Kisah Suraqah bin Malik: Memerangi Rasulullah SAW saat Pagi, pada Sore Hari Menjadi Pelindung
loading...
A
A
A
Kisah Suraqah bin Malik memerangi Rasulullah SAW saat pagi hari dan sore harinya menjadi senjata yang melindungi Nabi disampaikan oleh sahabat Nabi SAW, Anas bin Malik ra. Pada awalnya, Suraqah adalah salah seorang pemburu Rasulullah SAW saat beliau sedang dalam perjalanan hijrah dari Mekkah ke Madinah .
Pemuka kaum kafir Qurasy menawarkan hadiah 100 unta betina kepada siapa pun yang berhasil menangkap sang pembawa risalah Islam itu, hidup atau mati.
Akhir dari kisah ini adalah Suraqah tersungkur menyerah. "Suraqah menjadi orang yang memerangi Rasulullah SAW saat pagi hari dan (pada) sore harinya menjadi senjata yang melindunginya,” ujar Anas bin Malik sebagaimana dikutip dalam kitab Shahih al-Bukhari .
Al-Bukhari dalam Shahihnya meriwayatkan, setelah berdiam diri di gua Tsur selama tiga hari, penunjuk jalan yang disewa Abu Bakar ra datang menyusul mereka sembari membawa dua tunggangan yang telah dipersiapkan Abu Bakar. Bersama mereka, ikut juga seorang budak milik Abu Bakar yang bernama Amir bin Fuhairah.
Kemudian, empat orang ini memulai perjalanan menuju Madinah melalui daerah pinggiran.
Rasulullah SAW berjalan dengan tenang, dan lisannya tidak berhenti berdzikir menyebut asma Allah SWT. Lain halnya dengan Abu Bakar yang tampak gelisah. Ia sering menoleh ke belakang. Ia sangat khawatir terkejar kaum Quraisy.
Saat tiba waktu untuk istirahat siang pada hari itu dan suasana jalan sepi, Allah SWT meninggikan sebuah dataran sehingga memiliki bayangan. Mereka singgah di balik dataran tinggi ini.
Abu Bakar meratakan tanah dengan tangannya dan menggelar alas sebagai tempat istirahat Rasulullah. Dia pun mempersilakan Rasulullah beristirahat di tempat yang telah dipersiapkan itu. Kemudian Abu Bakar keluar melihat-lihat keadaan.
Pada saat hampir bersamaan, ada seorang penggembala menuju tempat mereka dengan tujuan yang sama untuk berteduh. Abu Bakar menanyai orang ini, sehingga ia tahu bahwa penggembala ini penduduk Mekkah. Sang penggembala mengizinkan mereka mengambil susu salah seekor dari kambing gembalaannya, kemudian mereka melanjutkan perjalanan.
Selama dalam perjalanan, Abu Bakar senantiasa bersama Rasulullah SAW di atas tunggangannya. Apabila ada yang bertanya tentang Rasulullah maka Abu Bakar menjawab: “Orang ini menunjukkan jalan untukku”.
Anas bin Malik (sahabat yang meriwayatkan hadis ini) berkata: “Sehingga si penanya mengira yang dimaksudkan adalah pemandu perjalanan, padahal yang diinginkan oleh Abu Bakar adalah jalan kebaikan”.
Pada waktu lainnya, Abu Bakar ke arah belakang, tiba-tiba terlihat ada seseorang tengah berusaha menyusul mereka. Ternyata, ia adalah Suraqah bin Malik, salah seorang yang ingin memenangkan sayembara dan ingin mendapatkan hadiah yang disediakan oleh orang-orang kafir Quraisy bagi siapa saja yang berhasil menemukannya dan berhasil membawa Rasulullah SAW kembali ke Mekkah.
Siasat Suraqah
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Suraqah bin Malik, saat Rasulullah SAW beserta rombongan melintasi pemukiman Bani Mudlaj, salah seorang penduduk pemukiman ini melihat Rasulullah SAW dan rombongannya. Kemudian orang ini bergegas mendatangi kaumnya yang sedang berkumpul, di antara mereka adalah Suraqah.
Orang yang melihat Rasulullah SAW berkata: “Wahai Suraqah, aku tadi melihat beberapa orang di pinggiran, mungkin itu Muhammad dan para sahabatnya”.
Suraqah menceritakan dirinya setelah mendengar berita ini: “Saya yakin, orang-orang itu adalah mereka (namun) saya mengatakan kepada yang membawa berita ‘mereka itu bukan Muhammad dan para sahabatnya, tapi mereka adalah si anu dan anu yang baru saja melintas di hadapan kami”.
Inilah siasat Suraqah supaya berhasil memenangkan sayembara dan mendapatkan hadiah. Dia pun tetap di tempat duduknya beberapa saat. Kemudian ia bangkit dan masuk rumah.
Dia menyuruh budaknya agar mengeluarkan kudanya dari belakang. Sejurus kemudian dia pun mempersenjatai diri dan keluar menghampiri kudanya yang telah dipersiapkan oleh budaknya di tempat yang tersembunyi.
Dipaculah kudanya memburu Rasulullah SAW dan rombongannya. Begitu berhasil mengejar orang yang diinginkan dan kudanya semakin mendekati rombongan tersebut, tiba-tiba kuda tunggangannya terjerembab, dan ia pun terlempar dari punggung kuda.
Suraqah kemudian mengambil beberapa mata tombak untuk mengundi keputusannya. Ini merupakan kebiasaan kaum jahiliyah sebelum melaksanakan sesuatu. Dia melakukan undian untuk mengetahui, apakah perburuan itu tetap diteruskan ataukah tidak?
Ternyata, hasil undian tidak sesuai yang diinginkan oleh nafsunya. Maka, ia pun mengingkari undian yang dilakukannya sendiri. Diraihlah kudanya dan memacunya lagi memburu Rasulullah dan rombongannya yang sudah berada di depan mata.
Ketika berhasil mencapai tempat yang memungkinnya untuk mendengar doa Rasulullah SAW, kedua kaki kudanya tertancap ke dalam tanah sampai sebatas lututnya. Diapun turun dan menghardik kudanya, sehingga kuda itu bangkit kembali. Saat kudanya mencabut kakinya yang tertanam, memancarlah cahaya dari bekas kaki kuda itu.
Dengan peristiwa ini, Suraqah merasa yakin jika Rasulullah SAW terlindungi dan akan mendapatkan kemenangan. Dia pun akhirnya memanggil mereka dan berjanji tidak akan mengganggunya lagi. Rasulullah SAW dan rombongan berhenti. Suraqah menghampiri dan menceritakan kejadian yang dialaminya kepada mereka. Suraqah bercerita:
Setelah kejadian apa yang aku alami, yaitu tidak berhasil menyentuh mereka, terbetik dalam hatiku bahwa perkara Rasulullah SAW ini akan menang. Aku berkata kepada Rasulullah, “Sesungguhnya kaummu telah menjanjikan tebusan untuk dirimu”.
Aku juga memberitahukan tentang keinginan banyak orang berkaitan dengan Rasulullah SAW dan rombongannya. Aku menawarkan bekal dan barang-barang, namun keduanya (Rasulullah SAW dan Abu Bakar ra) tidak menanggapi tawaranku, dan juga tidak menanyaiku. Beliau hanya berseru: “Rahasiakan tentang kami”. [HR Imam Bukhâri]
Lalu Suraqah meminta kepada Rasulullah SAW agar membuatkan untuknya surat jaminan keamanan, dan Beliau memenuhi permintaannya. Disuruhlah Amir bin Fuhairah menuliskannya di atas sepotong kulit.
Setelah perjumpaannya dengan Suraqah, Rasulullah kembali melanjutkan perjalanan hijrahnya. Selama dalam perjalananan ini banyak mengalami kejadian luar biasa yang membuktikan kebenaran kenabian beliau.
Imam Bukhâri juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Bakar ra, ia berkata: “Kami berangkat menuju Madinah, sementara banyak orang yang mencari kami. Tidak ada seorangpun yang berhasil menemukan kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’syum yang menyusul dengan kudanya.
Aku berkata kepada Rasulullah : ‘Orang ini berhasil menemukan kita, wahai Rasulullah!” Beliau menyahut: ‘Jangan bersedih, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla bersama kita’.”
Imam Bukhâri rahimahullah juga meriwayatkan sebuah hadis dari Anas bin Malik yang menjelaskan sebagian peristiwa ini. Setelah Suraqah gagal dengan apa yang menjadi keinginannya, ia berkata :
يَا نَبِيَّ اللَّهِ مُرْنِي بِمَا شِئْتَ قَالَ فَقِفْ مَكَانَكَ لَا تَتْرُكَنَّ أَحَدًا يَلْحَقُ بِنَا قَالَ فَكَانَ أَوَّلَ النَّهَارِ جَاهِدًا عَلَى نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ آخِرَ النَّهَارِ مَسْلَحَةً لَهُ
“Wahai Nabiyullah, perintahkan aku semaumu!”
Rasulullah bersabda: “Tetaplah kamu di tempatmu. Jangan engkau biarkan satu orang pun menyusul kami”.
Anas berkata: “Sehingga Suraqah menjadi orang yang memerangi Rasulullah SAW saat pagi hari dan (pada) sore harinya menjadi senjata yang melindunginya”.
Adapun surat jaminan keamanan yang diminta Suraqah tetap dipeliharanya sampai ia mendatangi Rasulullah SAW sembari membawa surat itu. Setelah perang Hunain, Rasulullah SAW memenuhi janjinya kepada Suraqah. Rasulullah SAW bersabda: “Hari ini, adalah hari menepati janji dan hari berbuat baik,” dan pada hari itu juga, Suraqah menyatakan keislamannya.
Pemuka kaum kafir Qurasy menawarkan hadiah 100 unta betina kepada siapa pun yang berhasil menangkap sang pembawa risalah Islam itu, hidup atau mati.
Akhir dari kisah ini adalah Suraqah tersungkur menyerah. "Suraqah menjadi orang yang memerangi Rasulullah SAW saat pagi hari dan (pada) sore harinya menjadi senjata yang melindunginya,” ujar Anas bin Malik sebagaimana dikutip dalam kitab Shahih al-Bukhari .
Al-Bukhari dalam Shahihnya meriwayatkan, setelah berdiam diri di gua Tsur selama tiga hari, penunjuk jalan yang disewa Abu Bakar ra datang menyusul mereka sembari membawa dua tunggangan yang telah dipersiapkan Abu Bakar. Bersama mereka, ikut juga seorang budak milik Abu Bakar yang bernama Amir bin Fuhairah.
Kemudian, empat orang ini memulai perjalanan menuju Madinah melalui daerah pinggiran.
Rasulullah SAW berjalan dengan tenang, dan lisannya tidak berhenti berdzikir menyebut asma Allah SWT. Lain halnya dengan Abu Bakar yang tampak gelisah. Ia sering menoleh ke belakang. Ia sangat khawatir terkejar kaum Quraisy.
Saat tiba waktu untuk istirahat siang pada hari itu dan suasana jalan sepi, Allah SWT meninggikan sebuah dataran sehingga memiliki bayangan. Mereka singgah di balik dataran tinggi ini.
Abu Bakar meratakan tanah dengan tangannya dan menggelar alas sebagai tempat istirahat Rasulullah. Dia pun mempersilakan Rasulullah beristirahat di tempat yang telah dipersiapkan itu. Kemudian Abu Bakar keluar melihat-lihat keadaan.
Pada saat hampir bersamaan, ada seorang penggembala menuju tempat mereka dengan tujuan yang sama untuk berteduh. Abu Bakar menanyai orang ini, sehingga ia tahu bahwa penggembala ini penduduk Mekkah. Sang penggembala mengizinkan mereka mengambil susu salah seekor dari kambing gembalaannya, kemudian mereka melanjutkan perjalanan.
Selama dalam perjalanan, Abu Bakar senantiasa bersama Rasulullah SAW di atas tunggangannya. Apabila ada yang bertanya tentang Rasulullah maka Abu Bakar menjawab: “Orang ini menunjukkan jalan untukku”.
Anas bin Malik (sahabat yang meriwayatkan hadis ini) berkata: “Sehingga si penanya mengira yang dimaksudkan adalah pemandu perjalanan, padahal yang diinginkan oleh Abu Bakar adalah jalan kebaikan”.
Pada waktu lainnya, Abu Bakar ke arah belakang, tiba-tiba terlihat ada seseorang tengah berusaha menyusul mereka. Ternyata, ia adalah Suraqah bin Malik, salah seorang yang ingin memenangkan sayembara dan ingin mendapatkan hadiah yang disediakan oleh orang-orang kafir Quraisy bagi siapa saja yang berhasil menemukannya dan berhasil membawa Rasulullah SAW kembali ke Mekkah.
Siasat Suraqah
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Suraqah bin Malik, saat Rasulullah SAW beserta rombongan melintasi pemukiman Bani Mudlaj, salah seorang penduduk pemukiman ini melihat Rasulullah SAW dan rombongannya. Kemudian orang ini bergegas mendatangi kaumnya yang sedang berkumpul, di antara mereka adalah Suraqah.
Orang yang melihat Rasulullah SAW berkata: “Wahai Suraqah, aku tadi melihat beberapa orang di pinggiran, mungkin itu Muhammad dan para sahabatnya”.
Suraqah menceritakan dirinya setelah mendengar berita ini: “Saya yakin, orang-orang itu adalah mereka (namun) saya mengatakan kepada yang membawa berita ‘mereka itu bukan Muhammad dan para sahabatnya, tapi mereka adalah si anu dan anu yang baru saja melintas di hadapan kami”.
Inilah siasat Suraqah supaya berhasil memenangkan sayembara dan mendapatkan hadiah. Dia pun tetap di tempat duduknya beberapa saat. Kemudian ia bangkit dan masuk rumah.
Dia menyuruh budaknya agar mengeluarkan kudanya dari belakang. Sejurus kemudian dia pun mempersenjatai diri dan keluar menghampiri kudanya yang telah dipersiapkan oleh budaknya di tempat yang tersembunyi.
Dipaculah kudanya memburu Rasulullah SAW dan rombongannya. Begitu berhasil mengejar orang yang diinginkan dan kudanya semakin mendekati rombongan tersebut, tiba-tiba kuda tunggangannya terjerembab, dan ia pun terlempar dari punggung kuda.
Suraqah kemudian mengambil beberapa mata tombak untuk mengundi keputusannya. Ini merupakan kebiasaan kaum jahiliyah sebelum melaksanakan sesuatu. Dia melakukan undian untuk mengetahui, apakah perburuan itu tetap diteruskan ataukah tidak?
Ternyata, hasil undian tidak sesuai yang diinginkan oleh nafsunya. Maka, ia pun mengingkari undian yang dilakukannya sendiri. Diraihlah kudanya dan memacunya lagi memburu Rasulullah dan rombongannya yang sudah berada di depan mata.
Ketika berhasil mencapai tempat yang memungkinnya untuk mendengar doa Rasulullah SAW, kedua kaki kudanya tertancap ke dalam tanah sampai sebatas lututnya. Diapun turun dan menghardik kudanya, sehingga kuda itu bangkit kembali. Saat kudanya mencabut kakinya yang tertanam, memancarlah cahaya dari bekas kaki kuda itu.
Dengan peristiwa ini, Suraqah merasa yakin jika Rasulullah SAW terlindungi dan akan mendapatkan kemenangan. Dia pun akhirnya memanggil mereka dan berjanji tidak akan mengganggunya lagi. Rasulullah SAW dan rombongan berhenti. Suraqah menghampiri dan menceritakan kejadian yang dialaminya kepada mereka. Suraqah bercerita:
Setelah kejadian apa yang aku alami, yaitu tidak berhasil menyentuh mereka, terbetik dalam hatiku bahwa perkara Rasulullah SAW ini akan menang. Aku berkata kepada Rasulullah, “Sesungguhnya kaummu telah menjanjikan tebusan untuk dirimu”.
Aku juga memberitahukan tentang keinginan banyak orang berkaitan dengan Rasulullah SAW dan rombongannya. Aku menawarkan bekal dan barang-barang, namun keduanya (Rasulullah SAW dan Abu Bakar ra) tidak menanggapi tawaranku, dan juga tidak menanyaiku. Beliau hanya berseru: “Rahasiakan tentang kami”. [HR Imam Bukhâri]
Lalu Suraqah meminta kepada Rasulullah SAW agar membuatkan untuknya surat jaminan keamanan, dan Beliau memenuhi permintaannya. Disuruhlah Amir bin Fuhairah menuliskannya di atas sepotong kulit.
Setelah perjumpaannya dengan Suraqah, Rasulullah kembali melanjutkan perjalanan hijrahnya. Selama dalam perjalananan ini banyak mengalami kejadian luar biasa yang membuktikan kebenaran kenabian beliau.
Imam Bukhâri juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Bakar ra, ia berkata: “Kami berangkat menuju Madinah, sementara banyak orang yang mencari kami. Tidak ada seorangpun yang berhasil menemukan kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju’syum yang menyusul dengan kudanya.
Aku berkata kepada Rasulullah : ‘Orang ini berhasil menemukan kita, wahai Rasulullah!” Beliau menyahut: ‘Jangan bersedih, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla bersama kita’.”
Imam Bukhâri rahimahullah juga meriwayatkan sebuah hadis dari Anas bin Malik yang menjelaskan sebagian peristiwa ini. Setelah Suraqah gagal dengan apa yang menjadi keinginannya, ia berkata :
يَا نَبِيَّ اللَّهِ مُرْنِي بِمَا شِئْتَ قَالَ فَقِفْ مَكَانَكَ لَا تَتْرُكَنَّ أَحَدًا يَلْحَقُ بِنَا قَالَ فَكَانَ أَوَّلَ النَّهَارِ جَاهِدًا عَلَى نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ آخِرَ النَّهَارِ مَسْلَحَةً لَهُ
“Wahai Nabiyullah, perintahkan aku semaumu!”
Rasulullah bersabda: “Tetaplah kamu di tempatmu. Jangan engkau biarkan satu orang pun menyusul kami”.
Anas berkata: “Sehingga Suraqah menjadi orang yang memerangi Rasulullah SAW saat pagi hari dan (pada) sore harinya menjadi senjata yang melindunginya”.
Adapun surat jaminan keamanan yang diminta Suraqah tetap dipeliharanya sampai ia mendatangi Rasulullah SAW sembari membawa surat itu. Setelah perang Hunain, Rasulullah SAW memenuhi janjinya kepada Suraqah. Rasulullah SAW bersabda: “Hari ini, adalah hari menepati janji dan hari berbuat baik,” dan pada hari itu juga, Suraqah menyatakan keislamannya.
(mhy)