Majelis Taklim di Rumah Sayyidah Aisyah: Sholat Malam dan Witir Rasulullah SAW
loading...
A
A
A
Sepeninggal Rasulullah SAW , rumah Sayyidah Aisyah ra seringkali didatangi para sahabat. Mereka menanyakan banyak hal. Mereka yang datang ke rumah istri Rasulullah SAW untuk menanyakan hal-hal terkait ibadah adalah Sa'ad bin Hisyam bin Amir.
Dialog antara Aisyah dan Sa'ad bin Hisyam bin Amir pun terjadi. Kisah ini dinukil Abdul Halim Abu Syuqqah dalam bukunya berjudul "Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah" yang telah diterjemahkan Drs As'ad Yasin menjadi "Kebebasan Wanita".
Zurarah menyebutkan bahwa Sa'ad bin Hisyam bin Amir bermaksud ikut berperang di jalan Allah. Dia pergi ke Madinah dengan maksud menjual tanah pekarangannya yang ada di kota itu yang uangnya akan digunakan untuk membeli senjata dan kuda, sehingga dia bisa berjihad melawan bangsa Romawi sampai gugur.
Ketika tiba di Madinah, dia bertemu dengan beberapa orang dari penduduk setempat. Mereka melarang Sa'ad bin Hisyam melaksanakan keinginannya tersebut dengan alasan bahwa pada masa hidup Nabi SAW juga ada enam orang sahabat yang mempunysi keinginan seperti keinginan Sa'ad tersebut, tetapi Nabi SAW melarang mereka, lalu bersabda: "Bukankah aku suri teladan bagi kalian semua?"
Setelah mereka menceritakan hal tersebut, akhirnya Sa'ad pulang menemui istrinya. Sedangkan Sa'ad ketika itu sudah menceraikan istrinya. Akhirnya dia memutuskan untuk rujuk (pulang) kepada istrinya.
Setelah itu Sa'ad pergi menemui Ibnu Abbas untuk menanyakan mengenai witir Rasulullah SAW. Ibnu Abbas berkata: "Maukah kamu aku tunjukkan seseorang yang paling tahu dari penghuni bumi ini mengenai witir Rasulullah SAW?"
Sa'ad menjawab: "Siapa?"
Ibnu Abbas berkata; "Aisyah. Temuilah dia dan tanyakanlah masalah itu kepadanya. Kemudian temui aku kembali dan ceritakan padaku apa jawaban yang diberikan kepadamu!"
Akhirnya Sa'ad berangkat menuju rumah Aisyah. Tapi sebelumnya ia pergi menemui Hakim bin Aflah. Sa'ad memintanya supaya bersedia menemaninya untuk menemui Aisyah.
Hakim bin Aflah berkata: "Aku tidak begitu akrab dengannya, sebab aku pernah melarang Aisyah untuk tidak ikut berkomentar sedikit pun terhadap kedua kelompok ini. Tetapi dia tidak menerima saranku dan terus melaksanakan keinginannya."
Namun Sa'ad bin Hisyam bersumpah supaya Hakim bin Aflah bersedia menemaninya.
Akhirnya Hakim mengabulkan permintaan itu. Lalu mereka berangkat ke tempat Aisyah. Setelah minta izin dan Aisyah memberi izin, lantas mereka masuk. Aisyah berkata: "Kamu ini Hakim?"
Hakim menjawab: "Ya, benar."
Aisyah bertanya: "Siapa yang bersamamu ini?"
Hakim menjawab: "Sa'ad bin Hisyam."
Aisyah bertanya lagi: "Hisyam siapa?"
Hakim menjawab: "Putranya Amir."
Setelah Aisyah mendoakan supaya dicurahkan rahmat atas Hakim dan menerima baik kedatangannya, Hakim berkata: "Dia meninggal dalam Perang Uhud.
Sa'ad bertanya: "Wahai Ummul Mukminin, ceritakanlah kepadaku mengenai akhlak Rasulullah SAW?"
Aisyah berkata: "Bukankah kamu sudah biasa membaca Al-Qur'an?"
Sa'ad menjawab: "Ya."
Aisyah berkata: "Sesungguhnya akhlak Nabi SAW adalah Al-Qur'an."
Waktu itu Sa'ad sudah hendak berdiri untuk pamitan, dan Sa'ad bertekad untuk tidak bertanya lagi kepada siapa pun tentang apa saja sampai ia meninggal dunia. Namun mendadak ia teringat sesuatu, lalu aku buru-buru mengajukan pertanyaan: "Tolong terangkan kepadaku mengenai sholat malamnya Rasulullah SAW."
Aisyah menjawab: "Bukankah kamu pernah membaca firman Allah (Wahai orang yang berselimut)?"
Aku menjawab: "Benar."
Aisyah berkata: "Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung telah mewajibkan sholat malam pada awal surat ini. Karena itu, selama satu tahun Nabi SAW dan para sahabat beliau melakukan sholat malam, dan selama dua belas bulan penutup/ujung ayat tersebut ditahan oleh Allah di langit, sehingga akhirnya Allah menurunkan dalam surat ini keringanan. Akhirnya sholat malam menjadi ibadah sunnah setelah sebelumnya merupakan ibadah wajib."
Sa'ad bertanya: "Wahai Ummul Mukminin, ceritakanlah kepadaku mengenai witirnya Rasulullah SAW"
Aisyah berkata: "Aku biasanya menyediakan siwak (kayu lembut dipergunakan untuk menggosok gigi) dan air wudhu untuk beliau. Atas kehendak Allah beliau senantiasa bangun di malam hari. Setelah bersiwak dan berwudhu, beliau lalu melaksanakan sholat sebanyak sembilan rakaat, dan beliau tidak duduk kecuali pada rakaat yang kedelapan."
"Setelah berzikir, bertahmid, dan berdoa kepada Allah, beliau bangkit dan tidak salam. Kemudian beliau berdiri, lalu meneruskan rakaat yang kesembilan."
"Kemudian beliau duduk seraya berzikir, bertahmid, dan berdoa kepada Allah, kemudian mengucapkan salam yang kedengaran olehku. Kemudian beliau melakukan sholat dua rakaat setelah beliau mengucapkan salam. Sementara beliau masih dalam posisi duduk. Jadi semuanya berjumlah sebelas rakaat, wahai anakku."
"Namun ketika usia Nabi SAW sudah beranjak tua dan semakin gemuk, beliau melakukan sholat witir sebanyak tujuh rakaat saja. Beliau lakukan di dalam dua rakaat itu seperti yang beliau lakukan pada yang pertama. Jadi jumlah semuanya sembilan rakaat, wahai anakku."
"Biasanya Nabi SAW, apabila melakukan sholat, suka melakukannya secara terus-menerus. Apabila beliau tertidur atau sakit sehingga tidak melakukan sholat malam, maka beliau sholat pada siang harinya sebanyak dua belas rakaat."
"Aku tidak pernah tahu Nabi SAW membaca Al-Qur'an seluruhnya dalam satu malam, dan aku juga tidak pernah tahu Nabi SAW melakukan sholat semalam suntuk sampai subuh. Beliau juga tidak pernah melakukan puasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan."
Sa'ad bin Hisyam lalu pulang menemui Ibnu Abbas dan menceritakan kepadanya apa-apa yang telah diceritakan Aisyah kepadanya.
"Aisyah benar. Seandainya aku dekat dengannya atau aku boleh menemuinya, niscaya aku akan datang sehingga dia bisa menceritakannya secara langsung kepadaku," ujar Ibnu Abbas.
Sa'ad bin Hisyam lalu berkata kepada Ibnu Abbas. "Kalau aku tahu kamu tidak boleh bertemu dengannya, tentu tidak aku ceritakan kepadamu ceritanya tersebut." (HR Muslim)
Hadis tersebut diriwayatkan Imam Muslim dalam Kitab: Shalat orang musafir, Bab: Mengenai Shalat malam dan orang yang tidur atau sakit sehingga tidak bisa melakukannya.
Dialog antara Aisyah dan Sa'ad bin Hisyam bin Amir pun terjadi. Kisah ini dinukil Abdul Halim Abu Syuqqah dalam bukunya berjudul "Tahrirul-Ma'rah fi 'Ashrir-Risalah" yang telah diterjemahkan Drs As'ad Yasin menjadi "Kebebasan Wanita".
Zurarah menyebutkan bahwa Sa'ad bin Hisyam bin Amir bermaksud ikut berperang di jalan Allah. Dia pergi ke Madinah dengan maksud menjual tanah pekarangannya yang ada di kota itu yang uangnya akan digunakan untuk membeli senjata dan kuda, sehingga dia bisa berjihad melawan bangsa Romawi sampai gugur.
Ketika tiba di Madinah, dia bertemu dengan beberapa orang dari penduduk setempat. Mereka melarang Sa'ad bin Hisyam melaksanakan keinginannya tersebut dengan alasan bahwa pada masa hidup Nabi SAW juga ada enam orang sahabat yang mempunysi keinginan seperti keinginan Sa'ad tersebut, tetapi Nabi SAW melarang mereka, lalu bersabda: "Bukankah aku suri teladan bagi kalian semua?"
Setelah mereka menceritakan hal tersebut, akhirnya Sa'ad pulang menemui istrinya. Sedangkan Sa'ad ketika itu sudah menceraikan istrinya. Akhirnya dia memutuskan untuk rujuk (pulang) kepada istrinya.
Setelah itu Sa'ad pergi menemui Ibnu Abbas untuk menanyakan mengenai witir Rasulullah SAW. Ibnu Abbas berkata: "Maukah kamu aku tunjukkan seseorang yang paling tahu dari penghuni bumi ini mengenai witir Rasulullah SAW?"
Sa'ad menjawab: "Siapa?"
Ibnu Abbas berkata; "Aisyah. Temuilah dia dan tanyakanlah masalah itu kepadanya. Kemudian temui aku kembali dan ceritakan padaku apa jawaban yang diberikan kepadamu!"
Akhirnya Sa'ad berangkat menuju rumah Aisyah. Tapi sebelumnya ia pergi menemui Hakim bin Aflah. Sa'ad memintanya supaya bersedia menemaninya untuk menemui Aisyah.
Hakim bin Aflah berkata: "Aku tidak begitu akrab dengannya, sebab aku pernah melarang Aisyah untuk tidak ikut berkomentar sedikit pun terhadap kedua kelompok ini. Tetapi dia tidak menerima saranku dan terus melaksanakan keinginannya."
Namun Sa'ad bin Hisyam bersumpah supaya Hakim bin Aflah bersedia menemaninya.
Akhirnya Hakim mengabulkan permintaan itu. Lalu mereka berangkat ke tempat Aisyah. Setelah minta izin dan Aisyah memberi izin, lantas mereka masuk. Aisyah berkata: "Kamu ini Hakim?"
Hakim menjawab: "Ya, benar."
Aisyah bertanya: "Siapa yang bersamamu ini?"
Hakim menjawab: "Sa'ad bin Hisyam."
Aisyah bertanya lagi: "Hisyam siapa?"
Hakim menjawab: "Putranya Amir."
Setelah Aisyah mendoakan supaya dicurahkan rahmat atas Hakim dan menerima baik kedatangannya, Hakim berkata: "Dia meninggal dalam Perang Uhud.
Sa'ad bertanya: "Wahai Ummul Mukminin, ceritakanlah kepadaku mengenai akhlak Rasulullah SAW?"
Aisyah berkata: "Bukankah kamu sudah biasa membaca Al-Qur'an?"
Sa'ad menjawab: "Ya."
Aisyah berkata: "Sesungguhnya akhlak Nabi SAW adalah Al-Qur'an."
Waktu itu Sa'ad sudah hendak berdiri untuk pamitan, dan Sa'ad bertekad untuk tidak bertanya lagi kepada siapa pun tentang apa saja sampai ia meninggal dunia. Namun mendadak ia teringat sesuatu, lalu aku buru-buru mengajukan pertanyaan: "Tolong terangkan kepadaku mengenai sholat malamnya Rasulullah SAW."
Aisyah menjawab: "Bukankah kamu pernah membaca firman Allah (Wahai orang yang berselimut)?"
Aku menjawab: "Benar."
Aisyah berkata: "Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung telah mewajibkan sholat malam pada awal surat ini. Karena itu, selama satu tahun Nabi SAW dan para sahabat beliau melakukan sholat malam, dan selama dua belas bulan penutup/ujung ayat tersebut ditahan oleh Allah di langit, sehingga akhirnya Allah menurunkan dalam surat ini keringanan. Akhirnya sholat malam menjadi ibadah sunnah setelah sebelumnya merupakan ibadah wajib."
Sa'ad bertanya: "Wahai Ummul Mukminin, ceritakanlah kepadaku mengenai witirnya Rasulullah SAW"
Aisyah berkata: "Aku biasanya menyediakan siwak (kayu lembut dipergunakan untuk menggosok gigi) dan air wudhu untuk beliau. Atas kehendak Allah beliau senantiasa bangun di malam hari. Setelah bersiwak dan berwudhu, beliau lalu melaksanakan sholat sebanyak sembilan rakaat, dan beliau tidak duduk kecuali pada rakaat yang kedelapan."
"Setelah berzikir, bertahmid, dan berdoa kepada Allah, beliau bangkit dan tidak salam. Kemudian beliau berdiri, lalu meneruskan rakaat yang kesembilan."
"Kemudian beliau duduk seraya berzikir, bertahmid, dan berdoa kepada Allah, kemudian mengucapkan salam yang kedengaran olehku. Kemudian beliau melakukan sholat dua rakaat setelah beliau mengucapkan salam. Sementara beliau masih dalam posisi duduk. Jadi semuanya berjumlah sebelas rakaat, wahai anakku."
"Namun ketika usia Nabi SAW sudah beranjak tua dan semakin gemuk, beliau melakukan sholat witir sebanyak tujuh rakaat saja. Beliau lakukan di dalam dua rakaat itu seperti yang beliau lakukan pada yang pertama. Jadi jumlah semuanya sembilan rakaat, wahai anakku."
"Biasanya Nabi SAW, apabila melakukan sholat, suka melakukannya secara terus-menerus. Apabila beliau tertidur atau sakit sehingga tidak melakukan sholat malam, maka beliau sholat pada siang harinya sebanyak dua belas rakaat."
"Aku tidak pernah tahu Nabi SAW membaca Al-Qur'an seluruhnya dalam satu malam, dan aku juga tidak pernah tahu Nabi SAW melakukan sholat semalam suntuk sampai subuh. Beliau juga tidak pernah melakukan puasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan."
Sa'ad bin Hisyam lalu pulang menemui Ibnu Abbas dan menceritakan kepadanya apa-apa yang telah diceritakan Aisyah kepadanya.
"Aisyah benar. Seandainya aku dekat dengannya atau aku boleh menemuinya, niscaya aku akan datang sehingga dia bisa menceritakannya secara langsung kepadaku," ujar Ibnu Abbas.
Sa'ad bin Hisyam lalu berkata kepada Ibnu Abbas. "Kalau aku tahu kamu tidak boleh bertemu dengannya, tentu tidak aku ceritakan kepadamu ceritanya tersebut." (HR Muslim)
Hadis tersebut diriwayatkan Imam Muslim dalam Kitab: Shalat orang musafir, Bab: Mengenai Shalat malam dan orang yang tidur atau sakit sehingga tidak bisa melakukannya.
(mhy)