Misteri Umar bin Khattab Saat Ikut Hijrah ke Madinah
loading...
A
A
A
Umar bin Khattab ikut berhijrah ke Madinah begitu Rasulullah memerintahkan seluruh umat Islam meninggalkan Makkah . Mereka berangkat secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui kaum kafir Quraisy.
Hanya saja, Muhammad Husain Haekal dalam “Umar bin Khattab” menulis bahwa ada sebuah sumber yang dihubungkan kepada Ali bin Abi Thalib menyebutkan: "Setahu saya semua Muhajirin hijrah dengan sembunyi-sembunyi, kecuali Umar bin Khattab”. ( )
Konon, menurut sumber itu, sesudah siap akan berangkat hijrah , Umar menenteng pedang, diselempangkannya panahnya dengan menggenggam anak panah di tangan dan sebatang tongkat komando.
Ia pergi menuju Ka'bah , pada saat itu orang-orang Quraisy banyak berkumpul di beranda tempat suci itu. Umar melakukan tawaf di Ka'bah tujuh kali dengan khusyuk, menuju ke Maqam (Ibrahim) lalu salat.
Setelah itu setiap lingkaran orang banyak didatanginya satu persatu seraya berkata kepada mereka: "Wajah-wajah celaka! Allah menista orang-orang ini! Barang siapa ingin diratapi ibunya, ingin anaknya menjadi yatim atau istrinya menjadi janda, temui aku di balik lembah itu."
Hanya saja, menurut Haekal, baik Ibn Hisyam, Ibn Sa'd atau at-Tabari tidak mencatat peristiwa ini. Ibn Hisyam dalam as-Sirah an-Nabawiyah dan Ibn Sa'd dalam at-Tabagat al-Kubra menyebutkan bahwa Rasulullah mengizinkan orang hijrah meninggalkan Makkah dengan terpencar-pencar sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di kalangan Quraisy, dan Muslimin ke luar secara bebas. Yang mempunyai kendaraan dapat bergantian, yang tidak supaya berjalan kaki.
Umar bin Khattab sendiri pun berkata: "Saya dan Ayyasy bin Abi Rabi'ah dan Hisyam bin al-As bin Wa'il sudah berjanji akan keluar diam-diam. Kami berkata, jika di antara kita ada yang terlambat dari waktu yang sudah dijanjikan, berangkatlah dua orang. Saya berangkat bersama Ayyasy bin Abi Rabi'ah; Hisyam bin al-As masih tertahan. Seperti yang lain dia juga dibujuk oleh Quraisy. Saya dan Ayyasy meneruskan perjalanan sampai di Quba'."
Sesudah itu sumber tersebut menyebutkan bahwa Ayyasy kembali ke Makkah memenuhi permintaan ibunya, dan bahwa di sana ia dimasukkan ke dalam penjara, kemudian dibujuk dan dia pun terbujuk.
Adakah kedua sumber ini saling bertentangan? Atau keduanya dapat disesuaikan, bahwa ia menantang orang-orang musyrik seperti dalam sumber yang dihubungkan kepada Ali bin Abi Thalib, kemudian setelah itu menurut sumber Ibn Hisyam dan Ibn Sa'd ia berangkat hijrah dengan diam-diam?
Menurut Haekal, kita lebih cenderung pada pendapat bahwa Umar tidak menantang siapa pun, dan bahwa dia hijrah meninggalkan Makkah diam-diam tanpa diketahui penduduk Makkah.
Dia melakukan itu bukan karena lemah atau takut, yang memang tak pernah dikenalnya selama hidupnya, tetapi dia laki-laki yang penuh disiplin. Dia mengikuti jemaah dan meminta yang lain juga mengikuti mereka.
Kaum Muslimin semua berangkat hijrah dengan diam-diam. Jadi tidak heran jika Umar juga mengikuti jejak mereka untuk menjaga ketentuan yang berlaku, dan supaya tidak timbul perasaan pada mereka yang pergi diam-diam bahwa keimanan Umar kepada Allah dan Rasul-Nya lebih kuat dari mereka.
Umar sudah sampai di Quba'. Di Banu Amr bin Auf ia bersama keluarganya tinggal pada keluarga Rifa'ah bin Abdul-Munzir. Setelah Rasulullah yang hijrah ditemani Abu Bakar tiba, Umar termasuk yang menyambutnya dan pergi bersama-sama dengan rombongan itu ke Madinah. Seperti Rasulullah dan Muslimin yang lain Umar juga ikut bekerja membangun mesjid dan tempat tinggal Rasulullah. Setelah itu Rasulullah pindah dari rumah Abu Ayyub al-Ansari.
Peristiwa hijrah ke Madinah ini merupakan permulaan zaman baru dan kebijaksanaan baru dalam sejarah Islam dan kaum Muslimin. Kaum Muhajirin yang hijrah dari Makkah berkumpul dengan mereka yang sudah menganut Islam di Madinah.
Hanya saja, Muhammad Husain Haekal dalam “Umar bin Khattab” menulis bahwa ada sebuah sumber yang dihubungkan kepada Ali bin Abi Thalib menyebutkan: "Setahu saya semua Muhajirin hijrah dengan sembunyi-sembunyi, kecuali Umar bin Khattab”. ( )
Konon, menurut sumber itu, sesudah siap akan berangkat hijrah , Umar menenteng pedang, diselempangkannya panahnya dengan menggenggam anak panah di tangan dan sebatang tongkat komando.
Ia pergi menuju Ka'bah , pada saat itu orang-orang Quraisy banyak berkumpul di beranda tempat suci itu. Umar melakukan tawaf di Ka'bah tujuh kali dengan khusyuk, menuju ke Maqam (Ibrahim) lalu salat.
Setelah itu setiap lingkaran orang banyak didatanginya satu persatu seraya berkata kepada mereka: "Wajah-wajah celaka! Allah menista orang-orang ini! Barang siapa ingin diratapi ibunya, ingin anaknya menjadi yatim atau istrinya menjadi janda, temui aku di balik lembah itu."
Hanya saja, menurut Haekal, baik Ibn Hisyam, Ibn Sa'd atau at-Tabari tidak mencatat peristiwa ini. Ibn Hisyam dalam as-Sirah an-Nabawiyah dan Ibn Sa'd dalam at-Tabagat al-Kubra menyebutkan bahwa Rasulullah mengizinkan orang hijrah meninggalkan Makkah dengan terpencar-pencar sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di kalangan Quraisy, dan Muslimin ke luar secara bebas. Yang mempunyai kendaraan dapat bergantian, yang tidak supaya berjalan kaki.
Umar bin Khattab sendiri pun berkata: "Saya dan Ayyasy bin Abi Rabi'ah dan Hisyam bin al-As bin Wa'il sudah berjanji akan keluar diam-diam. Kami berkata, jika di antara kita ada yang terlambat dari waktu yang sudah dijanjikan, berangkatlah dua orang. Saya berangkat bersama Ayyasy bin Abi Rabi'ah; Hisyam bin al-As masih tertahan. Seperti yang lain dia juga dibujuk oleh Quraisy. Saya dan Ayyasy meneruskan perjalanan sampai di Quba'."
Sesudah itu sumber tersebut menyebutkan bahwa Ayyasy kembali ke Makkah memenuhi permintaan ibunya, dan bahwa di sana ia dimasukkan ke dalam penjara, kemudian dibujuk dan dia pun terbujuk.
Adakah kedua sumber ini saling bertentangan? Atau keduanya dapat disesuaikan, bahwa ia menantang orang-orang musyrik seperti dalam sumber yang dihubungkan kepada Ali bin Abi Thalib, kemudian setelah itu menurut sumber Ibn Hisyam dan Ibn Sa'd ia berangkat hijrah dengan diam-diam?
Menurut Haekal, kita lebih cenderung pada pendapat bahwa Umar tidak menantang siapa pun, dan bahwa dia hijrah meninggalkan Makkah diam-diam tanpa diketahui penduduk Makkah.
Dia melakukan itu bukan karena lemah atau takut, yang memang tak pernah dikenalnya selama hidupnya, tetapi dia laki-laki yang penuh disiplin. Dia mengikuti jemaah dan meminta yang lain juga mengikuti mereka.
Kaum Muslimin semua berangkat hijrah dengan diam-diam. Jadi tidak heran jika Umar juga mengikuti jejak mereka untuk menjaga ketentuan yang berlaku, dan supaya tidak timbul perasaan pada mereka yang pergi diam-diam bahwa keimanan Umar kepada Allah dan Rasul-Nya lebih kuat dari mereka.
Umar sudah sampai di Quba'. Di Banu Amr bin Auf ia bersama keluarganya tinggal pada keluarga Rifa'ah bin Abdul-Munzir. Setelah Rasulullah yang hijrah ditemani Abu Bakar tiba, Umar termasuk yang menyambutnya dan pergi bersama-sama dengan rombongan itu ke Madinah. Seperti Rasulullah dan Muslimin yang lain Umar juga ikut bekerja membangun mesjid dan tempat tinggal Rasulullah. Setelah itu Rasulullah pindah dari rumah Abu Ayyub al-Ansari.
Peristiwa hijrah ke Madinah ini merupakan permulaan zaman baru dan kebijaksanaan baru dalam sejarah Islam dan kaum Muslimin. Kaum Muhajirin yang hijrah dari Makkah berkumpul dengan mereka yang sudah menganut Islam di Madinah.