Kisah Segantang Gandum dan Seekor Anak Kambing untuk Seluruh Pasukan Khandaq
loading...
A
A
A
Kisah segantang gandum dan seekor anak kambing betina untuk seluruh pasukan muslim dalam Perang Khandaq ini diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Peperangan, bab: Perang Khandaq atau Ahzab. Hadis ini dari Jabir ra.
Jabir ra mengatakan sesungguhnya kami pada hari terjadinya Perang Khandaq bekerja menggali parit. Lalu terhalang oleh sebongkah tanah yang sangat keras. Para sahabat pergi menemui Rasulullah SAW untuk menyampaikan hal tersebut kepada beliau.
Nabi Muhammad SAW berkata, "Aku akan turun tangan." Kemudian beliau berdiri, sedangkan ikat perutnya diganjal dengan batu. Kami tinggal di sana selama tiga hari tanpa pernah memakan apa pun.
Nabi SAW mengambil cangkul, kemudian mencangkul tanah yang keras itu. Akhirnya tanah itu hancur menjadi pasir. Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, izinkanlah aku kembali ke rumah."
Lalu aku bertanya kepada istriku: "Aku telah melihat sesuatu pada Rasulullah SAW yang membuatku tidak tahan. Apakah kamu mempunyaui sesuatu (untuk dimakan)?"
Istriku menjawab: "Aku mempunyai gandum dan seekor kambing betina."
Lalu aku menyembelih kambing itu, sedangkan istriku bertugas menggiling gandum, sampai kami menaruh daging di dalam kuali. Kemudian aku pergi menemui Rasulullah SAW. Ketika adonan sudah lunak dan masakan di kuali yang terletak di atas tungku sudah hampir matang, aku berkata: "Ini adalah sedikit makanan dariku, maka berdirilah, ya Rasulullah dan ajaklah makan satu atau dua orang."
Beliau bertanya: "Berapa banyak (makananmu)?"
Aku sebutkan jumlah atau banyaknya kepada beliau.
Beliau berkata: "Oh banyak, bagus."
Kemudian beliau berkata: "Katakanlah kepada istrimu agar jangan menurunkan kuali dan roti dari dapurnya sampai aku datang."
Setelah itu beliau berkata: "Berdirilah kalian!" Maka orang-orang Anshar dan Muhajirin berdiri. Ketika Jabir masuk menemui istrinya, dia berkata: "Kasihan kamu, Nabi SAW datang dengan orang-orang Muhajirin, Anshar, dan lainnya."
Istrinya bertanya: "Apakah beliau sudah bertanya padamu?"
Jabir menjawab: "Ya, sudah."
Kemudian beliau berkata: "Masuklah kalian semua dan jangan berdesak-desakan!" (HR Bukhari dan Muslim)
Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab "Fathul Bari" mengatakan nash hadis (istri Jabir bertanya: 'Apakah beliau sudah bertanya kepadamu?' Jabir menjawab: 'Ya.' Lalu beliau berkata: 'Masuklah kalian semua!') merupakan sejenis ringkasan.
Sementara itu, penjelasannya dapat ditemukan dalam riwayat Yunus bin Bakir dalam kitab Ziyadatul Maghazi. Bunyi kitab itu adalah Jabir berkata: "Aku merasa malu yang tidak ada yang mengetahuinya selain Allah." Dalam hati aku berkata: 'Semua makhluk datang untuk memakan hidangan yang hanya terdiri atas segantang gandum dan seekor anak kambing betina.'
Lalu aku pergi menemui istriku dan aku katakan kepadanya: "Aku merasa malu sekali sebab Rasulullah SAW akan datang ke rumahmu dengan membawa semua pasukan Khandaq."
Istriku bertanya: "Apakah beliau sudah bertanya kepadamu mengenai berapa banyak makananmu?"
Aku jawab: "Ya, sudah."
Istriku berkata: "Allah dan Rasul-Nya tentu lebih mengetahui. Tugas kita sekadar memberitahu apa yang ada pada kita."
Ucapan istriku itu betul-betul mengikis habis perasaan risau luar biasa yang menghantui benakku." Selanjutnya al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Hal itu menunjukkan betapa sempurnanya akal dan keutamaan istri Jabir."
Jabir ra mengatakan sesungguhnya kami pada hari terjadinya Perang Khandaq bekerja menggali parit. Lalu terhalang oleh sebongkah tanah yang sangat keras. Para sahabat pergi menemui Rasulullah SAW untuk menyampaikan hal tersebut kepada beliau.
Nabi Muhammad SAW berkata, "Aku akan turun tangan." Kemudian beliau berdiri, sedangkan ikat perutnya diganjal dengan batu. Kami tinggal di sana selama tiga hari tanpa pernah memakan apa pun.
Nabi SAW mengambil cangkul, kemudian mencangkul tanah yang keras itu. Akhirnya tanah itu hancur menjadi pasir. Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, izinkanlah aku kembali ke rumah."
Lalu aku bertanya kepada istriku: "Aku telah melihat sesuatu pada Rasulullah SAW yang membuatku tidak tahan. Apakah kamu mempunyaui sesuatu (untuk dimakan)?"
Istriku menjawab: "Aku mempunyai gandum dan seekor kambing betina."
Lalu aku menyembelih kambing itu, sedangkan istriku bertugas menggiling gandum, sampai kami menaruh daging di dalam kuali. Kemudian aku pergi menemui Rasulullah SAW. Ketika adonan sudah lunak dan masakan di kuali yang terletak di atas tungku sudah hampir matang, aku berkata: "Ini adalah sedikit makanan dariku, maka berdirilah, ya Rasulullah dan ajaklah makan satu atau dua orang."
Beliau bertanya: "Berapa banyak (makananmu)?"
Aku sebutkan jumlah atau banyaknya kepada beliau.
Beliau berkata: "Oh banyak, bagus."
Kemudian beliau berkata: "Katakanlah kepada istrimu agar jangan menurunkan kuali dan roti dari dapurnya sampai aku datang."
Setelah itu beliau berkata: "Berdirilah kalian!" Maka orang-orang Anshar dan Muhajirin berdiri. Ketika Jabir masuk menemui istrinya, dia berkata: "Kasihan kamu, Nabi SAW datang dengan orang-orang Muhajirin, Anshar, dan lainnya."
Istrinya bertanya: "Apakah beliau sudah bertanya padamu?"
Jabir menjawab: "Ya, sudah."
Kemudian beliau berkata: "Masuklah kalian semua dan jangan berdesak-desakan!" (HR Bukhari dan Muslim)
Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab "Fathul Bari" mengatakan nash hadis (istri Jabir bertanya: 'Apakah beliau sudah bertanya kepadamu?' Jabir menjawab: 'Ya.' Lalu beliau berkata: 'Masuklah kalian semua!') merupakan sejenis ringkasan.
Sementara itu, penjelasannya dapat ditemukan dalam riwayat Yunus bin Bakir dalam kitab Ziyadatul Maghazi. Bunyi kitab itu adalah Jabir berkata: "Aku merasa malu yang tidak ada yang mengetahuinya selain Allah." Dalam hati aku berkata: 'Semua makhluk datang untuk memakan hidangan yang hanya terdiri atas segantang gandum dan seekor anak kambing betina.'
Lalu aku pergi menemui istriku dan aku katakan kepadanya: "Aku merasa malu sekali sebab Rasulullah SAW akan datang ke rumahmu dengan membawa semua pasukan Khandaq."
Istriku bertanya: "Apakah beliau sudah bertanya kepadamu mengenai berapa banyak makananmu?"
Aku jawab: "Ya, sudah."
Istriku berkata: "Allah dan Rasul-Nya tentu lebih mengetahui. Tugas kita sekadar memberitahu apa yang ada pada kita."
Ucapan istriku itu betul-betul mengikis habis perasaan risau luar biasa yang menghantui benakku." Selanjutnya al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: "Hal itu menunjukkan betapa sempurnanya akal dan keutamaan istri Jabir."
(mhy)