Karomah Syaikh Nawawi al-Bantani saat Meluruskan Arah Kiblat Masjid
loading...
A
A
A
Suatu ketika, Syaikh Nawawi al-Bantani berkunjung ke Jakarta yang dulu bernama Sunda Kelapa. Beliau bertamu di kediaman Sayyid Utsman bin Agil bin Yahya al-Alawi di daerah Koja di Jakarta Utara.
Sayyid Utsman lahir di Batavia pada tahun 1822, namun beliau adalah keturunan Sayyid berasal dari Hadramaut. Semasa hidupnya Sayyid Utsman dikenal sebagai seorang ulama yang bisa bekerjasama dengan Pemerintah Belanda dan teman dekat C. Snouck Hurgronje. Beliau banyak menulis kitab dalam bahasa Arab maupun Bahasa Melayu.
Chaidar dalam buku berjudul "Sejarah Pujangga Islam Syaikh Nawawi al-Banteni Indonesia" menyebutkan kala itu, Sayyid Utsman membangun sebuah masjid jami' di daerah Pekojan Jakarta Utara. Sebagai pemrakarsa masjid itu, tentu saja Sayyid Utsman-lah yang menunjukkan arah kiblatnya.
Suatu ketika, Syaikh Nawawi datang berkunjung ke masjid yang dibangun oleh Sayyid Utsman itu. Akan tetapi, ketika melihat posisi masjid itu, Syaikh Nawawi berpendapat bahwa masjid itu tidak tepat mengarah ke kiblat.
Syaikh Nawawi menunjukkan arah kiblat yang tepat. Akan terapi, Sayyid Utsman masih tetap dengan pendiriannya bahwa arah kiblat masjid itu sudah tepat. Masing-masing yakin bahwa arah kiblat sesuai dengan pendapatnya itu.
Saat itulah, Syaikh Nawawi menarik lengan baju Sayyid Utsman untuk berdiri lebih dekat. “Lihatlah di sana,” kata Syaikh Nawawi seraya menunjuk dengan jari tangannya ke arah kiblat yang dimaksud.
“Itulah Kakbah. Jelas tampak dari tempat kita berdiri ini. Jelas kelihatan, bukan? Sedangkan letak masjid ini agak ke kiri dari letak Kakbah itu. Jadi, letak masjid ini perlu digeser lagi kiblatnya agak ke kanan,” tambah Syaikh Nawawi.
Melihat kenyataan ini, Sayyid Utsman berdiri termangu. Benar, arah kiblat masjid itu kurang tepat. Sayyid Utsman pun mengakui kebenaran dan kelebihan Syaikh Nawawi.
Baca juga: Kisah Syekh Nawawi Al-Bantani Dideportasi Karena Terlalu Alim
https://kalam.sindonews.com/read/621145/70/kisah-syekh-nawawi-al-bantani-dideportasi-karena-terlalu-alim-1638864728
Segera, Sayyid Utsman menjabat tangan Syaikh Nawawi, bermaksud mencium tangannya sebagai tanda penghormatan kepadanya. Akan tetapi, Syaikh Nawawi segera menarik tangannya kembali, sehingga tangannya terhindar dari ciuman tangan Sayyid Utsman.
“Wahai sahabat, mengapa engkau menolak tanganmu aku cium sebagai tanda penghomatanku kepada ketinggian ilmumu? Engkau telah mendapat sebutan dari Rasulullah sebagai pewaris para Nabi,” ujar Sayyid Utsman.
“Ya, aku dikaruniai Allah untuk memperlihatkan Kakbah dari jarak yang jauh, namun engkau adalah seorang habib, seorang sayyid. Engkau adalah keturunan dan ahlul bait Rasulullah yang harus dihormati,” jawab Syaikh Nawawi dengan tetap menaruh hormat kepada Sayyid Utsman.
“Aku tak berani tanganku dicium oleh dzuriydr Rasulullah,” Syaikh Nawawi meneruskan.
Mendengar jawaban Syaikh Nawawi tersebut, Sayyid Utsman segera mendekap dan memeluk tubuh Syaikh Nawawi dan mencium keningnya sebagai penghormaran terhadap ketinggian ilmunya. Mendapat perlakuan seperti itu, Syaikh Nawawi tidak kuasa menolak. Keduanya terharu, lalu sama-sama meneteskan air mata sebab rasa haru yang sangat dalam.
Dalam buku Karomah Para Kiai karya Samsul Munir Amin dijelaskan kadang-kadang dalam dunia keagamaan, memang bisa ditemukan hal-hal yang sifatnya irrasional namun bisa benar-benar terjadi.
Apalagi bagi orang yang dekat dengan Tuhan dan dianugerahi karomah. Demikian pula halnya dengan apa yang dikerjakan oleh Syaikh Nawawi, yang dapat menunjukkan arah kiblat atau Kakbah dengan tepat.
Kejadian supranatural seperti ini memang dimiliki oleh orang-orang suci yang memiliki kemampuan spiritual tinggi, sebagaimana Syaikh Nawawi al-Bantani.
Sayyid Utsman lahir di Batavia pada tahun 1822, namun beliau adalah keturunan Sayyid berasal dari Hadramaut. Semasa hidupnya Sayyid Utsman dikenal sebagai seorang ulama yang bisa bekerjasama dengan Pemerintah Belanda dan teman dekat C. Snouck Hurgronje. Beliau banyak menulis kitab dalam bahasa Arab maupun Bahasa Melayu.
Baca Juga
Chaidar dalam buku berjudul "Sejarah Pujangga Islam Syaikh Nawawi al-Banteni Indonesia" menyebutkan kala itu, Sayyid Utsman membangun sebuah masjid jami' di daerah Pekojan Jakarta Utara. Sebagai pemrakarsa masjid itu, tentu saja Sayyid Utsman-lah yang menunjukkan arah kiblatnya.
Suatu ketika, Syaikh Nawawi datang berkunjung ke masjid yang dibangun oleh Sayyid Utsman itu. Akan tetapi, ketika melihat posisi masjid itu, Syaikh Nawawi berpendapat bahwa masjid itu tidak tepat mengarah ke kiblat.
Syaikh Nawawi menunjukkan arah kiblat yang tepat. Akan terapi, Sayyid Utsman masih tetap dengan pendiriannya bahwa arah kiblat masjid itu sudah tepat. Masing-masing yakin bahwa arah kiblat sesuai dengan pendapatnya itu.
Saat itulah, Syaikh Nawawi menarik lengan baju Sayyid Utsman untuk berdiri lebih dekat. “Lihatlah di sana,” kata Syaikh Nawawi seraya menunjuk dengan jari tangannya ke arah kiblat yang dimaksud.
“Itulah Kakbah. Jelas tampak dari tempat kita berdiri ini. Jelas kelihatan, bukan? Sedangkan letak masjid ini agak ke kiri dari letak Kakbah itu. Jadi, letak masjid ini perlu digeser lagi kiblatnya agak ke kanan,” tambah Syaikh Nawawi.
Melihat kenyataan ini, Sayyid Utsman berdiri termangu. Benar, arah kiblat masjid itu kurang tepat. Sayyid Utsman pun mengakui kebenaran dan kelebihan Syaikh Nawawi.
Baca juga: Kisah Syekh Nawawi Al-Bantani Dideportasi Karena Terlalu Alim
https://kalam.sindonews.com/read/621145/70/kisah-syekh-nawawi-al-bantani-dideportasi-karena-terlalu-alim-1638864728
Segera, Sayyid Utsman menjabat tangan Syaikh Nawawi, bermaksud mencium tangannya sebagai tanda penghormatan kepadanya. Akan tetapi, Syaikh Nawawi segera menarik tangannya kembali, sehingga tangannya terhindar dari ciuman tangan Sayyid Utsman.
“Wahai sahabat, mengapa engkau menolak tanganmu aku cium sebagai tanda penghomatanku kepada ketinggian ilmumu? Engkau telah mendapat sebutan dari Rasulullah sebagai pewaris para Nabi,” ujar Sayyid Utsman.
“Ya, aku dikaruniai Allah untuk memperlihatkan Kakbah dari jarak yang jauh, namun engkau adalah seorang habib, seorang sayyid. Engkau adalah keturunan dan ahlul bait Rasulullah yang harus dihormati,” jawab Syaikh Nawawi dengan tetap menaruh hormat kepada Sayyid Utsman.
“Aku tak berani tanganku dicium oleh dzuriydr Rasulullah,” Syaikh Nawawi meneruskan.
Mendengar jawaban Syaikh Nawawi tersebut, Sayyid Utsman segera mendekap dan memeluk tubuh Syaikh Nawawi dan mencium keningnya sebagai penghormaran terhadap ketinggian ilmunya. Mendapat perlakuan seperti itu, Syaikh Nawawi tidak kuasa menolak. Keduanya terharu, lalu sama-sama meneteskan air mata sebab rasa haru yang sangat dalam.
Dalam buku Karomah Para Kiai karya Samsul Munir Amin dijelaskan kadang-kadang dalam dunia keagamaan, memang bisa ditemukan hal-hal yang sifatnya irrasional namun bisa benar-benar terjadi.
Apalagi bagi orang yang dekat dengan Tuhan dan dianugerahi karomah. Demikian pula halnya dengan apa yang dikerjakan oleh Syaikh Nawawi, yang dapat menunjukkan arah kiblat atau Kakbah dengan tepat.
Kejadian supranatural seperti ini memang dimiliki oleh orang-orang suci yang memiliki kemampuan spiritual tinggi, sebagaimana Syaikh Nawawi al-Bantani.
(mhy)