Kisah Negeri Saba yang Subur dan Makmur, Diazab Allah Taala karena Dihuni Penyembah Matahari

Selasa, 20 September 2022 - 13:56 WIB
loading...
A A A
Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa tikus-tikus itu melubangi fondasi bendungan tersebut hingga bendungan itu tidak mempunyai akar fondasi lagi dan labil. Ketika tiba musim penghujan, datanglah banjir kiriman, lalu menghantam bendungan itu hingga roboh.

Akhirnya air bah melanda bagian yang terendah dari lembah dan memporak-porandakan semua bangunan, merusak semua pohon yang ada di hadapannya, serta menghancurkan semua yang dilandanya.

Akhirnya air surut dan tidak lagi menyuplai perairan pepohonan yang ada di kedua sisi bukit tersebut, hingga semua pepohonan kering dan mati. Kemudian pepohonan yang berbuah lagi indah dan hijau itu sesudah banjir tidak ada lagi dan berubah, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya: "Dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit". (QS Saba: 16)



Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi, yang dimaksud adalah pohon arok dan rerumputan yang berduri.

Menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas disebutkan pohon tarfa, sedangkan yang lain menyebutnya pohon yang serupa dengan pohon tarfa, dan menurut pendapat yang lainnya menyebutkan pohon samur. "Dan sedikit dari pohon sidr." (Saba: 16)

Pohon pengganti yang terbaik dari pepohonan tersebut adalah pohon sidr. Demikian nasib kedua kebun yang indah itu, sebelumnya buah-buahannya sangat subur, indah dipandang mata, rimbun, dan airnya mengalir; kemudian diganti dengan pohon arok, tarfa, dan sidr yang semuanya berduri dan sedikit buahnya.

Demikian itu karena ulah mereka yang kafir, mempersekutukan Allah serta mendustakan perkara yang hak, lalu memilih jalan yang batil. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: "Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir." (QS Saba: 17)

Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Mahabenar Allah Yang Mahabesar, tidaklah Dia menghukum dengan hukuman yang setimpal kecuali hanyalah orang-orang yang sangat kafir.

Ibnu Abu Hatim mengatakan balasan bagi pendurhaka ialah lemah dalam beribadah, sempit dalam kehidupan, dan sulit mendapat kesenangan. Ketika ditanyakan kepadanya tentang makna yang dimaksud 'sulit mendapat kesenangan', Ibnu Khairah menjawab, "Tidaklah ia menjumpai kesenangan yang halal melainkan datang orang lain yang merebutnya dari tangannya."

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1874 seconds (0.1#10.140)