yang akan menimpanya di dalam masyarakat jahiliyah penyembah behala yang ia buang tanpa ragu.

Kalangan pertama yang harus ia adalah kemarahan Malik, suaminya, yang baru pulang dari bepergian dan mendapati istrinya telah masuk Islam. Malik berkata dengan kemarahan yang memuncak, “Apakah engkau murtad dari agamamu?” Maka dengan penuh yakin dan tegar Ummu Sulaim menjawab, “Tidak, bahkan aku telah beriman.”

Suatu ketika, Ummu Sulaim menuntun putranya Anas dengan mengatakan;"Katakanlah La Ilaha Illallah," (Tidak ada ilah yang haq kecuali Allah). Katakanlah,"Asyhadu ana Muhammadan Rasulullah". Kemudian Anas mau menirukannya. Akan tetapi ayah Anas mengatakan,"Janganlah kamu merusak anakku". Maka Ummu Sulaim menjawab,"Aku tidak merusaknya akan tetapi aku mendidiknya dan memperbaikinya."

Manakala Malik mendengar istrinya dengan tekad yang kuat pada pendiriannya dan mengulang-ulang mengucap syahadat, Malik pun pergi dari rumah dalam keadaan marah dan kemudian dia bertemu dengan musuh yang akhirnya terbunuh. (Baca juga : Kesabaran dan Keberanian Si Pemilik Dua Ikat Pinggang )

Ketika Ummu Sulaim mendengar suaminya terbunuh, ia tetap tabah dan mengatakan,"Aku tidak akan menyapih Anas sehingga dia sendiri yang memutuskannya, dan aku tidak akan menikah sehingga Anas menyuruhku".

Ummu Anas pun pergi menemui Rasulullah SAW kemudian mengajukan agar buah hatinya yakni Anas bin Malik dijadikan pembantu oleh guru manusia yang mengajarkan segala kebaikan. Rasulullah pun menerimanya sehingga sejuklah pandangan Ummu Sulaim karenanya.

Kemudian orang-orang banyak membicarakan Anas bin Malik dan ibunya itu dengan penuh takjub dan bangga. Begitu pula Abu Thalhah mendengar kabar tersebut sehingga menjadikan hatinya cenderung cinta dan takjub pada Ummu Sulaim.

Namun Ummu Sulaim tidak serta merta menerima cinta Abu Thalhah itu. Kemudian ia berkata: “Demi Allah, orang seperti anda tidak pantas untuk ditolak, hanya saja engkau adalah orang kafir sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam, maka itulah mahar bagiku dan kau tidak meminta yang selain dari itu.”

Sungguh ungkapan tersebut mampu menyentuh perasaan yang paling dalam dan mengisi hati Abu Thalhah, sungguh Ummu Sulaim telah bercokol di hatinya secara sempurrna, dia bukanlah seorang wanita yang suka bermain-main dan takluk dengan rayuan-rayuan kemewahan, sesungguhnya dia adalah wanita cedas, dan apakah dia akan mendapatkan yang lebih baik darrinya untuk dipeisti, atau ibu bagi anak-anaknya?”

Tanpa terasa lisan Abu Thahah mengulang-ulang, “Aku berada di atas apa yang kamu yakini, aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang hak kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

Ummu Sulaim lalu menoleh kepada putranya Anas dan beliau berkata dengan suka cita karena hidayah Allah yang diberikan kepada Abu Thalhah melalui tangannya, “Wahai Anas nikahkanlah aku dengan Abu Thalhah.” Kemudian beliau pun dinikahkan Islam sebagai mahar. Oleh karena itu, Tsabit meiwayatkan hadis dari Anas:

“Aku belum penah mendengarr seorang wanita yang paling mulia dari Ummu Sulaim karena maharnya adalah Islam.”

Dikutip dari Nisaa'Haular Rasul dijelaskan, Ummu Sulaim hidup bersama Abu Thahah dengan kehidupan suami istri yang diisi dengan nilai-nilai Islam yang menaungi bagi kehidupan suami istri, dengan kehidupan yang tenang dan penuh kebahagiaan.

Ummu Sulaim adalah profil seorang istri yang menunaikan hak-hak suami istri dengan sebaik-baiknya, sebagaimana juga contoh terbaik sebagai seorang ibu, seorang pendidik yang utama dan orang da’iyah. Begitulah Abu Thalhah mulai memasuki madrasah imaniyah melalui istrinya yang utama, yakni Ummu Sulaim. sehingga, pada gilirannya beliau minum dari mata air nubuwwah hingga menjadi setara dalam hal kemuliaan dengan Ummu Sulaim.

Penuturan Anas bin Malik yang menceritakan kepada kita bagaimana perlakuan Abu Thalhah terhadap kitabullah dan komitmennya tehadap Al-Qur'an sebagai landasan dan kepribadian. Anas bin Malik berkata:

"Abu Thalhah adalah orang yang paling kaya di kalangan Anshar MAdinah, adapun harta yang paling disukainya adalah kebun yang berada di depan masjid yang biasanya Rasulullah SAW masuk ke dalamnya dan minum air yang jernih di dalamnya." Taktala turun ayat :

لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS Ali 'Imran: 92).
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2541 seconds (0.1#10.140)