Kisah Persembunyian di Gua Tsur dan Bukti Cinta Abu Bakar
loading...
A
A
A
SOSOK Abu Bakar mendapat tempat tertinggi di sisi Rasulullah SAW. Ketika beliau ditanya siapa lelaki yang paling dicintai? beliau bersabda: Abu Bakar. "Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku mengambil dari umatku sebagai kekasih, akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih." (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada saat Nabi Muhammad berbicara kepada penduduk Makkah bahwa Allah telah memperjalankannya malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan bahwa ia bersembahyang di sana. Oleh orang-orang musyrik kisah itu diperolok, malah ada sebagian yang sudah Islam pun merasa ragu. ( )
Tidak sedikit orang yang berkata ketika itu: “Soalnya sudah jelas. Perjalanan kafilah Makkah-Syam yang terus-menerus pun memakan waktu sebulan pergi dan sebulan pulang. Mana mungkin hanya satu malam saja Muhammad pergi pulang ke Makkah!”
Tidak sedikit mereka yang sudah Islam kemudian berbalik murtad, dan tidak sedikit pula yang masih merasa sangsi. Abu Bakar dengan tegas mengatakan, "Rasulullah, saya percaya." Sejak itu Nabi Muhammad memanggil Abu Bakar dengan "ash-Shiddiq".
Baca Juga: Biografi Abu Bakar, Sahabat Paling Terdepan Membela Rasulullah SAW
Sesudah peristiwa Isra, Abu Bakar tetap menjalankan usaha dagangnya. Sebagian besar waktunya ia gunakan menemani Rasulullah dan untuk menjaga orang-orang lemah yang sudah masuk Islam, melindungi mereka dari gangguan Quraisy di samping mengajak mereka yang mulai tergugah hatinya kepada Islam.
Sementara kaum kafir Quraisy begitu keras mengganggu Nabi dan Abu Bakar serta kaum Muslimin yang lain. Abu Bakar tidak ikut hijrah ke Abisinia bersama-sama kaum Muslimin yang lain, termasuk Usman Bin Affan. ( )
Konon, pada awalnya, Abu Bakar juga bermaksud pergi bersama-sama rombongan hijrah ke Abisinia. Tetapi saat bertemu dengan Rabiah bin ad-Dugunnah, beliau diingatkan peran pentingnya mendampingi Rasulullah. "Jangan ikut hijrah. Engkau penghubung tali kekeluargaan. Engkau yang membenarkan peristiwa Isra, membantu orang tak punya dan engkau yang mengatur pasang surutnya keadaan," Ujar Rabiah mengingatkan.
Baca Juga: :Khalifah Umar Pecat Khalid bin Walid demi Selamatkan Tauhid Umat
Akhirnya ia tetap tinggal di Makkah, bersama Nabi Muhammad, berjuang mati-matian demi dakwah di jalan Allah sambil belajar tentang segala yang diwahyukan Allah kepada Nabi untuk disiarkan kepada umat manusia.
Ia lalu diberi perlindungan keamanan oleh Quraisy. Abu Bakar membangun masjid di serambi rumahnya. Di tempat itu ia sembahyang dan membaca Qur'an. ( )
Teman Dekat
Kafir Quraisy merasa khawatir, pemuda-pemuda mereka akan tergoda dengan Islam. Mereka menyesalkan keputusan Ibn ad-Dugunnah yang memberi perlindungan kepada Abu Bakar. Selanjutnya Abu Bakar mengembalikan jaminan perlindungan itu dan ia tetap tinggal di Makkah menghadapi segala gangguan
Harta pribadinya dikorbankannya demi kebaikan mereka yang sudah masuk Islam dan demi mereka yang diharapkan mendapat petunjuk Allah bagi yang belum masuk Islam.
Baca juga: Ka'bah: Kisah Paganisme Pasca-Nabi Ismail dan Pra-Islam
Muhammad Husain Haikal dalam As-Siddiq Abu Bakr menjelaskan bahwa kala itu kaum Muslimin di Makkah memang sangat memerlukan perjuangan serupa itu, memerlukan sekali perhatian Abu Bakar.
Dalam pada itu Nabi Muhammad masih menerima wahyu dari Allah dan ia sudah tidak lagi mengharapkan penduduk Makkah akan menyambut ajakannya itu. Maka beliau mengalihkan perhatian kepada kabilah-kabilah. Beliau menawarkan diri dan mengajak mereka kepada agama Allah.
Beliau telah pergi ke Ta'if, meminta pengertian penduduk kota itu. Tetapi ia ditolak dengan cara yang tidak wajar. Dalam hubungannya dengan Tuhan, selalu beliau memikirkan risalahnya itu dan untuk berdakwah ke arah itu serta cara-caranya untuk menyukseskan dakwahnya itu. Dalam pada itu Quraisy juga tak pernah tinggal diam dan tak pernah berhenti mengadakan perlawanan.
Di samping semua itu, Abu Bakar juga selalu memikirkan nasib kaum Muslimin yang tinggal di Makkah, mengatur segala cara untuk ketenteraman dan keamanan hidup mereka.
Tindakan Abu Bakar dalam melindungi kaum Muslimin ketika agama ini baru tumbuh, itu pula yang menyebabkan Nabi Muhammad lebih dekat kepadanya. Inilah yang telah mempertalikan kedua orang itu dengan tali persaudaraan dalam iman, sehingga Nabi Muhammad memilihnya sebagai teman dekatnya (khalilnya).
Hijrah ke Madinah
Setelah dengan izin Allah agama ini mendapat kemenangan dengan kekuatan penduduk Yasrib (Madinah) sesudah kedua ikrar Aqabah, Nabi Muhammad pun mengizinkan sahabat-sahabatnya hijrah ke kota itu.
Sama halnya dengan sebelum itu, beliau mengizinkan sahabat-sahabatnya hijrah ke Abisinia. Orang-orang Quraisy tidak tahu, Nabi Muhammad ikut hijrah atau tetap tinggal di Makkah seperti tatkala kaum Muslimin dulu hijrah ke Abisinia.
Pada saat Nabi Muhammad berbicara kepada penduduk Makkah bahwa Allah telah memperjalankannya malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan bahwa ia bersembahyang di sana. Oleh orang-orang musyrik kisah itu diperolok, malah ada sebagian yang sudah Islam pun merasa ragu. ( )
Tidak sedikit orang yang berkata ketika itu: “Soalnya sudah jelas. Perjalanan kafilah Makkah-Syam yang terus-menerus pun memakan waktu sebulan pergi dan sebulan pulang. Mana mungkin hanya satu malam saja Muhammad pergi pulang ke Makkah!”
Tidak sedikit mereka yang sudah Islam kemudian berbalik murtad, dan tidak sedikit pula yang masih merasa sangsi. Abu Bakar dengan tegas mengatakan, "Rasulullah, saya percaya." Sejak itu Nabi Muhammad memanggil Abu Bakar dengan "ash-Shiddiq".
Baca Juga: Biografi Abu Bakar, Sahabat Paling Terdepan Membela Rasulullah SAW
Sesudah peristiwa Isra, Abu Bakar tetap menjalankan usaha dagangnya. Sebagian besar waktunya ia gunakan menemani Rasulullah dan untuk menjaga orang-orang lemah yang sudah masuk Islam, melindungi mereka dari gangguan Quraisy di samping mengajak mereka yang mulai tergugah hatinya kepada Islam.
Sementara kaum kafir Quraisy begitu keras mengganggu Nabi dan Abu Bakar serta kaum Muslimin yang lain. Abu Bakar tidak ikut hijrah ke Abisinia bersama-sama kaum Muslimin yang lain, termasuk Usman Bin Affan. ( )
Konon, pada awalnya, Abu Bakar juga bermaksud pergi bersama-sama rombongan hijrah ke Abisinia. Tetapi saat bertemu dengan Rabiah bin ad-Dugunnah, beliau diingatkan peran pentingnya mendampingi Rasulullah. "Jangan ikut hijrah. Engkau penghubung tali kekeluargaan. Engkau yang membenarkan peristiwa Isra, membantu orang tak punya dan engkau yang mengatur pasang surutnya keadaan," Ujar Rabiah mengingatkan.
Baca Juga: :Khalifah Umar Pecat Khalid bin Walid demi Selamatkan Tauhid Umat
Akhirnya ia tetap tinggal di Makkah, bersama Nabi Muhammad, berjuang mati-matian demi dakwah di jalan Allah sambil belajar tentang segala yang diwahyukan Allah kepada Nabi untuk disiarkan kepada umat manusia.
Ia lalu diberi perlindungan keamanan oleh Quraisy. Abu Bakar membangun masjid di serambi rumahnya. Di tempat itu ia sembahyang dan membaca Qur'an. ( )
Teman Dekat
Kafir Quraisy merasa khawatir, pemuda-pemuda mereka akan tergoda dengan Islam. Mereka menyesalkan keputusan Ibn ad-Dugunnah yang memberi perlindungan kepada Abu Bakar. Selanjutnya Abu Bakar mengembalikan jaminan perlindungan itu dan ia tetap tinggal di Makkah menghadapi segala gangguan
Harta pribadinya dikorbankannya demi kebaikan mereka yang sudah masuk Islam dan demi mereka yang diharapkan mendapat petunjuk Allah bagi yang belum masuk Islam.
Baca juga: Ka'bah: Kisah Paganisme Pasca-Nabi Ismail dan Pra-Islam
Muhammad Husain Haikal dalam As-Siddiq Abu Bakr menjelaskan bahwa kala itu kaum Muslimin di Makkah memang sangat memerlukan perjuangan serupa itu, memerlukan sekali perhatian Abu Bakar.
Dalam pada itu Nabi Muhammad masih menerima wahyu dari Allah dan ia sudah tidak lagi mengharapkan penduduk Makkah akan menyambut ajakannya itu. Maka beliau mengalihkan perhatian kepada kabilah-kabilah. Beliau menawarkan diri dan mengajak mereka kepada agama Allah.
Beliau telah pergi ke Ta'if, meminta pengertian penduduk kota itu. Tetapi ia ditolak dengan cara yang tidak wajar. Dalam hubungannya dengan Tuhan, selalu beliau memikirkan risalahnya itu dan untuk berdakwah ke arah itu serta cara-caranya untuk menyukseskan dakwahnya itu. Dalam pada itu Quraisy juga tak pernah tinggal diam dan tak pernah berhenti mengadakan perlawanan.
Di samping semua itu, Abu Bakar juga selalu memikirkan nasib kaum Muslimin yang tinggal di Makkah, mengatur segala cara untuk ketenteraman dan keamanan hidup mereka.
Tindakan Abu Bakar dalam melindungi kaum Muslimin ketika agama ini baru tumbuh, itu pula yang menyebabkan Nabi Muhammad lebih dekat kepadanya. Inilah yang telah mempertalikan kedua orang itu dengan tali persaudaraan dalam iman, sehingga Nabi Muhammad memilihnya sebagai teman dekatnya (khalilnya).
Hijrah ke Madinah
Setelah dengan izin Allah agama ini mendapat kemenangan dengan kekuatan penduduk Yasrib (Madinah) sesudah kedua ikrar Aqabah, Nabi Muhammad pun mengizinkan sahabat-sahabatnya hijrah ke kota itu.
Sama halnya dengan sebelum itu, beliau mengizinkan sahabat-sahabatnya hijrah ke Abisinia. Orang-orang Quraisy tidak tahu, Nabi Muhammad ikut hijrah atau tetap tinggal di Makkah seperti tatkala kaum Muslimin dulu hijrah ke Abisinia.