Kisah Perampok yang Bertobat dan Menjadi Ulama Besar
loading...
A
A
A
Menjadi Ulama Besar
Setelah bertobat, Fudhail bin 'Iyadh menekuni ilmu agama dan akhirnya menjadi seorang ulama dan muhaddits besar yang hidup pada abad kedua. Banyak ulama besar mengambil ilmu dari beliau di antaranya Syaikh At-Tsauri, Ibnu Uyainah, Yahya Al-Qatan, Ibnul Mubarak, Imam Syafi'i, Al-Humaidi.
Beliau dilahirkan di Samarkand. Tumbuh besar di Kota Abyurd dan menulis riwayat-riwayat hadits di Kota Kufah dan bermukim di Mekkah hingga wafat pada Tahun 187 Hijriyah atau 803 Masehi.
Syaikh Fudhail menimba ilmu dari beberapa ulama di antaranya Syaikh Sulaiman at-Tamimi, Humaid at Thawil, Yahya al-Anshari, Ja'far Shadiq, Atha bin Saib, Mujalin bin Said, Sufyan at-Tsauri.
Berikut salah satu Nasihat beliau yang terkenal:
” لو أن لي دعوةً مستجابةً ما صيرتها إلا في الإمامِ . قيل له : وكيف ذلك يا أبا علي ؟ قال : متى ما صيرتها في نفسي لم تحزني ، ومتى صيرتها في الإمامِ فصلاحُ الإمامِ صلاحٌ العبادِ والبلادِ
Artinya: "Andai aku punya doa mustajab maka doa tersebut akan kupakai untuk mendoakan penguasa." Mengapa demikian wahai Abu Ali?" demikian tanggapan sebagian orang. Jawaban Al-Fudhail: "Jika doa mustajab itu kupakai untuk diriku sendiri, aku tidak akan mendapatkan balasan. Namun, jika kupakai untuk mendoakan penguasa maka baiknya penguasa akan berdampak kebaikan bagi rakyat dan negeri." (Hilyah Al-Auliya', 8:91, Abu Nu’aim Al-Ashfahani)
Setelah bertobat, Fudhail bin 'Iyadh menekuni ilmu agama dan akhirnya menjadi seorang ulama dan muhaddits besar yang hidup pada abad kedua. Banyak ulama besar mengambil ilmu dari beliau di antaranya Syaikh At-Tsauri, Ibnu Uyainah, Yahya Al-Qatan, Ibnul Mubarak, Imam Syafi'i, Al-Humaidi.
Beliau dilahirkan di Samarkand. Tumbuh besar di Kota Abyurd dan menulis riwayat-riwayat hadits di Kota Kufah dan bermukim di Mekkah hingga wafat pada Tahun 187 Hijriyah atau 803 Masehi.
Syaikh Fudhail menimba ilmu dari beberapa ulama di antaranya Syaikh Sulaiman at-Tamimi, Humaid at Thawil, Yahya al-Anshari, Ja'far Shadiq, Atha bin Saib, Mujalin bin Said, Sufyan at-Tsauri.
Berikut salah satu Nasihat beliau yang terkenal:
” لو أن لي دعوةً مستجابةً ما صيرتها إلا في الإمامِ . قيل له : وكيف ذلك يا أبا علي ؟ قال : متى ما صيرتها في نفسي لم تحزني ، ومتى صيرتها في الإمامِ فصلاحُ الإمامِ صلاحٌ العبادِ والبلادِ
Artinya: "Andai aku punya doa mustajab maka doa tersebut akan kupakai untuk mendoakan penguasa." Mengapa demikian wahai Abu Ali?" demikian tanggapan sebagian orang. Jawaban Al-Fudhail: "Jika doa mustajab itu kupakai untuk diriku sendiri, aku tidak akan mendapatkan balasan. Namun, jika kupakai untuk mendoakan penguasa maka baiknya penguasa akan berdampak kebaikan bagi rakyat dan negeri." (Hilyah Al-Auliya', 8:91, Abu Nu’aim Al-Ashfahani)
(rhs)